Dunia Online

Bersedia untuk Mati



Bersedia untuk Mati

1Ketika mentari pagi sekali lagi menyinari tembok benteng Terusan Guiping, pertempuran ini kembali dimulai. Kedua pasukan yang telah beristirahat semalaman kembali melemparkan diri mereka tanpa ragu ke dalam medan tempur hidup dan mati ini.       2

Jelas terlihat bahwa kemajuan dari pasukan aliansi jauh lebih mulus hari ini. Ke-4000 pasukan Suku Barbar Gunung menatap ke arah pasukan aliansi yang jumlahnya terlihat tiada habis; ini merupakan kali pertama mereka terlihat ragu. Hanya dengan pasukan mereka saja tidak cukup untuk memenuhi seluruh tempat di tembok benteng Terusan Guiping ini, sehingga mereka terpaksa mengosongkan beberapa tempat.     

Terkadang, ada beberapa prajurit pasukan aliansi yang tanpa rasa takut mendaki tembok melalui celah kosong ini. Shi Hu tidak memiliki pilihan selain memimpin regu pemadam kebakaran untuk berpatroli di sepanjang tembok dan memadamkan semua bahaya yang muncul. Meski begitu, terdapat banyak situasi yang nyaris sekali, dan membuat mereka menderita kerugian besar. Melihat situasi ini, akan sulit bagi mereka untuk terus bertahan.     

Perbedaan jumlah di antara kedua pasukan benar-benar terlalu besar, dan keseimbangan pertempuran mulai bergeser ke arah pasukan aliansi. Bahkan Suku Barbar Gunung yang kuat dan telah mengerahkan seluruh kemampuan mereka, juga tidak akan mampu menghadapi pasukan sebanyak ini.     

Terlebih lagi, berkat komando Li Mu, pasukan aliansi tahu kapan harus menyerang dan mundur, serta dapat bekerja sama dengan baik. Infanteri pedang perisai dan pemanah pasukan aliansi telah saling memahami, dan terkadang dalam pertarungan jarak dekat, pemanah akan menembakkan panah mereka dan melindungi rekan mereka dari bahaya.      

Walaupun pihak musuh telah menderita kerugian besar, Li Mu tidak menjadi terlalu percaya diri. Inilah perbedaan antara jenderal besar dan jenderal biasa.      

Tiba-tiba, Terusan Guiping berada di ambang keruntuhan.      

Pei Ju berdiri di atas tembok dengan wajah serius. Tiba-tiba, rasa sakit muncul di wajahnya, saat dia berdiri dan tiba di sisi Shi Hu, "Jenderal Shi, bersiaplah untuk mundur!"     

"Apa?" Jenderal muda ini telah berlumuran darah, tapi darah sekali pun tidak bisa menyembunyikan wajah kagetnya.     

"Aku bilang, mundur!" Pei Ju memahami perasaan jenderal seperti Shi Hu saat ini, tapi dia tidak memiliki pilihan selain membuat keputusan paling rasional, "Terusan Guiping tidak bisa lagi dipertahankan, jangan membuat pengorbanan yang tidak perlu. Mari kita sisakan sedikit fondasi bagi Divisi Independen ke-1 Suku Barbar Gunung, jangan biarkan mereka menghilang."     

"…"     

Shi Hu benar-benar kehabisan kata-kata; dia berbalik dan melihat ke arah anak buahnya yang tengah berjuang dengan gigih, dan ekspresi kesakitan pun muncul di matanya. Setelah pertempuran ini, legiun elit yang diharapkan oleh sang Marquis mungkin tidak akan ada lagi.     

"Tidak." Tidak disangka, Shi Hu sekali lagi menggeleng, dan senyum yang langka muncul di wajahnya yang berlumur darah, "Tuan Pei, Anda adalah menteri yang penting bagi paduka. Anda berbeda dengan kami para orang kasar ini dan Anda tidak boleh gugur di tempat ini. Aku akan mengirim regu pengawal untuk mengantar Anda mundur dari sini."     

"Bagaimana denganmu?" Pei Ju menatap Shi Hu, dan hatinya menjadi semakin tidak tenang.     

Ketika Shi Hu mendengar kalimat ini, jenderal muda itu hanya menyeringai. Di bawah cahaya mentari, senyum ini terlihat begitu murni, dipenuhi oleh sejenis keindahan yang membuat orang tidak bisa memalingkan wajahnya. Saat itu, hati Shi Hu seakan telah dibersihkan.     

