Dunia Online

Pertempuran Akhir di Sungai Fei



Pertempuran Akhir di Sungai Fei

1Kemah Jin Timur, tenda utama.     
0

Ouyang Shuo melirik Jia Xu. Memahami apa yang dimaksud Ouyang Shuo, Jia Xu melangkah maju dan mengatakan, "Menghitung 300 ribu prajurit yang ada di Shouyang, musuh memiliki total 600 ribu prajurit. Di sisi lain, kita hanya memiliki 340 ribu prajurit jika kita menghitung angkatan laut."     

"Dalam hal kekuatan saat ini, pasukan kita berada di atas angin. Karena kita akan bertempur habis-habisan, kita harus menyerang sebelum pasukan Shouyang tiba. Jika kita memenangkan pertempuran ini, pasukan Shouyang tidak akan membuat banyak perbedaan."      

Xie Xuan berkata dengan ragu, "Jika kita mengambil inisiatif untuk menyerang, kita perlu menyeberangi sungai. Musuh tidak akan sebodoh itu untuk memundurkan pasukan mereka bukan?"     

Jia Xu mengangguk, "Tentu saja, mereka tidak akan melakukannya."     

"Kalau begitu apa yang harus kita lakukan?"     

"Jika mereka tidak mundur, maka kita hanya harus memaksa menyerang."     

Jika orang ini bukanlah ahli siasat terkenal dari Zaman Tiga Kerajaan, tawa Xie Xuan pasti sudah meledak, "Memaksa menyerang? Apa aku salah dengar? Apa kau tahu berapa banyak prajurit yang akan kita korbankan? Memangnya kita masih bisa berperang setelah itu?"     

"Jenderal harap tenang." Kata Jia Xu sambil tersenyum, "Bahkan jika kita tidak memaksa menyerang, pasukan Shouyang akan memaksa menyerang begitu mereka tiba. Kuncinya tetaplah kendali atas Sungai Fei, dan itulah kenapa Squadron Zhoushan ingin menghancurkan Squadron Yashan dan memasuki Sungai Fei terlebih dulu."     

"Tidak heran."     

Xie Xuan mengerti. Sebelum pertempuran akhir, angkatan laut dari kedua belah pihak harus bertempur sengit.     

Xie Shi terlihat sedikit cemas, "Bisakah Squadron Yashan menang?"     

Ouyang Shuo memiliki keyakinan penuh terhadap Squadron Yashan, sehingga dia tersenyum dan mengatakan, "90%."     

"Bagus; kalau begitu semuanya sudah diputuskan."     

Xie Shi tidak ragu-ragu lagi, dan dia segera memberi perintah. Kemenangan di Jingzhou membuat dirinya sangat yakin pada pasukan pemain.     

Setelah menentukan rencana pertempuran dan mencapai konsensus, kelimanya kemudian mendiskusikan detail-detail pertempuran sebelum membubarkan diri.     

Begitu rapat perang berakhir, seluruh Kubu Jin Timur mulai bergerak.     

Ouyang Shuo mengumpulkan para Penguasa lain untuk melaporkan keadaan ini. Baik mereka bersedia atau tidak, mereka harus mengikuti rencana ini karena itu adalah keputusan dari Xie Shi dan Ouyang Shuo.     

Mereka hanya bisa bergabung atau keluar dari Battle Map.     

Tentu saja, tidak ada satu pun Penguasa itu yang merasa sebosan itu. Bagaimanapun juga, semua orang membawa pasukan mereka kemari demi mengumpulkan poin jasa.      

Karenanya, mereka tidak memiliki alasan untuk tidak bergabung dalam pertempuran.     

Huo Qubing secara resmi menggantikan Xie Shi sebagai panglima pasukan Jin Timur, yang memimpin 340 ribu prajurit. Xie Xuan akan menjadi wakil panglima. Semua pemain Penguasa menemui Ouyang Shuo untuk memberikan kendali pasukan mereka kepada Ouyang Shuo.     

Sedangkan mengenai penempatan pasukan, semuanya diserahkan kepada Huo Qubing.     

Setelah Xie Shi turun jabatan, dia menggunakan identitasnya sebagai panglima utama untuk mengumpulkan puluhan ribu pekerja demi mendapatkan kayu dan mengirimkannya menuju Tepian Timur Sungai Fei.     

