Dunia Online

Ujung Jalan



Ujung Jalan

2Jika Han Xin adalah seorang pembunuh, maka Baiqi merupakan pendekar pedang yang hebat. Ketika Baiqi melihat Legiun Macan Tuttul melancarkan serangan mendadak ke arah pasukan Negara Taiping dan membuat musuh menjadi kacau, dia tidak tinggal diam dan tidak melakukan apa pun. Dia segera memerintahkan Divisi 3,4, dan 5 Legiun Naga untuk keluar dari benteng dan ikut menyerbu pasukan musuh. Dengan begini, pasukan Negara Taiping menjadi terjepit oleh kedua pasukan ini.     
2

Yang Xiuqing, Lin Fengxiang, dan Chen Yucheng berusaha untuk berkumpul dan membentuk pertahanan bagi pasukannya. Sayangnya, semua terjadi terlalu cepat. Walaupun pasukan Negara Taiping telah melewati latihan yang keras dan bukan pasukan pemula, mereka masih belum mencapai level di mana mereka tidak akan membuat kesalahan. Di hadapan pasukan Shanhai yang begitu kuat, mereka sama sekali tidak bisa melawan.     

Pemilihan waktu yang dipilih Han Xin benar-benar terlalu mematikan. Dia menyerang ketika mereka berada di puncak kelelahan dan juga saat dimana mereka berada di titik paling santai. Para prajurit sudah mulai berpikir bahwa mereka akan mundur dan dapat menikmati makan malam. Siapa yang menyangka bahwa mereka tiba-tiba harus menghadapi pertempuran hidup mati seperti ini? Takdir benar-benar sangat kejam, dan menghantam mereka di saat mereka tidak mengharapkannya. Runtuhnya pasukan Negara Taiping ini benar-benar terjadi di depan mata mereka.      

Matahari senja menjadi semakin terang, sinarnya telah menyebar melewati separuh langit.      

Pembantaian tanpa ampun ini tidak melambat meskipun kegelapan malam sudah semakin tiba. Setiap prajurit di medan tempur kini menghadapi ujian pertempuran hidup dan mati.      

Puluhan ribu prajurit Negara Taiping tengah terjebak dalam perlawanan terakhir mereka. Teriakan mereka yang membahana terus bergema ke seluruh rimba belantara, dan suara mereka juga terdengar hingga melewati tembok Benteng Mulan.     

Di medan tempur, para prajurit terus berguguran, dan jatuh ke tanah yang telah dilumuri oleh darah di bawah cahaya matahari senja. Matahari senja yang berwarna kemerahan telah mewarnai saat-saat ini dengan cahaya yang indah.     

Ini adalah warna kehidupan. Saat-saat terakhir sebelum prajurit gugur, mata mereka akan memantulkan cahaya matahari senja yang spesial ini. Begitu indah, walaupun hanya sedikit memancarkan kehangatan.     

Matahari merah yang menggantung di langit itu akhirnya sudah merasa cukup dan mulai bersembunyi di balik cakrawala. Langit malam yang gelap akhirnya tiba dan beberapa bintang yang langka mulai menghiasinya.     

Teriakan membunuh di rimba belantara ini akhirnya sudah sampai di penghujung waktunya. Teriakan itu menjadi semakin lemah. Di rimba belantara ini, lautan darah terus mengalir. Kuda perang meringkik dan asap menyebar.      

Seratus ribu pasukan selatan Negara Taiping akhirnya hancur dalam satu sapuan. Kebanyakan prajurit mereka antara terus berusaha bertempur atau mencoba melarikan diri. Melihat bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk menang, beberapa bahkan memilih untuk menyerah. Banyak dari prajurit ini yang berasal dari rakyat kecil yang telah dicuci otaknya oleh Hong Xiuquan dan tergoda oleh imbalan yang dia tawarkan. Mereka bergabung dalam kemiliteran hanya untuk bertahan hidup. Karena itu, mereka lebih mempedulikan nyawa mereka dibanding hal lainnya.     

