Dunia Online

Tinju Naga Sang Putra Langit



Tinju Naga Sang Putra Langit

0Ouyang Shuo membawa Pasukan Pengawal Raja dan mulai membantai ke tengah kawanan monster Iblis Paruh Bebek, dan terus menerjang tepat ke arah bos mereka. Saat ini, bos monster dan Xu Chu tengah terkunci di dalam pertarungan sengit. Setelah Ouyang Shuo tiba, sang raja monster dengan cepat terdesak ke dalam situasi yang menyulitkan.      0

'Ci~~~ci~~~~'     

Sang raja monster benar-benar cerdas. Melihat bahwa dirinya bukanlah tandingan musuh, ia segera memanggil saudara-saudaranya. Dalam sekejap mata, Pasukan Pengawal Dewa Tempur, Pasukan Pengawal Raja, Xu Chu, dan juga Ouyang Shuo telah terkepung oleh kawanan monster Iblis Paruh Bebek.     

Ouyang Shuo sama sekali tidak panik. Selama mereka berhasil mengalahkan sang raja monster, yang lain akan menjadi mudah untuk ditaklukan. Namun, dia tidak sadar bahwa semua ini tengah disaksikan oleh sekelompok orang.      

Mereka adalah regu elit Kelompok Tentara Bayaran Emas yang masih belum kehilangan harapan. Mereka telah menyusup ke dalam kota untuk melihat jalannya pertempuran. Dan mereka hanya melihat Ouyang Shuo yang tengah mengayunkan Tombak Tianmo miliknya. Tombak itu bergerak secepat kilat, dan menyerang bagian punggung sang raja monster. Ouyang Shuo masih belum puas dan menggunakan tenaga dalamnya untuk membuat tombaknya menancap semakin dalam.     

'Chi~~Chi~~~'     

Sang raja monster mengalami luka berat, dan ia mengeluarkan geraman murka. Sang raja monster berdiri di atas kaki belakangnya dan menyemburkan cairan beracun berwarna hitam. Xu Chu saat ini tengah berada di belakang sang raja monster. Melihat hal ini, dia tidak berani menganggap remeh cairan tersebut, dan segera melangkah ke samping untuk menghindarinya.     

Ketika cairan hitam itu mendarat di atas tanah, tanah itu dalam sekejap mengeluarkan asap kehitaman, yang mengeluarkan suara cairan yang mendidih. Dalam waktu singkat, sebuah lubang muncul di jalanan batu itu.     

Ketika Xu Chuo melihat hal ini, tidak peduli sebesar apa pun nyalinya, mau tidak mau dia tetap merasa ketakutan. Jika cairan itu mengenai wajahnya, tidak mungkin dia bisa selamat. Bahkan jika cairan itu hanya mengenai zirahnya, cairan ini mungkin akan melubanginya.     

Setelah menembakkan cairan beracun, tubuh sang raja monster menjadi jauh lebih lemah.     

Ketika Ouyang Shuo melihat hal tersebut, dia segera mencabut tombaknya; terdapat darah segar di sana. Sang raja monster telah terluka parah, sehingga ia sudah merasa bingung. Bagaimana mungkin Ouyang Shuo akan melewatkan kesempatan sebagus ini? Dia segera menggunakan teknik menjinakkan hewan buas.     

"Notifikasi Sistem: Gagal menjinakkan!"     

Ouyang Shuo menyadari bahwa sang raja monster masih terus melakukan perlawanan. Dia sama sekali tidak peduli dan terus menggunakan teknik menjinakkan hewan. Setiap kali dia menggunakannya, perlawanan dari sang raja monster sedikit demi sedikit terus berkurang.     

"Teknik menjinakkan hewan buas!"     

Ouyang Shuo kembali menggunakannya, dan dia dapat merasakan bahwa perlawanan sang raja hewan tersebut sudah menjadi benar-benar lemah. Jika tidak ada kesalahan, dia akan berhasil. Pada saat itu, sebatang anak panah ditembakkan dari kejauhan. Panah ini benar-benar tidak biasa. Bukan hanya cepat, tapi mata panahnya juga diselimuti oleh api.     

"Yang Mulia Raja, hati-hati!" Xu Chu merasa kaget dan segera meneriakkan peringatan.     