Para pekerja kebanyakan terdiri dari tukang kayu, dan mereka mampu membangun jembatan di atas Sungai Fei.     

Seluruh kemah dalam sekejap menjadi sangat sibuk. Suasana sebelum perang benar-benar ramai tapi juga sangat tegang. Pasukan Benteng Utara ingin balik menyerang pasukan Qin Awal, dan pasukan pemain ingin membunuh musuh untuk mendapatkan poin jasa.     

…     

Keributan dari kemah pasukan Jin Timur mengagetkan pasukan Qin Awal.     

Ketika Fu Jian mendapatkan surat itu, dia mengerutkan dahinya. Di Chen dan Wuqi juga tidak berdaya dan hanya bisa memberi semangat bagi Fu Jian. Mereka berkata bahkan jika pasukan Jin Timur mengambil inisiatif untuk menyerang, mereka tidak bisa menyeberangi Sungai Fei.     

Meski begitu, Fu Jian tetap tidak bisa tidur.     

Hal buruk datang silih berganti, dan rasa percaya dirinya sudah hampir hancur.     

Di Chen dan yang lainnya juga sangat tertekan. Selain dari saat mereka baru memasuki Battle Map dan semua hal berjalan dengan mulus, semua hal yang terjadi setelahnya terasa seperti mereka sudah jatuh dalam jebakan musuh. Mereka seakan tengah dikendalikan.     

Mereka hanya bisa menyalahkan kenyataan bahwa mereka tidak memiliki ahli siasat seperti Jia Xu.     

...     

Battle Map, hari ke-15, wilayah Sungai Huai.      

Semenjak pertempuran ini dimulai, angkatan laut yang tidak berperan banyak menjadi pusat perhatian. Pihak manapun yang berhasil merebut kendali Sungai Fei akan mendapatkan inisiatif dari pertempuran ini.     

Aliran Sungai Huai mengalir dengan cepat.     

Pagi-pagi sekali, kedua squadron masih berada dalam kebuntuan di persilangan antara Sungai Huai dan Fei.     

Pemimpin Squadron Yashan adalah Admiral Armada Yu Dayou. Untuk pemimpin Squadron Zhoushan, orang itu adalah pensiunan jenderal angkatan laut federasi.     

Kedua belah pihak memiliki sisi positif masing-masing.     

Xiong Ba hanyalah Marquis kelas ke-2 dan hanya bisa membawa pasukan dalam jumlah terbatas. Karenanya, demi mendapatkan poin jasa, dia juga membawa sedikit angkatan darat. Karena itulah, Squadron Zhoushan juga hanya terdiri dari separuh divisi.     

Ditambah dengan sepuluh ribu angkatan laut Xie Shi, perbedaan prajurit menjadi terlihat lebih jelas.     

Namun, dalam pertempuran sungai, jumlah prajurit bukanlah kunci dari kemenangan. Bagaimanapun juga, tidak peduli sebanyak apa pun kapal yang dimiliki oleh satu pasukan, hanya 10 kapal yang bisa bertempur dalam satu waktu.     

Perang dimulai pada pukul 8 pagi.     

Mereka adalah musuh lama, sehingga sama sekali tidak ada tipuan. Mereka hanya langsung saling menembak hingga pihak musuh hancur. Begitu sebuah kapal tenggelam, kapal yang ada di belakangnya akan menutup lubang yang muncul, dan siklus itu terus berulang.     

Walaupun menggunakan strategi yang sama, senjata dan perlengkapan kedua pasukan memiliki perbedaan.     

Karena kedua belah pihak menggunakan kapal menara, kuncinya adalah meriam.     

Squadron Yashan menggunakan Meriam Tipe P1 yang telah diperbaharui. Ditambah dengan dukungan Regu Penerbang, perlahan mereka berhasil mendapatkan posisi yang lebih baik dan berhasil mendesak mundur Squadron Zhoushan.     

Pada pukul 10 pagi, area persilangan sungai itu telah berada di bawah kendali Squadron Yashan.     

Tepat di saat itu, Xie Shi memimpin 10 ribu pelaut untuk memotong dari belakang. Ketika Squadron Yashan menahan semua tembakan dari depan, mereka menggunakan kapal mereka yang ringan untuk memasuki Sungai Fei.     

Walaupun Squadron Zhoushan merasa gelisah, Squadron Yashan terus menghalangi mereka, Squadron Zhoushan tidak bisa bergerak.     