Barisan demi barisan prajurit serta gelombang demi gelombang manusia mulai menyerah. Mereka meletakkan senjata mereka di tanah dan berdiri dengan tegak di medan pertempuran yang berwarna merah, dipenuhi oleh rasa tidak berdaya dan takut.      

Bahkan suara dari senjata yang jatuh ke tanah menimbulkan suara yang begitu menusuk telinga. Ini adalah suara suatu negara yang kalah.     

Di saat mereka paling bersinar, Negara Taiping akhirnya menderita kekalahan. Dan dengan ini mereka akan jatuh ke dalam jurang. Setelah pertempuran ini, kurang dari 10% dari 200 ribu prajurit mereka yang masih tersisa.     

Saat ini, Yang Xiuqing dan jenderal yang lainnya telah menyerah untuk melakukan perlawanan. Mereka memimpin prajurit elit mereka untuk melakukan usaha terakhir dalam menjebol kurungan pasukan Shanhai ini.     

Sayangnya, baik Baiqi ataupun Han Xin tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Pasukan paling elit dari kedua legiun dikirim untuk mengepung pasukan yang tengah melarikan diri itu. Ketika Pasukan Taiping melihat pasukan musuh yang terlihat begitu mengancam dan jenderal utama mereka juga tengah melarikan diri, banyak dari prajurit Pasukan Taiping yang akhirnya memilih untuk menyerah karena telah putus asa.     

Di bawah langit malam, mereka pasti akan gagal untuk meloloskan diri dari kejaran. Dan itulah alasan kenapa mereka lebih memilih untuk menyerah daripada melarikan diri. Bagaimanapun juga, semua orang pasti memikirkan nyawa mereka sendiri.      

Operasi perburuan ini akhirnya berakhir saat tengah malam. Menghadapi kejaran dari Pasukan Shanhai, ketiga jenderal Negara Taiping ini memiliki nasib yang berbeda-beda.      

Lin Fengxiang, memimpin pasukannya untuk mencoba menerobos dari barat daya, tapi divisi pimpinan Shao Bu berhasil menyudutkan mereka. Pasukan mereka akhirnya menderita kerugian besar. Pada akhirnya, Lin Fengxiang terbunuh di medan perang dan para prajuritnya hanya bisa menyerah.     

Pasukan Chen Yucheng berusaha untuk melarikan diri lewat barat laut, tapi Sun Chuan Lin mengejar mereka. Dewa Pemanah ini menembak dan berhasil menangkap Chen Yuchang. Pasukan Chen Yucheng segera menyerah ketika melihat jenderalnya tertangkap..     

Satu-satunya yang berhasil lolos hanyalah Yang Xiuqing. Jenderal yang bertugas untuk mengejarnya adalah Mu Guiying. Di bawah perintah Baiqi, dia membiarkan Yang Xiuqing untuk lolos. Untuk melindungi pelariannya, pasukan Yang Xiuqing telah menderita kerugian besar. Pada akhirnya, yang berhasil lolos bersama Yang Xiuqing hanyalah 3000 prajurit.     

Di akhir pertempuran hidup dan mati ini, selain dari 3000 prajurit yang lolos bersama dengan Yang Xiuqing, dan beberapa lainnya yang beruntung bisa lolos ke dalam hutan, sisa yang lainnya hanya bisa mati atau menyerah.     

Dengan ini, pasukan selatan Negara Taiping telah hilang menjadi debu.     

Bersama dengan runtuhnya pasukan ini, satu pilar penting dari Negara Taiping juga akhirnya rubuh. Sejauh apa Negara Taiping bisa berjalan dengan satu kaki yang telah patah? Semuanya masih belum bisa diketahui.     

Pertempuran paling penting di region barat daya akhirnya telah berakhir.      

