Dunia Online

Pertempuran Sungai Fei



Pertempuran Sungai Fei

3(Note: Bab ini adalah bab tentang latar belakang Pertempuran Sungai Fei. Jika kalian tidak menyukainya atau jika kalian sudah mengetahui latar belakang sejarahnya, kalian dapat melewatkan bab ini.)     
3

Hari ke-16, bulan ke-6, berbagai awak media di Cina melaporkan masalah Teritori Batu yang menjadi negara vasal secara mendetail pada posisi yang paling menyolok yaitu pada halaman depan.     

Pada saat ini, sebuah Notifikasi Sistem tiba-tiba menyebar ke seluruh Cina.     

"Notifikasi Sistem: Cina telah berhasil mengembangkan 30 teritori menjadi Prefektur Tingkat 2, mengaktifkan sistem Battle Map, Battle Map ke-7, Pertempuran Sungai Fei, akan dimulai dalam waktu tiga hari. Peringatan: Pertempuran Sungai Fei bukanlah misi Battle Map wajib, dan hanya para Penguasa Prefektur Tingkat 2 yang memiliki hak untuk mendaftar dan bergabung di dalamnya."     

…     

Saat ini, di Cina hanya tersisa sekitar 50 teritori, dan bahkan teritori yang terendah adalah Prefektur Tingkat 1. Prefektur Tingkat 2 merupakan tingkatan teritori pada umumnya. Sedangkan Di Chen dan kawan-kawannya, yang telah naik menjadi Marquis Kelas ke-1, teritori mereka telah naik menjadi Prefektur Tingkat 3.     

Namun, penting untuk memperhatikan bahwa ada celah besar yang ada di antara Marquis Kelas ke-1 dengan Duke. Jangankan Di Chen, bahkan poin jasa milik Feng Qiuhuang sekalipun hanya ada di angka 400 ribu, yang bahkan masih kurang dari separuh jumlah poin jasa yang dibutuhkan.     

Sepertinya bagi Cina untuk melahirkan Ibu Kota ke-2 masih sangat jauh.     

Perasaan Ouyang Shuo sedikit kacau ketika memikirkan Pertempuran Sungai Fei. Di kehidupan sebelumnya, Cina tidak berkembang secepat ini. Karena itu, sebelum Ouyang Shuo terlahir kembali, Pertempuran Sungai Fei merupakan Battle Map terakhir.     

Ini berarti di Battle Map berikutnya, Ouyang Shuo tidak akan memiliki keuntungan lagi.     

…     

Pertempuran Sungai Fei terjadi pada 383 M., dan Kekaisaran Qin Awal [1][1] mengirimkan pasukan untuk menyerang Dinasti Jin Timur dan mereka saling berhadapan di Pertempuran Sungai Fei. Pada Akhirnya, Dinasti Jin Timur menggunakan 80 ribu untuk mengalahkan 1,12 juta prajurit Kekaisaran Qin Awal.     

Pasukan Kekaisaran Qin Awal memiliki keuntungan mutlak tapi pada akhirnya mereka kalah dari Dinasti Jin Timur, sehingga negara mereka menjadi kacau dan berbagai suku melepaskan diri dari kekuasaan mereka, yang akhirnya membentuk Kerajaan Qin Kemudian dan Kerajaan Yan. Dinasti Jin Timur menggunakan kesempatan itu untuk bergerak ke utara dan memperluas perbatasan mereka hingga mencapai Sungai Kuning. Di tahun-tahun berikutnya, Dinasti Jin Timur tidak menghadapi gangguan apa pun dari pihak luar.     

…     

Berbicara mengenai Pertempuran Sungai Fei, maka kita juga harus membicarakan tentang latar belakang khusus dari masa Wei Jin serta Dinasti Selatan dan Utara.     