Pada pukul 12 siang, angkatan laut Jin Timur memasuki Sungai Fei.     

Ketika Yu Dayou melihat hal itu, dia segera merubah formasi kapal dan mengunci jalan masuk menuju Sungai Fei. Dia telah merubah formasi squadron ini menjadi formasi bertahan. Jenderal Squadron Zhoushan mau tidak mau hanya bisa menyerah.     

Setiap kapal perang didapatkan dengan usaha keras, Teritori Raja tidak bisa dibandingkan dengan Dinasti Xia Raya, sehingga mereka tidak bisa menyia-nyiakan kapal perang dengan mudah. Mereka telah berusaha sekuat tenaga, dan tidak perlu melakukan pengorbanan yang tidak diperlukan.     

Karena itulah, dalam sepagian, pemenangnya telah ditentukan.     

Melihat hal itu, Yu Dayou menempatkan lima kapal menara di Sungai Fei untuk membantu angkatan laut Jin Timur untuk mengendalikannya.     

…     

Sementara angkatan laut tengah bertempur, orang-orang yang lain juga tengah mengerjakan hal lain.     

Para pekerja yang telah dikumpulkan Xie Shi tengah membangun jembatan di Sungai Fei agar angkatan darat bisa menyeberang. Ketika angkatan laut Jin Timur memasuki sungai, seluruh proses ini tiba-tiba menjadi semakin cepat.     

Pasukan Qin Awal ingin mengganggu mereka. Namun, berkat pengeboman Regu Penerbang, tidak banyak yang bisa mereka lakukan. Pada pukul 5 sore, pasukan Qin Awal tahu bahwa mereka tidak bisa menghancurkan jembatan tersebut, sehingga mereka memusatkan perhatian mereka pada persiapan menghadapi pertempuran.     

Ketika mendekati waktu malam, diam-diam 50 jembatan telah dibangun di atas permukaan sungai.     

Malam ini sudah ditakdirkan akan menjadi malam yang panjang.     

…     

Hari ke-16 Battle Map, matahari mulai terbit.     

Suasana peperangan sudah mencapai puncaknya. Beberapa prajurit tidak bisa tidur dengan nyenyak karena merasa tegang. Ketika matahari terbit, para prajurit di kedua sisi Sungai Fei langsung terbangun.     

Semua prajurit terbangun dan mulai mengenakan zirah mereka. Setelah sarapan, mereka bergegas menuju lapangan latihan untuk berkumpul.     

Squadron angkatan laut menyebar di sepanjang Sungai Fei. Di antara kapal perang, ada banyak jembatan yang telah berbaris hingga mencapai tepi seberang.     

Di tepi barat Sungai Fei, 300 ribu prajurit Qin Awal sudah menanti dalam formasi tempur mereka.     

Berdasarkan penempatan pasukan yang disiapkan oleh Wuqi, 50 ribu prajurit Qin Awal dtempatkan di belakang untuk melindung keselamatan sang Kaisar. Sejujurnya, Wuqi sudah menyerah untuk menggunakan ke-50 ribu prajurit Qin Awal tersebut.     

Pilar sejati dari pasukan ini adalah ke-250 ribu prajurit pemain.     

Pasukan menyebar di sepanjang tepi sungai; dan formasi mereka menanti musuh dengan khidmat. Walaupun Wuqi baru menerima hak memerintah pasukan pemain hanya dalam setengah bulan, masing-masing pasukan bergerak dengan sangat efisien. Seperti yang diharapkan dari seorang Jenderal Dewa.     

Pasukan Qin Awal tengah diam dan menanti; mereka memiliki kelebihan dari segi geografis.     

Di tepi seberang, ada 250 ribu prajurit pasukan pemain di bagian depan. Ke-70 ribu Pasukan Benteng Utara digunakan untuk melindungi sayap kanan.     

Pada pukul 8 pagi, genderang perang kembali ditabuh.     

'Wu~~!'     

Bersama dengan ditiupnya sangkakala perang, meriam-meriam mulai ditembakkan, yang memberikan tembakan perlindungan bagi pasukan angkatan darat. Mereka dalam sekejap membersihkan ruang sepanjang seratus meter di tepi barat untuk membuat angkatan darat Jin Timur dapat tiba di tepi seberang.     

"Serbu!"     