Di tengah langit malam, Yang Xiuqing memimpin 3000 prajuritnya yang tersisa dan meloloskan diri. Mereka telah berlari lebih dari 20 km, dan mereka hanya berhenti untuk beristirahat setelah mereka tidak bisa lagi melihat pasukan pengejar.      

Para prajurit mengeluarkan tempat minum dan ransum mereka dalam keheningan, dan mereka mulai menyalakan api untuk memasak. Yang lain antara mulai mengumpulkan beberapa kayu kering untuk menyalakan api atau pergi untuk mengambil air dengan tempat minum dan juga botol yang mereka miliki. Beberapa menyeret tubuh lelah mereka untuk mulai berjaga. Seluruh pasukan ini benar-benar berada dalam kesunyian yang mencekam.     

Di bawah sinar bintang-bintang yang terang, mereka semua merasa mati rasa dan ketakutan. Wajah dari jenderal utama mereka, Yang Xiuqing, terlihat begitu tegang sehingga terlihat seakan dapat robek kapan saja.     

Setelah makan malam seadanya, mereka semua langsung pergi tidur, karena saat ini sudah larut malam. Mereka akan langsung bergerak kembali saat pagi-pagi sekali.     

Setelah secara langsung memeriksa para prajurit yang berjaga, Yang Xiuqing menyeret tubuhnya yang kelelahan dan berjalan masuk ke dalam tenda sementara. Sayangnya, semua yang terjadi siang ini kembali terulang di dalam kepalanya dan membuatnya tidak bisa tidur.     

"Hu!" Yang Xiuqing kembali terbangun. Di luar tenda, langit masih gelap gulita, dan satu-satunya sumber cahaya hanyalah sinar dari bintang-bintang.     

Yang Xiuqing mengenakan jubahnya dan berjalan keluar dari tenda. Dia menengadahkan kepalanya dan menatap ke angkasa, sambil tenggelam dalam pikirannya. Langit malam sepertinya memberikan momen pencerahan baginya, karena pikirannya mulai menjadi semakin jernih.     

Angin malam bertiup melewati mereka dan membawa hawa dingin yang aneh. Sebagai hasilnya, tanpa sadar dia menarik jubahnya agar semakin erat menyelimuti tubuhnya.     

Saat ini, Yang Xiuqing benar-benar tengah memikirkan banyak hal. Mengenai sang Raja, Hong Xiuquan; mengenai nasib dari seluruh Negara Taiping.     

Kekalahan ini membuat satu hal menjadi jelas bagi dirinya. Walaupun Negara Taiping terlihat kuat, mereka sebenarnya bagaikan sebuah istana pasir. Hanya dengan satu gelombang ombak akan cukup untuk meruntuhkan semuanya.     

Memikirkan hal ini, Yang Xiuqing menjadi merasa semakin sakit. Dirinyalah yang membimbing mereka ke dalam jalur ini. Di bawah langit malam, tubuh Yang Xiuqing terlihat kesepian dan tidak berdaya.     

"Apa yang sedang jenderal pikirkan?"     

Tiba-tiba, sebuah suara pelan terdengar dari belakang tubuhnya.     

"Siapa?"     

Bagaimanapun juga, Yang Xiuqing telah menghabiskan banyak waktu dalam kemiliteran, sehingga dia telah membangun sensitivitas untuk menyadari hal seperti ini. Dengan bunyi Shua! Dia lalu menarik pedang yang ada di pinggangnya, senjatanya bersinar dingin di bawah langit malam.     

Ketika Yang Xiuqing membalik kepalanya, dia melihat seorang prajurit biasa. Namun, orang ini tidak terlihat familiar.     

"Prajurit siapa kau, dan kenapa kau tidak berada di dalam tendamu?     

Dalam kata-katanya ini terkandung rasa marah dan kesal. Dia tidak suka ketika bawahannya tidak mengikuti peraturan.     