Ouyang Shuo juga merasakannya dan tidak berani untuk menerima panah itu secara langsung, dia segera menggeser tubuhnya. Teknik menjinakkan hewan buas yang sedang berjalan akhirnya hancur. Panah itu menggores dada Ouyang Shuo dan menancap di kepala dari sang raja monster dengan bunyi 'Sleb!'     

'Ci~~~Ci~~~'     

Entah apa pengaruh yang dimiliki oleh panah tersebut, tapi sang raja monster yang sudah lemah kembali meraung dan menggeliat sebelum akhirnya tewas setelah panah itu menyerangnya.     

Ouyang Shuo segera menunjuk dan memberi perintah, "Tangkap tikus-tikus itu!"     

"Baik Yang Mulia Raja!"      

Ketika Pasukan Pengawal Dewa Tempur menerima perintah tersebut, mereka segera mengirimkan satu regu untuk menyerbu ke arah musuh.     

Panah itu tentu saja ditembakkan oleh Dida, dan merupakan item khusus kelas Emas Hitam. Melihat bahwa Ouyang Shuo hampir menjinakkan sang raja monster, bagaimana mungkin Dida akan membiarkan hal itu terjadi? Tanpa ragu dia langsung menghabisi nyawa sang raja monster.     

Karena Ouyang Shuo terlalu berhati-hati, dia jatuh dalam siasat Dida. Jika ini adalah kehidupannya yang dulu, Ouyang Shuo mungkin tidak akan terjebak siasat seperti itu. Di kehidupannya yang sekarang, pencapaian Ouyang Shuo sangat luar biasa, dia sudah berhasil naik ke atas singgasana. Karena itulah, tanpa sadar dia semakin menyayangi nyawanya. Namun, semakin kau menyayangi nyawamu, maka semakin mudah untuk terbunuh. Ini merupakan pelajaran yang besar bagi Ouyang Shuo.     

Karena itulah, Ouyang Shuo menjadi semakin murka. Dia tidak menyangka bahwa tikus-tikus kecil itu mampu menyebabkan masalah besar bagi dirinya.      

Begitu sang raja monster terbunuh, situasi pertempuran menjadi buruk.      

Seluruh kawanan monster langsung mengamuk. Mata mereka berubah menjadi semerah darah ketika mereka menyerbu secara gila-gilaan ke arah Ouyang Shuo dan kelompoknya.     

Bukan hanya mereka yang ada di jalan-jalan sekeliling mereka, tapi juga para monster Iblis Paruh Bebek di seluruh Kota Satelit telah mendengar raungan terakhir dari raja mereka dan dengan cepat berkumpul. Karena jalanan kota terlalu sempit, beberapa dari mereka berlari di atas atap.     

Kali ini, dengan jalanan kota sebagai pusatnya, kawanan Iblis Paruh Bebek menyerbu dari segala penjuru. Mereka mengeluarkan raungan yang aneh; mereka ingin membalas dendam demi raja mereka.     

Dengan segera, tekanan pada Pasukan Pengawal Dewa Tempur dari arah luar menjadi bertambah besar dan korban mulai berjatuhan. Dalam sekejap mata, semakin banyak Iblis Paruh Bebek yang berkumpul.     

Bahkan Pasukan Pengawal Dewa Tempur yang diperintahkan untuk mengejar Dida juga dipaksa mundur, yang membuat Dida dan kawan-kawannya dapat mundur kembali ke Dunia Bawah Tanah. Mereka menggunakan kesempatan itu untuk pergi menuju markas Iblis Paruh Bebek, karena masih ada banyak harta karun yang menunggu untuk diambil oleh mereka.      

Ketika mengingat wajah muram Ouyang Shuo, Dida menjadi begitu gembira hingga tertawa lepas. Seluruh anggota regu juta terlihat gembira, dan sang kapten mau tidak mau harus memuji Dida. Dia tersenyum dan mengatakan, "Dida kau telah berjasa besar. Kau adalah pahlawan dari Maroko."     

Ketika Dida mendengar hal itu, dia menjadi semakin gembira. Dia sama sekali tidak bersikap rendah hati.     

"Cepat, ayo kita pergi mengambil harta karun itu."     

Semua anggota regu mulai tertawa dan saling berbincang-bincang ketika mereka menghilang ke dalam Dunia Bawah Tanah.     

…     

Tidak peduli sekuat apa pun Pasukan Pengawal Dewa Tempur, mereka tetap akan kesulitan untuk melawan sekawanan monster.      