Periode-periode ini juga disebut sebagai Zaman Tiga Kerajaan Dua Jin 16 Negara serta Dinasti Selatan dan Utara. Dari masa kekuasaan Cao Pi hingga Dinasti Sui yang menghancurkan Kerajaan Chen dan menyatukan seluruh Cina, 369 tahun telah berlalu.     

Zaman ini merupakan masa ketika rezim paling sering datang silih berganti, dan perang sering terjadi. Dalam kurun waktu 300 tahun, ada kurang lebih 30 kerajaan kecil dan besar yang muncul silih berganti.     

Zaman Wei Jin serta Dinasti Selatan dan Utara menggantikan zaman Dinasti Han Barat dan Timur yang pada akhirnya digantikan oleh Zaman Sui Tang. Pada periode ini, Cina benar-benar sangat kacau. Pada zaman itu, aliran pemikiran Wei dan Jin mulai bermunculan, Taoisme dan Buddhisme mengalami kebangkitan, serta budaya Yunani dan Persia mulai masuk ke Cina.     

Pada periode ini, sistem raja mengalami perubahan. Sistem yang digunakan di masa Sui dan Tang terbentuk dan dikembangkan pada masa ini, dan pengaruhnya terus berlanjut hingga zaman Dinasti Song Utara.     

Pada tahun 265 M., Sima Yan menggulingkan Kekaisaran Cao Wei dan membangun sebuah rezim baru yang bernama Jin, dengan Luoyang sebagai Ibu Kotanya, yang menutup Zaman Tiga Kerajaan dan menyatukan seluruh Cina.     

Sayangnya, persatuan ini hanya bertahan selama beberapa waktu.     

Setelah menghancurkan Kerajaan Wu, para bangsawan Dinasti Jin Barat menjadi sangat korup dan sistem politik mereka benar-benar gelap. Pada masa ini, para keluarga aristokrat memegang kendali kekuasaan.     

Pada zaman ini, juga terdapat banyak suku nomaden yang ditarik masuk ke dalam kekaisaran dan dijadikan sebagai budak oleh para keluarga aristokrat. Pada titik itu, suku Guanzhong dan Liangzhou mengisi separuh jumlah populasi kekaisaran.     

Karena ada terlalu banyak orang yang bermigrasi, Dinasti Jin Barat akhirnya musnah dan kekacauan pun dimulai.     

Pada 299 M., Dinasti Jin Barat memulai perang delapan pangeran, yang berlangsung selama tujuh tahun. Suku-suku nomaden yang ditarik masuk ke dalam kekaisaran memanfaatkan kesempatan ini untuk menjadi prajurit dan mengangkat senjata, yang menghasilkan pemberontakan lima suku minoritas di utara.     

Pemberontakan ini dimulai sejak hancurnya Dinasti Jin Barat dan berlangsung hingga Kekaisaran Wei Utara menyatukan wilayah utara.     

Zaman ini merupakan bencana besar bagi suku Han. Pada periode tersebut, Cina terbagi menjadi utara dan selatan dan berada dalam kebuntuan.     

Kelima suku diluar suku Han adalah suku Xiongnu, Xianbei, Jie, Qiang dan Di. Kaisar Qin Awal, Fu Jian, yang muncul di Pertempuran Sungai Fei berasal dari Suku Di.     

Pada 357 M., Fu Jian sang Pangeran Laut Timur memulai kudeta, dan menggulingkan Fu Sheng yang merupakan Kaisar dari Kekaisaran Qin Awal dan akhirnya naik takhta. Dia lalu mengganti gelarnya menjadi Yong Xing.     

Dalam 30 tahun berikutnya, Fu Jian menggunakan Wang Meng dan orang-orang lainnya untuk membangun negara kuat dengan kemiliteran yang tangguh. Mereka menyapu Kerajaan Yan Awal, Liang Awal, dan Dai, hingga akhirnya berhasil menyatukan wilayah utara dan membagi Cina menjadi wilayah utara dan selatan dengan Dinasti Jin Timur.     