"Jenderal"      

Saat ini, suara Yang Xiuqing yang mencabut pedang telah membuat prajurit patroli tersadar, sehingga mereka bergegas menghampirinya.     

"Jenderal, Anda sebenarnya tahu bukan, bahwa hari kematian Anda telah dekat?"     

Wajah prajurit biasa ini terlihat sama sekali tidak gentar, dan kalimatnya membuat Yang Xiuqing merinding. Sinar dingin memancar dari matanya.      

"Aku tidak apa-apa, kalian teruslah berpatroli."     

Yang Xiuqing mengerutkan keningnya. Pertama-tama, dia mengirim para prajurit itu untuk kembali berpatroli. Kemudian, dia berbalik ke arah prajurit aneh itu dan mengatakan, "Ikuti aku." Saat dia mengatakan hal ini, dia berjalan ke arah tendanya.     

Prajurit yang aneh ini mengikutinya dari belakang dengan diam.     

Di dalam tenda, Yang Xiuqing tiba-tiba berbalik. Matanya mendadak menjadi tajam dan aura membunuhnya sangat menekan. Dia menatap tepat ke arah prajurit itu dan menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya, "Bicara, siapa, dirimu, sebenarnya"     

"Siapa diriku ini bukanlah hal yang penting. Yang penting adalah aku dapat membantumu."     

"Heh, besar mulut!"     

"Mari kujelaskan. Jenderal, Anda tahu tentang situasi yang akan Anda hadapi ketika Anda kembali bukan?"     

"…"     

Yang Xiuqing tidak bisa membantah hal ini. Dia bukanlah orang tolol, sehingga dia tahu masalah yang akan dihadapinya sekarang. Memikirkan tatapan mata sedingin es dari sang Raja, dia merasa hawa dingin menjalar di punggungnya.     

"Dengan kecemasannya terhadap Anda dan juga kerugian besar baik dari segi prajurit dan juga jenderal, bagaimana mungkin orang itu membiarkan Anda lolos begitu saja?"     

Prajurit ini sama sekali tidak menutup-nutupi kalimatnya, dan dia mengekspos situasi sebenarnya yang akan dihadapi oleh Yang Xiuqing.     

Ketika Yang Xiuqing mendengar hal ini, wajahnya menjadi semakin gelap, dia terus terdiam di dalam tenda.     

Tepat pada saat ini, prajurit itu tiba-tiba merubah nada bicaranya, "Tidakkah Anda memiliki keraguan tentang kenapa sang Raja begitu curiga pada diri Anda?"     

"Kau tahu alasannya?"     

Ketika Yang Xiuqing mendengar hal ini, matanya melebar, dan suaranya juga terdengar sedikit gemetar.     

Masalah ini merupakan simpul terbesar yang ada di dalam hatinya. Semenjak dia tiba di rimba belantara ini, dia benar-benar setia terhadap sang Raja dan juga negaranya. Dia tidak menyangka bahwa sang Raja akan meragukan kesetiaannya itu.     

Perasaan ini benar-benar tidak nyaman. Setiap kali dia berbicara dengan sang Raja, dia dapat merasakan sepasang mata yang terus memandangnya dengan tatapan penuh penilaian dari belakang. Perasaan semacam ini membuat bulu kuduknya berdiri.     

Namun, malam ini, seorang prajurit aneh memberitahu Yang Xiuqing jawaban dari teka-teki terbesar yang menyelimuti hati Yang Xiuqing, sehingga bagaimana mungkin dia tidak merasa terkejut?     

Di udara, aroma siasat yang sedang digodok mulai tercium.     

"Aku tahu sedikit." Jawab prajurit itu sambil mengangguk, "Jika Anda mau mempercayaiku, aku akan memberitahukannya pada Anda."     

"Bicaralah!"     

Yang Xiuqing juga bukan orang sembarangan. Dia segera menenangkan dirinya dan berkonsentrasi, sambil menunggu hal yang akan disampaikan oleh prajurit itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.