Ekspresi Ouyang Shuo benar-benar dingin. Dia tidak peduli akan hal apa pun lagi, dan memusatkan energinya ke dalam Dantian-nya. Dia lalu menghubungkannya ke dalam Ding Xia Raya yang melayang di atas lautan energi primordial dan dalam sekejap mengaktifkan Tinju Naga Sang Putra langit.     

Di dalam Dantian-nya, energi primordial emas tengah digiring oleh energi misterius dan menerjang tepat ke arah Ding Xia Raya bagaikan air bah, lalu menghilang.     

Dalam sekejap 1/3 energi primordial di dalam Dantian-nya menghilang, benar-benar pemandangan yang mengagetkan.     

Ouyang Shuo juga merasa sangat tercengang. Walaupun Tinju Naga Sang Putra Langit benar-benar kuat, penggunaan energi primordial seperti ini tidak bisa ditangani oleh banyak orang. Dalam waktu singkat, 60% dari energi primordial miliknya telah dihisap.      

Pada saat itu juga, sebuah pola berwarna emas muncul di atas Ding Xia Raya, dan bahkan naga ungu di dalamnya juga membuka matanya; energi primordial masih terus dimasukkan ke dalam Ding Xia Raya.      

Karena energi primordial sebanyak itu langsung dihisap dalam waktu singkat, Ouyang Shuo terlihat seakan tidak mampu lagi untuk berdiri stabil.     

"Yang Mulia Raja!" Ketika Xu Chu melihat hal tersebut, dia segera berlari untuk membantu Ouyang Shuo.     

"Aku baik-baik saja!" Ouyang Shuo mengibaskan tangannya. Dia lalu bersila di jalanan Kota Satelit dan mulai kembali mengalirkan energi primordialnya dengan konsentrasi penuh.     

Xu Chu tahu bahwa sang Raja pasti memiliki alasan karena telah mengambil tindakan ini, sehingga dia tidak berani berlama-lama. Dengan setia, dia menjaga sang Raja di samping tubuhnya untuk menahan para hewan buas agar tidak mengganggu sang Raja.     

Ouyang Shuo memusatkan perhatiannya, sambil mengkonsentrasikan seluruh tenaganya agar bisa terhubung dengan Ding Xia Raya. Dia merasa ada pengetahuan misterius yang mengalir ke dalam pikirannya, dan dalam sekejap dia mengerti bagaimana cara menggunakan Tinju Naga Sang Putra langit.      

Ketika 80% dari energi primordial di tubuhnya telah terhisap habis, Ding Xia Raya memancarkan sinar emas, ia akhirnya telah 'kenyang'. Ouyang Shuo mengikuti metode yang muncul di dalam kepalanya dan mengerahkan Tinju Naga Sang Putra Langit.     

Naga ungu yang ada di dalam Ding Xia Raya bersalto di udara, sambil mengayunkan cakarnya. Dengan suara 'Duar!' sebuah kepala emas keluar dari dalam Ding Xia Raya, dan terlihat sangat kuat.     

Kepalan kecil itu dalam sekejap muncul di luar tubuh Ouyang Shuo. Dalam sekejap, kepalan itu menjadi besar. Bagian yang paling menyolok adalah pertama kepalan itu terbagi menjadi dua, kemudian empat, lalu delapan, dan terus membagi diri. Dalam sekejap mata, ribuan kepalan emas muncul di luar tubuh Ouyang Shuo. Semua kepalan itu dapat dikendalikan oleh Ouyang Shuo, dan dia bisa menggunakannya secara bebas untuk menyerang musuh.      

Ini juga berarti bahwa semakin murni dan semakin kuat kondisi mental Ouyang Shuo, semakin banyak kepalan yang bisa dikendalikannya. Seribu kepalan berwarna emas adalah batas maksimalnya untuk saat ini. Mempertahankan semua kepalan emas tersebut adalah beban besar bagi energi mentalnya.     

Ouyang Shuo dengan cepat mengunci para Iblis Paruh Bebek yang ada di sekitar situ, dan mengerahkan kepalan emas tersebut. Masing-masing kepalan emas bagaikan sebuah peluru, yang secara otomatis menghindari Pasukan Pengawal Dewa Tempur dan hanya menghantam para monster.     

Dengan cepat, seribu ekor monster telah terhantam.     