Fu Jian benar-benar penguasa yang luar biasa dan tidak ada satu pun kaisar Dinasti Jin Timur yang sebanding dengan dirinya.     

Selagi menghancurkan Kerajaan Yan Awal, Liang Awal, dan Dai, Fu Jian tidak membunuh para raja dan perdana menteri yang tertangkap. Sebaliknya, dia memperlakukan mereka dengan sangat baik.     

Kemungkinan besar hal ini bukan karena dirinya berhati besar tapi lebih karena pertimbangan strategis.     

Karena Suku Di hanyalah sebuah suku kecil di utara, bagaimana mereka bisa mengendalikan suku-suku lainnya merupakan sebuah masalah besar. Menghadapi skenario seperti ini, Fu Jian tidak ingin membuat masalah dengan membunuh para raja dan perdana menteri. Karena itulah, dia memilih untuk mengendalikan mereka dan bahkan memberikan mereka kewenangan untuk memimpin pasukan.     

Orang-orang yang terlibat di sini termasuk Murong Chui, Yao Chang dan masih banyak lagi.     

Ironisnya, setelah Qin Awal kalah dalam Pertempuran Sungai Fei, Murong Chui melarikan diri ke wilayah Yan Awal dan mendirikan kerajaannya. Putra putri dari Suku Murong mulai mengangkat senjata dan menimbulkan kekacauan di mana-mana sementara Yao Chang juga akhirnya memberontak dan membunuh Fu Jian.     

…     

Pada 375 M., Wang Meng meninggal dunia. Sebelum kematiannya, dia berpesan pada Fu Jian, "Walaupun Jin berada di Wuyue yang terpencil dan terbelakang, mereka tetaplah sebuah kekaisaran yang tangguh. Mereka berhubungan baik dengan negara-negara tetangganya dan juga merupakan tanah keramat. Aku tidak ingin kau menyerang dan menangkap rakyat Suku Qiang setelah aku tiada. Aku memang membenci mereka, tapi ini akan menyebabkan masalah bagi kita, jadi mari kita sedikit memelankan langkah untuk mempersiapkan masa depan."     

Pesan Wang Meng ini memang masuk akal.     

Setelah menghancurkan Kerajaan Yan Awal, Liang Awal, dan Dai, Kekaisaran Qin Awal telah mengumpulkan rampasan perang yang sangat besar. Untuk mencerna semua itu bukanlah hal yang mudah.     

Perbedaan budaya di antara suku-suku tersebut membutuhkan waktu agar bisa bersatu.     

Dengan menaklukan seluruh wilayah utara, Suku Di yang kecil bagaikan ular yang menelan seekor gajah. Secara logika, ular tersebut seharusnya memusatkan perhatiannya untuk memproduksi asam lambung agar dapat mencerna si gajah. Memilih menelan seekor badak sebelum selesai mencerna si gajah tentu saja merupakan ide yang buruk.     

Wang Meng mencemaskan kemampuan pencernaan dari si ular, sehingga dia berkata seperti itu.     

Tanpa daya, kebangkitan Fu Jian merupakan sebuah kisah kesuksesan tanpa akhir; hal ini membuat Fu Jian menjadi terlalu percaya diri, dan dia yakin bahwa keberuntungannya tidak akan pernah habis.     

Fu Jian dengan gembira berpikir bahwa tidak ada yang salah dengan menelan seekor badak.     

Menyatukan seluruh Cina merupakan sebuah godaan besar, dan ini merupakan sesuatu yang tidak bisa ditolak oleh Fu Jian. Karena itulah, tujuh tahun setelah Wang Meng meninggal dunia, Fu Jian merasa waktunya sudah tepat, dan dia akhirnya memutuskan untuk menyerang Dinasti Jin Timur.     

Pada 378 M., Kekaisaran Qin Awal, meningkatkan serangan mereka terhadap Dinasti Jin Timur.     

