Dunia Online

Akhir dari Negara Taiping



Akhir dari Negara Taiping

3Malam hari yang sedingin air es. Saat angin musim gugur bertiup, bersamanya ia membawa udara yang sangat dingin. Sangat kontras dengan yang dirasakan oleh Pasukan Barat Negara Taiping yang sekarang tengah terbakar di bawah api yang seterang cahaya siang.      0

Sinar yang dipancarkan oleh api membumbung hingga ke langit dan menerangi seluruh langit malam. Cahaya ini seperti telah membangkitkan rimba belantara yang luas dan hening ini.     

Ketika Pasukan Shanhai menyerang, sebagian prajurit telah tenggelam dalam tidur panjang karena seharian mereka telah bergerak dengan cepat di sepanjang jalan. Selain dari para prajurit patroli, kemah ini pada dasarnya tidak memiliki pasukan pertahanan sama sekali.      

Di tengah semua ini, bahkan langit juga memberi bantuan pada Pasukan Shanhai. Cahaya rembulan yang terang serta bintang-bintang yang berkilauan juga bekerja sama untuk menerangi seluruh kemah seperti siang hari, hingga semua orang dapat melihat dengan jelas.     

Ini mungkin adalah keberuntungan dan kemakmuran milik Shanhai yang mulai menunjukkan kegunaannya, hingga mempengaruhi cara kerja bulan dan bintang. Semenjak dia mengalahkan Chiyou, peruntungan Ouyang Shuo telah mewujud di area barat daya dan tidak ada satu Penguasa pun yang bisa menandinginya.      

Sesuai kata pepatah, seorang anak dengan keberuntungan dan kemakmuran yang tinggi pasti akan dilindungi oleh langit.     

Menggunakan keuntungan yang diberikan oleh langit malam yang terang, Pasukan Shanhai bagaikan serigala dan harimau saat mereka mulai membantai pasukan musuh.      

Di waktu yang sama, kedua divisi kavaleri yang tengah membuntuti pasukan barat dari belakang akhirnya telah menyelesaikan misi mereka sebagai umpan sehingga mereka langsung menyerbu ke dalam kemah musuh.     

Menghadapi serangan gunting dari kedua pasukan ini, kekalahan telah dari pasukan barat ini hanya tinggal masalah waktu.      

Shi Dakai melihat ke arah kemah yang kacau, dan rasa putus asa pun mulai muncul di dalam hatinya untuk pertama kali. Langit benar-benar telah meninggalkan Negara Taiping!     

Pria besi ini hanya bisa menghela napas panjang; dia tidak ingin menyerah dan berusaha sebaik mungkin untuk mengumpulkan pasukannya agar dapat menerobos keluar. Selama dia berhasil menerobos keluar ke arah Kota Tianjing, dia pasti akan memiliki kesempatan untuk hidup.      

Sayangnya, hal ini tidak akan terjadi. Pasukan Shanhai memiliki Baiqi dan Han Xin yang memimpin mereka. Begitu mereka melancarkan serangan, bagaimana mungkin mereka memberikan kesempatan pada Negara Taiping untuk dapat kembali bernapas? Semua jalan melarikan diri telah ditutup dengan rapat.     

Berbagai pasukan Shanhai ini sekarang bekerja bersama-sama, dan maju serta mundur sebagai satu kesatuan saat mereka melancarkan serangan yang gigih dan dengan efisien membantai setiap prajurit Pasukan Negara Taiping.      

Di setiap sudut dan arah, pasti ada prajurit yang diletakkan untuk menjaganya. Kemah pasukan barat kini bagaikan sebuah penjara, dan berhasil dikepung oleh seluruh Pasukan Shanhai tanpa ada jalan meloloskan diri.     

Teriakan perang bergema ke seluruh rimba belantara, dan gema itu tidak akan hilang dalam waktu yang cukup lama.      