Walaupun kepalan emas itu dibentuk oleh energi primordial, daya bunuhnya benar-benar mengejutkan. Setiap Iblis Paruh Bebek yang terhantam oleh kepalan emas maka tubuhnya akan melesak. Dan dengan luka separah itu, sepertinya para monster tersebut tidak akan bisa bertahan hidup.      

Di antaranya, para monster yang terhantam di bagian kepala akan menyaksikan cairan otak mereka mengalir keluar, dan tewas secara mengenaskan.      

Dalam sekejap mata, semua Iblis Paruh Bebek yang mengepung Pasukan Pengawal Dewa Tempur telah terbunuh.      

Pemandangan itu benar-benar mengejutkan.      

Harus diketahui bahwa masing-masing Iblis Paruh Bebek adalah subspesies dari hewan roh, dan beberapa bahkan sudah mencapai tingkatan hewan roh. Namun, di depan seribu kepalan emas tersebut, mereka bagaikan kertas dan sama sekali tidak bisa melawan.     

Insta Kill! [1][1]     

Ketika Pasukan Pengawal Dewa Tempur melihat hal tersebut, mereka begitu terkejut sampai-sampai tidak mampu menutup mulut mereka. Mereka menatap sang Raja bagaikan sedang melihat sesosok dewa.     

Para Iblis Paruh Bebek juga sama terkejutnya. Monster level tinggi seperti mereka tentu saja memiliki kecerdasan di level tertentu. Keinginan mereka untuk membalas dendam atas raja mereka telah mengakar di tulang para Iblis Paruh Bebek, tapi mereka tetap dipenuhi rasa takut begitu melihat banyak saudara mereka yang tewas terbunuh.     

Hari sudah memasuki siang, dan matahari yang menyengat dengan tanpa ampun membakar dunia ini. Hal itu saja sudah merupakan hal yang membuat para Iblis Paruh Bebek ini merasa kesakitan. Apalagi, setelah menyaksikan kekuatan dari Tinju Naga Sang Putra Langit, rasa percaya diri mereka telah hilang sepenuhnya.     

'Ci~~~~Ci~~~'     

Entah monster mana yang meraung sambil berbalik dan melarikan diri. Melihat arah larinya, monster itu tengah bergerak tepat menuju Dunia Bawah Tanah. Monster itu tidak mau lagi tinggal di tempat semengerikan ini.      

Melihat hal tersebut, seluruh kawanan segera tenggelam dalam kekacauan. Monster demi monster segera mengikuti monster sebelumnya dan melarikan diri ke berbagai arah, mereka telah kehilangan keberanian untuk membalaskan dendam raja mereka.     

Melihat jalanan yang tiba-tiba menjadi kosong, Pasukan Pengawal Dewa Tempur benar-benar tidak bisa lagi berbicara.      

Satu jurus, sang Raja hanya mengerahkan satu jurus untuk menghancurkan seluruh kawanan monster, hal semacam itu benar-benar tidak bisa dibayangkan.     

Ouyang Shuo menghembuskan napas lega sembari duduk bersila. Wajahnya terlihat sangat pucat, dan dahinya dipenuhi oleh bulir-bulir keringat sebesar biji jagung. Menggunakan Tinju Naga Sang Putra Langit menghabiskan banyak sekali energi Ouyang Shuo. Dantian miliknya dengan cepat menjadi kosong.     

Ouyang Shuo memperkirakan setidaknya butuh waktu sebulan agar dirinya bisa pulih kembali. Walaupun Tinju Naga Sang Putra langit sangat kuat, Ouyang Shuo tidak bisa hanya mengandalkan teknik tersebut karena teknik itu memiliki banyak penghambat.     

Untunglah, krisis tersebut bisa dihindari. Sayangnya, Ouyang Shuo tidak bisa menjinakkan sang raja monster. Tanpa membahas hal lainnya, tapi hanya karena cairan beracun yang disemburkan oleh sang raja monster saja sudah cukup untuk membuatnya ingin memelihara monster tersebut. Sekarang, sepertinya hal semacam itu akan menjadi sesuatu yang sulit untuk dicapai.     

Untunglah, dengan merebut Maroko berarti nanti akan datang waktunya Ouyang Shuo berhasil menjinakkan semua monster itu.     

[1] Karena ini termasuk istilah game jadi untuk mempertahankan nuansa gamenya, tidak dirubah ke Bahasa Indonesia     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.