Pasukan besar itu langsung menyerbu ke arah Sungai Fei, siap untuk bertempur habis-habisan melawan pasukan Qin Awal.     

"Bunuh!"      

Pasukan Qin Awal sama sekali tidak gentar, dan mereka semua dipenuhi oleh niat membunuh.     

Dalam waktu kurang dari 20 menit, kedua belah pihak telah mulai saling membantai.     

Dalam skenario khusus seperti ini, infanteri adalah jenis pasukan yang paling berguna.     

Sedangkan untuk jembatan sementara yang baru dibangun ini, mereka tentu saja tidak memiliki kualitas yang bagus. Terlebih, sebagian besar prajurit belum melalui latihan yang cukup, sehingga mau tidak mau mereka mulai berjatuhan ke dalam sungai ketika mereka berusaha untuk menyeberang.     

Secara berkala, para prajurit akan jatuh ke sungai dan diambil oleh pasukan angkatan laut.     

Dengan begitu, gelombang pertama serangan Jin Timur dapat dengan mudah ditangkis, yang meningkatkan moral pasukan Qin Awal.     

Huo Qubing sama sekali tidak kecewa. Semakin banyak prajurit yang berusaha menyeberangi sungai untuk bertempur dengan pasukan Qin Awal. Mereka mengorbankan diri untuk mendapatkan sedikit ruang. Seluruh tepi barat Sungai Fei sudah menjadi lautan api.     

Ketika memasuki pertempuran akhir, sama sekali tidak ada taktik perang. Semuanya hanya berdasarkan kemampuan dari masing-masing panglima pasukan.     

Wuqi melawan Huo Qubing; kedua Jenderal Dewa tersebut berada di level yang sama.     

Pada pukul 10 pagi, setelah membayar dengan mahal, Pasukan Jin Timur akhirnya berhasil menyeberangi sungai. Medan tempur akhirnya benar-benar pindah ke tepi barat, dan perang ini mulai memasuki periode krusial.     

Kedua belah pihak merupakan pasukan elit dari teritori masing-masing, sehingga kekuatan tempur mereka cukup sebanding.     

Dalam pertempuran ini, kedua belah pihak menderita kerugian yang cukup besar.     

Seluruh medan tempur bagaikan sebuah penggiling daging raksasa, dan di sana selalu ada manusia yang tewas di setiap waktu.     

Kedua belah pihak memiliki pasukan yang nyaris mencapai 500 ribu prajurit. Di bawah komando dari kedua Jenderal Dewa, mereka terus saling menghantam.     

Kecuali berada langsung di medan tempur, orang-orang tidak akan bisa membayangkan seperti apa pemandangan dalam pertempuran tersebut. Jika dilihat-lihat, seluruh tanah diselimuti oleh zirah, dan semua orang saling berdempetan.     

Tidak peduli siapa pun itu, begitu mereka memasuki medan tempur, mau tidak mau darah mereka pasti mendidih.     

Ouyang Shuo membawa ketiga ribu Pasukan Pengawal Dewa Tempur dan muncul di medan tempur. Di dalam Battle Map, para prajurit yang tewas dapat dibangkitkan kembali dengan menggunakan poin kontribusi pertempuran, sehingga ini adalah tempat terbaik untuk melatih prajurit.     

Ouyang Shuo ingin menyerap aura pembantaian demi Tombak Tianmo miliknya.     

Sekelompok pasukan elit seperti ini kurang lebih sama sekali tidak bisa dibunuh di tengah medan tempur. Ketika Wuqi melihat hal tersebut, dia menyiapkan sebuah pasukan dalam jumlah besar untuk mengepung dan menyerang mereka. Namun, dia tidak mengira bahwa Ouyang Shuo hanya menggunakan dirinya sendiri sebagai umpan, dan sebenarnya dia sudah berkoordinasi dengan Huo Qubing untuk balik menyerang.      

Setelah gagal satu kali, Wuqi tidak memiliki harapan lagi untuk bisa menyerang Ouyang Shuo, sehingga dia memusatkan perhatian pada pertempuran utama.     

Setelah bertempur seharian, langit seakan sudah runtuh, dan darah mengalir bagaikan sungai. Kedua belah pihak memiliki kekuatan yang seimbang. Kemenangan tidak bisa diputuskan, dan kedua belah pihak terjebak dalam kebuntuan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.