Ketika Luo Xhixin dan Zhang Liao tiba dengan pasukan mereka, situasi di sini pada dasarnya telah selesai. Dua Divisi Kavaleri elit ini menggunakan cahaya dari api untuk menyapu ke segala arah, dan membunuh siapa pun yang berusaha melawan.      

Pasukan Zhang Liao merasakan emosi mereka mulai naik saat mereka terus membantai musuh. Pasukan di hadapan mereka telah membuat mereka tidak bisa bernapas selama beberapa hari terakhir ini. Siapa yang mengira bahwa dalam waktu singkat, peran dari keduanya akan berbalik 180 derajat. Sekarang, Pasukan Negara Taiping-lah yang tengah dibantai oleh Pasukan Teritori Harmoni.      

Perbedaan yang sebesar ini benar-benar membuat semua orang menjadi sulit untuk mempercayainya.     

Zhang Liao juga menjadi dipenuhi emosi di hatinya.     

Jika dibandingkan, Pasukan Shanhai benar-benar pasukan yang spesial. Prajurit dari Pasukan Negara Taiping memang mempertimbangkan untuk menggunakan perlindungan langit malam untuk melarikan diri. Sayangnya, bagaimana mungkin Han Xin membiarkan itu terjadi.?     

Di luar kemah, kedua legiun telah mengatur puluhan ribu pemanah untuk bersiaga. Jika mereka melihat siapa pun mencoba melarikan diri, mereka akan membuat orang itu menjadi target berjalan. Menghadapi hujan panah serapat ini, tidak peduli seberani apa pun orang itu, dia pasti akan merasa ragu. Sehingga satu-satunya jalan hanyalah menyerah.     

Di antara api yang menyebar, akhirnya ada beberapa prajurit yang mulai menyerah. Mereka menyadari dengan jelas bahwa mereka adalah harapan terakhir negara mereka. Sekarang, harapan itu telah hancur, dan nyawa mereka juga telah menjadi taruhannya. Bahkan jika mereka cukup beruntung dan berhasil lolos, mereka tidak akan bisa bersembunyi dari kejaran pasukan musuh.     

Negara Taiping sekarang adalah sebuah kapal bocor yang akan karam. Daripada tenggelam bersama dengan kapal ini, kenapa tidak naik ke kapal yang baru? Dengan mentalitas seperti ini terdapat pada pasukan barat saat pertempuran ini sudah mencapai bagian akhir, semakin banyak prajurit yang menyerah. Mereka bagaikan domino, dan kelompok demi kelompok memilih untuk menyerah.      

Pada tahapan selanjutnya, jika para jenderal musuh ada yang menghentikan mereka untuk menyerah, para prajurit Shanhai akan langsung memenggal mereka. Melihat kejadian seperti ini, tidak ada lagi jenderal musuh yang berusaha bertindak sebagai pahlawan.     

Lereng ini baru menjadi tenang setelah tengah malam. Semua prajurit yang menyerah dikurung di tempat yang sama, dan senjata serta perlengkapan mereka semuanya telah diambil. Kemah besar ini dalam sekejap telah berubah menjadi penjara sementara. Dalam semalam, semua telah berubah.      

Langit malam kini menjadi semakin gelap. Bahkan sinar bintang-bintang juga semakin memudar. Rimba belantara yang berisik kini telah mendapatkan kembali keheningannya.      

Tentu saja, setelah beberapa waktu berada di bawah kegelapan malam, pagi pun dengan cepat tiba. Selama semalaman ini, tidak ada satu orang pun di dalam kemah ini yang bisa beristirahat.     

Prajurit Shanhai tengah sibuk mengumpulkan para tahanan perang, dan mereka tidak berani untuk tidur saat ini. Terlebih lagi bagi prajurit Negara Taiping yang baru saja menjadi tahanan perang, mereka merasa emosional sehingga mereka juga tidak bisa tertidur karena itu. Dua ratus ribu prajuit ini telah berhasil melalui 4 jam terberat dalam hidup mereka bersama-sama di tengah kegelapan.     