Pada tahun itu, Qin Awal mengerahkan 170 ribu prajurit dan membagi diri menjadi empat untuk menyerang Dinasti Jin Timur. Kota Xiangyang bertahan hingga setahun penuh sebelum akhirnya kalah, dan Gubernur Provinsi Yong dari Dinasti Jin Timur, Zhu Xu, ditangkap oleh Qin Awal.     

Berdasarkan kebiasaan Fu Jian dalam memperlakukan tawanan perang, Zhu Xu akhirnya menjadi pejabat Kekaisaran Qin Awal.     

Zhu Xu ini masih belum menyerah, dirinya menjadi mata-mata tingkat tinggi dan menjadi faktor perusak yang besar pada Pertempuran Sungai Fei.     

Pada 383 M., Kaisar Kekaisaran Qin Awal, Fu Jian, memutuskan untuk bertempur habis-habisan demi menaklukan Dinasti Jin Timur, dia lalu memerintahkan 1/10 rakyatnya untuk bergabung dengan kemiliteran.     

Dia juga menginginkan semua kuda yang ada, baik milik publik dan juga milik pribadi, untuk digunakan oleh kemiliteran.     

Karena itulah, dia berhasil mengumpulkan 870 ribu prajurit. Yang diantaranya, terdapat 270 ribu kavaleri. Selain itu, ada juga 250 ribu prajurit pasukan perintis yang dipimpin oleh Jenderal Fu Rong sehingga total seluruh pasukan mencapai 1,12 juta prajurit.     

Di masa itu, Dinasti Jin Timur hanya memiliki tiga hingga empat juta penduduk, sehingga prajurit mereka berjumlah kurang dari seratus ribu. Namun, dibandingkan dengan satu juta prajurit dari Kekaisaran Qin Awal, pasukan Dinasti Jin Timur yang berjumlah kurang dari seratus ribu beberapa kali lipat lebih kuat.      

Pasukan utama dari Dinasti Jin Timur adalah Pasukan Benteng Utara, yang pada umumnya direkrut dari para pengungsi.     

Kenapa pengungsi?     

Setelah Dinasti Jin Barat runtuh, para pengungsi dari utara memasuki wilayah selatan dan sebagian hidup di sebelah selatan Sungai Changjiang, yang lalu menjadi rakyat jelata. Namun, ada banyak dari mereka yang masih hidup di sebelah utara Sungai Changjiang, dan mereka memiliki organisasi dan persenjataan tersendiri.     

Di zaman kuno, melarikan diri bukan merupakan hal yang mudah dan sangat berbahaya.     

Selagi melarikan diri, semua orang harus memakai pakaian terbaik mereka dan menyimpan semua harta benda paling berharga di dalam barang bawaan mereka, yang menjadikan mereka target perampokan terbaik.     

Di zaman kacau seperti ini, bandit ada di mana-mana, dan mereka akan merampok seluruh harta benda yang kau miliki dan membuangmu begitu saja. Para prajurit juga ikut merampok para pengungsi.     

Selain dari bandit dan prajurit seperti itu, bahkan para pejabat Jin juga memiliki niat buruk terhadap mereka.     

Sebagai contoh, Sima Yang yang merupakan Pangeran Xiyang dari Dinasti Jin Timur memerintahkan para prajuritnya untuk menyamar sebagai bandit demi merampok para pengungsi di Hubei. Dan bukan hanya satu atau dua pangeran yang melakukan hal seperti ini, tapi bisa dibilang hal tersebut telah menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan. Bahkan Zu Ti yang terkenal juga pernah melakukannya.     

Ketika Zu Ti tiba di Jiangnan untuk pertama kalinya, dia tidak memiliki banyak harta benda. Pada suatu hari, dia mengundang banyak pejabat ke rumahnya dan menunjukkan banyak harta karun, "Jangan terkejut, kemarin aku mendapatkan keberuntungan di Nantang."     