Pukul 6 pagi, matahari akhirnya terbit dari timur. Bersama dengan matahari yang kemerahan, kegelapan ini akhirnya memudar. Langit malam bagaikan gelombang pasang yang akhirnya surut, menghilang dengan kecepatan yang terlihat.     

Fajar sekali lagi telah muncul di dunia. Di saat inilah, Baiqi dan Han Xin akhirnya memiliki waktu untuk melakukan perhitungan pasca perang. Untuk bisa bergerak seefisien ini semuanya adalah berkat para penasihat perang profesional dan juga orang-orang berbakat di dalam legiun ini.      

Pada akhirnya, hasil pertempuran ini bahkan membuat Baiqi merasa terkejut.      

Dalam pertempuran ini, dari 150 ribu prajurit dari Pasukan Barat Negara Taiping, 40 ribu terbunuh, 90 ribu tertangkap, dan kurang dari 20 ribu berhasil melarikan diri. Dari 4 jenderal penting, Shi Dakai berhasil meloloskan diri berkat para pengawal pribadinya, Li Kaifeng terbunuh, sementara Xiao Chaogui dan Feng Yunshan berhasil tertangkap.      

Karena pertempuran ini merupakan pertempuran malam, Pasukan Shanhai juga menderita beberapa kerugian, tapi kerugian yang mereka derita hanyalah kerugian yang sangat kecil.      

Ketika langit menjadi terang, Zhang Liao dan pasukannya beristirahat sebentar sebelum akhirnya pulang ke Kota Harmoni. Karena pasukan barat telah berhasil dihancurkan, hancurnya Negara Taiping tidak akan terhindarkan lagi, sehingga Pasukan Shanhai sudah tidak membutuhkan bantuan tambahan. Lagipula Prefektur Kunming baru saja menjadi damai, dan pasukan Teritori Harmoni ini perlu diatur ulang. Sebagai jenderal legiun, semakin cepat Zhang Liao kembali, maka semakin baik.     

Untunglah, mereka semua adalah prajurit, dan kemiliteran memang tidak terlalu mementingkan masalah kesopanan yang terlalu rumit. Hanya dengan beberapa salam dan kata perpisahan, pasukan Zhang Liao langsung meninggalkan kemah ini.     

Setelah mereka saling membantu untuk beberapa waktu ini, hubungan antara Shanhai dan Harmoni telah menjadi semakin dekat. Bukan hanya di antara para jenderal tapi juga di antara para prajurit.      

Divisi Kavaleri pimpinan Luo Shixin jelas kembali ke dalam legiun asal mereka. Setelah mempertimbangkan bahwa mereka telah bertempur tanpa henti dan merasa cukup lelah, Baiqi memutuskan untuk menugaskan Luo Shixin untuk mengirim 90 ribu tahanan perang ini ke Benteng Mulan. Karena mereka masih berada di dalam perbatasan Negara Taiping, dia lalu meminta Divisi 5 untuk ikut dengan Luo Shixin untuk mencegah kecelakaan.     

Ketika Luo Shixin menerima perintah ini, dia jelas merasa tidak senang. Dia sebenarnya ingin menyaksikan sendiri seperti apa Kota Tianjing itu. Sekarang, dia sepertinya tidak akan memiliki kesempatan untuk itu. Tapi karena ini adalah perintah militer, dia hanya bisa mengangguk setuju.     

Ketiga divisi Legiun Naga yang tersisa bersama dengan Legiun Macan Tutul sekarang akan mulai menyerbu ke Kota Tianjing. Saat ini, pertempuran yang telah berlangsung selama lebih dari sebulan ini akhirnya akan segera berakhir.      

Bulan ke-11, hari ke-16 siang hari, Kota Tianjing.     

Shi Dakai memimpin pasukan yang tersisa dan mundur kembali ke Kota Tianjing, dan kondisi mereka menyebabkan keterkejutan yang tidak bisa dibayangkan. Berita mengenai Pasukan Barat Negara Taiping yang dihancurkan oleh musuh bagaikan sebuah tsunami yang mengguncang seluruh Kota Tianjing.      

Rasa putus asa mulai menyebar. Suasana panik ini bagaikan sebuah virus, menyebar secepat kilat. Suasana pesimistis dalam sekejap menyelimuti seluruh Kota Tianjing.     

Berita mengenai Shi Dakai yang berniat untuk bunuh diri ketika menemui sang raja mulai menyebar. Jika bukan karena para pengawal dapat bergerak selangkah lebih cepat, mungkin sekarang Shi Dakai sudah tewas ditempat. Melihat hal ini, bagaimana mungkin Hong Xiuquan tega untuk memarahi jenderal setia-nya ini?     

Terutama setelah kegagalan Pasukan Barat, Pasukan Negara Taiping yang awalnya terlihat seterang bintang-bintang, kini terlihat jauh lebih redup. Jika mereka membiarkan Shi Dakai terbunuh kali ini, mereka tidak akan memiliki jenderal untuk memimpin pasukan ini. Dan Hong Xiuquan juga tahu bahwa kekalahan pasukan barat juga merupakan salah satu tanggung jawabnya.      

Dia dengan angkuh mengatakan bahwa seluruh negara berada di bawah kendalinya, tapi dia tidak mengira bahwa Teritori Shanhai ini telah menyembunyikan semua ini tepat di bawah batang hidungnya. Rasa malu yang dia rasakan saat ini bukanlah hal yang bisa dimengerti oleh orang luar.     

Keduanya terus berbicara secara pribadi selama lebih dari dua jam. Sedangkan mengenai isi pembicaraannya, orang luar tidak akan pernah tahu. Mereka hanya tahu bahwa ketika Shi Dakai meninggalkan istana, dia bahkan tidak kembali ke rumahnya malah dia langsung bergerak ke barak untuk mengatur pasukannya, mempersiapkan beberapa pakaian dan juga makanan sebagai bekal. Mereka yang memiliki pikiran tajam akan menyadari bahwa sang raja tengah bersiap untuk melarikan diri.     

Benar sekali, menghadapi kekalahan sebesar ini, Hong Xiuquan tidak lagi memiliki kepercayaan diri untuk tetap mempertahankan kota ini. Daripada harus mati untuk mencoba mempertahankan kota ini, kenapa tidak melarikan diri lebih awal? Sedangkan untuk arah pelarian mereka, jelas adalah Prefektur Guilin di utara.      

Negara Taiping menguasai 3 Prefektur. Tidak perlu dikatakan lagi, separuh dari Xunzhou telah direbut oleh Shanhai. Prefektur Zhen An berdekatan dengan Kunming, sehingga di sana juga tidak akan aman bagi Hong Xiuquan. Karena itu, satu-satunya pilihan adalah melarikan diri ke Guilin.      

Walaupun Ouyang Shuo telah merebut kedua terusan yang menyambungkan kedua prefektur ini, Hong Xiuquan telah menguasai Xunzhou hampir selama setahun ini. Karena itu, dia memiliki jalan untuk menembus barikade ini. Terlebih lagi, termasuk dengan 20 ribu prajurit pimpinan Shi Dakai, Hong Xiuquan masih memiliki 100 ribu prajurit di bawah perintahnya. Bahkan jika dia menyerang paksa terusan itu, mereka masih memiliki kesempatan untuk menang.     

Tindakan Shi Dakai yang tidak biasa ini telah menimbulkan kehebohan di dalam kota. Tiba-tiba, mulai beredar rumor-rumor dan Kota Tianjing mulai menjadi tidak terkontrol. Tanpa daya, Hong Xiuquan hanya bisa mengeluarkan penguncian informasi dan menggunakan pasukan militer untuk menenangkan situasi ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.