Pada dasarnya, Zu Ti bukanlah orang yang jahat, dan dia juga memimpin pasukan menuju Henan dan tewas di sana. Para penduduk Henan membangun sebuah kuil untuk menghormati dirinya dan banyak orang berdoa kepadanya.     

Kuncinya adalah karena melakukan hal ini benar-benar terlalu menggoda. Sekelompok domba gemuk bertebaran di luar, kenapa mereka harus melepasnya begitu saja? Lagipula, mereka juga menggenggam golok dan tombak, jadi kenapa tidak merampok mereka?     

Sedangkan mengenai bagaimana kehidupan para domba itu setelah dirampok, hal itu bukanlah urusan mereka.     

Bahkan para pengungsi juga akan saling merampok satu sama lainnya, dan pengungsi yang tidak memiliki senjata akan dengan sangat mudah menjadi korban dari pengungsi yang lain.     

Dalam situasi seperti ini, para pengungsi mulai berkumpul di bawah satu kepemimpinan. Siapapun yang berani merampok mereka, maka mereka akan bertarung habis-habisan.     

Pemimpin kelompok pengungsi ini juga dikenal sebagai komandan pengungsi.     

Dengan begitu, para pengungsi akhirnya menjadi pasukan militer independen.     

Semua pengungsi yang bergerak ke selatan telah melewati berbagai kekacauan dan belajar dengan sangat cepat, yang membuat mereka memiliki kemampuan bertempur yang sangat baik.      

Tidak menempatkan mereka di medan tempur sama saja dengan menyia-nyiakan mereka.     

Pada 377 M., Xie Xuan mengumpulkan banyak pengungsi dan membangun Pasukan Benteng Utara.     

Di bawah kepemimpinan Xie Xuan, Pasukan Benteng Utara berlatih dengan keras selama bertahun-tahun dan dengan cepat menjadi pasukan paling elit di dalam Dinasti Jin Timur, sebuah pasukan terkuat di seluruh Cina.     

Enam tahun setelah Xie Xuan membangun Pasukan Benteng Utara, Pertempuran Sungai Fei dimulai.     

Membahas pertempuran ini dari sudut pandang netral, Fu Jian mengirimkan 1/10 dari seluruh rakyatnya. Pada masa itu, rasio ini tidaklah terlalu tinggi. Rasio yang lebih tinggi dari ini juga bukanlah sebuah hal yang langka.     

Namun, Fu Jian menggunakan rasio tersebut dengan menggunakan seluruh Qin Awal sebagai dasarnya, dari Hebei hingga Sichuan, Shandong hingga Gansu, yang menciptakan sebuah masalah besar.     

Mereka tidak memiliki jalur aspal atau gerobak, dan mereka juga tidak memiliki banyak alat pengangkut bagi para prajurit tersebut. Karena itu, mereka hanya bisa mengandalkan kaki dari para prajurit. Dalam situasi seperti itu, jika seseorang tidak membawa beban apa pun dan berjalan dengan tangan kosong, mereka akan mampu berjalan sejauh 40 km jika mereka berjalan selama delapan jam sehari.     

Tapi sebagai prajurit, mereka pasti akan membawa berbagai macam barang bersama mereka, dan jalur yang mereka lewati juga bukan selalu jalur yang datar.     

Berdasarkan informasi sejarah, pasukan Alexander yang Agung dapat berjalan sejauh 25 km dalam satu hari. Pasukan Roma juga dapat berjalan sejauh 25 km dalam satu hari, dan jika mereka dapat bergerak dengan cepat, mereka bahkan dapat berjalan sejauh 30 km dalam satu hari.     

Tapi pasukan Qin Awal bukanlah prajurit yang terlatih secara profesional, sehingga sangat jarang bagi mereka bahkan untuk dapat berjalan sejauh 20 km dalam satu hari. Ini juga terjadi di zaman yang kacau, sehingga jalur yang mereka lewati pasti tidak rata.     

Jika mereka mereka bertemu sebuah aliran sungai, hal ini menjadi jauh lebih parah. Tanpa jembatan, mereka hanya bisa menggunakan perahu penyeberang. Bahkan jika kita tidak memperhitungkan semua itu, bagi satu orang prajurit untuk bergerak hingga mencapai wilayah Zunhe, tetap akan membutuhkan waktu selama dua bulan.     

Masalahnya adalah Fu Jian bersikap terburu-buru dalam masa persiapan perang. Dia memerintahkan mereka untuk berperang pada bulan ke-7, sehingga logikanya, sebuah perintah akan membutuhkan waktu satu bulan penuh untuk bisa mencapai seluruh daerah di dalam Kekaisaran Qin Awal, dan setelah itu juga akan dibutuhkan waktu bagi para pejabat daerah untuk melaksanakannya.     

Tapi Fu Jian merasa bahwa waktu tidak akan menunggu siapapun.      

Pada hari ke-2 bulan ke-8, Fu Jian mengirim Duke Yangping, Fu Rong, demi mengumpulkan infanteri dan kavaleri dari Zhang Hao, Murong Chui, dan para pejabat lain yang mencapai 250 ribu kavaleri untuk dijadikan sebagai pasukan perintis, dan dia juga memerintahkan Gubernur Provinsi Yanzhou, Yao Chang agar mengambil posisi sebagai panglima naga.     

Hari ke-8, bulan ke-8, Fu Jian meninggalkan Chang An untuk maju ke medan tempur bersama dengan pasukan utamanya.     

Bulan ke-9, Fu Jian memimpin 250 ribu pasukan perintis menuju wilayah Sungai Huai, dan pasukan tengahnya mencapai Kota Xiang, Pasukan Liangzhou mencapai Xianyang, Prefek Zitong, Pei Yuanle, memimpin 70 ribu angkatan laut untuk bergerak ke timur dari Sichuan. Pasukan Youzhou dan Jizhou juga telah mencapai Kota Peng.     

Pada titik ini, perang telah resmi dimulai.     

Pada waktu ini, apakah berbagai prajurit daerah Kekaisaran Qin Awal mencapai medan tempur mereka masing-masing? Memperhitungkan waktunya, harus disadari bahwa mereka tidak akan bisa melakukannya. Berdasarkan catatan sejarah, ketika Fujian mencapai Kota Xiang, pasukan Gansu baru saja mencapai Xianyang.     

Semua pasukan masih bergerak menuju area berkumpul mereka, tapi perang malah sudah dimulai.     

Ironisnya, bahkan sebelum mereka tiba, Pertempuran Sungai Fei sudah berakhir. Yang mereka lakukan hanyalah menghabiskan perbekalan dalam jumlah besar dan menutup berbagai jalur.     

Harus dikatakan bahwa kekalahan Fu Jian terjadi karena dia tidak mendengarkan pesan terakhir Wang Meng dan tidak memedulikan nasihat para pejabatnya. Dia merasa terlalu percaya diri. Ketika dia mengirimkan prajurit Kekaisaran Qin Awal menuju Dinasti Jin Timur, dia sudah mengalami kekalahan.     

Kekalahan Kekaisaran Qin Awal pada Pertempuran Sungai Fei bukan terjadi karena keberuntungan.     

[1] Di masa Enam Belas Kerajaan ada berbagai kerajaan yang menggunakan nama yang sama, seperti pada penjelasan di bab sebelumnya yang menjelaskan kebanyakan kerajaan di Cina menggunakan nama-nama kerajaan yang ada pada masa negara-negara berperang. Karenanya ada tiga kerajaan Qin di masa Enam Belas Kerajaan, untuk seterusnya di nama kerajaan tersebut ditambahkan gelar lain, yaitu Kekaisaran Qin Awal, Kerajaan Qin Kemudian, Kerajaan Qin Barat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.