"Tuan, kita berbeda." Shi Hu berbalik dan menatap cakrawala. Di bawah langit yang semerah darah terdapat sebuah kekuatan misterius, yang mengarahkan jenderal muda dari Suku Barbar Gunung dan membuatnya mendapatkan rasa tenteram.     

"Kami adalah pejuang, pejuang dari Suku Barbar Gunung, prajurit paling setia dari Raja Barbar." Suara Shi Hu begitu dalam dan tenang, ini seakan beban di hatinya telah dia letakkan dan kini hanya penerimaan yang tersisa pada dirinya.     

"Suku Barbar Gunung hanya boleh mati bertempur, kami tidak akan mundur!" Shi Hu dengan erat menggenggam golok di tangannya, dan kembali tersenyum, "Inilah takdir kami."     

Ketika Pei Ju mendengar kalimat ini, dia menjadi semakin emosional. Saat ini, kesannya terhadap Suku Barbar Gunung benar-benar berubah. Sebelum ini, di matanya, terutama setelah apa yang dilakukan Chiyou kepada dirinya, Suku Barbar Gunung merupakan definisi sebenarnya dari orang yang kasar dan angkuh. Tapi saat ini, Pei Ju benar-benar merasakan kualitas elit dari bangsa ini. Gigih, gagah berani, tangguh, tidak pandai berbicara, dan rela untuk berkorban… Mereka memiliki semua kualitas baik ini dalam diri mereka.     

Mereka adalah bangsa yang mampu membuat orang merasa hormat, dan mereka tidak akan hanya sekedar menggunakan kalimat seperti 'kesetiaan dan kebaikan' di mulut mereka setiap harinya. Malah, mereka akan menunjukkan kebajikan semacam itu di saat-saat terpenting. Seperti kata pepatah, mudah untuk bicara tapi sulit untuk melakukan. Untuk dapat melakukan hal ini, betapa elit dan luar biasanya Suku Barbar Gunung ini?     

Setelah dia memikirkan hal ini, dia baru sadar bahwa bagi sang Marquis yang memutuskan untuk merekrut Suku Barbar Gunung jelas bukanlah sekedar keputusan yang muncul begitu saja. Beliau mungkin telah melihat kualitas bangsa ini dan telah merencanakan hal ini sejak lama.      

Setelah berpikir sejauh ini, Pei Ju-pun mulai menghela napas. Dia tidak mengira bahwa dirinya juga sudah menjadi begitu tua, hingga prasangka muncul di matanya.     

Pei Ju kemudian kembali menatap Shi Hu dengan tegas dan hangat dia mengatakan, "Kalau begitu, tulang tua ini juga akan tetap bertahan bersama dengan kalian semua!"     

"Tuan, Anda tidak boleh!" Shi Hu yang dari tadi terlihat begitu tenang, tiba-tiba menjadi panik dan cemas.     

"Kenapa tidak?" Pei Ju telah mengambil keputusan.     

"Tuan adalah pejabat sipil, memerintah daerah adalah kemampuan Anda. Bagaimana mungkin Anda tinggal di sini dan ikut mengorbankan nyawa secara sia-sia?"     

"Tidak." Pei Ju menggeleng dan tersenyum, "Jenderal, Anda salah, Saat ini aku adalah penasihat perang dari pasukan Terusan Guiping. Aku sekarang adalah perwira militer dan bukan pejabat sipil."     

"Tapi…"      

Pei Ju mengibaskan tangannya, "Tidak ada tapi, ini telah diputuskan! Jenderal, kembali ke posisimu. Bahkan jika kita harus mati, kita harus membuat musuh membayar dengan mahal. Kejayaan dari Shanhai harus kita pertahankan."     

Shi Hu memandang Pei Ju lekat-lekat, matanya menjadi semakin dipenuhi emosi dan rasa tersentuh. Saat ini, sepertinya penghalang di antara mereka tiba-tiba telah menghilang, dan membuat mereka dapat saling memahami pikiran masing-masing.     

Pada akhirnya jenderal muda itu, tidak mengatakan apapun lagi, dan hanya membungkuk dengan khidmat ke arah Pei Ju sebelum akhirnya pergi. Di sisi lain, Pei Ju, tetap berdiri di tempat yang sama, dan melihat ke arah pasukan yang ada di luar tembok sambil tenggelam dalam pikirannya.     

Pei Ju tidak menyangka bahwa akan ada hari di mana darahnya kembali mendidih. Semua yang telah terjadi dalam sejarah kini memenuhi kepalanya, dan membuatnya merasakan berbagi emosi.     

Mengenang masa lalu, menghargai setiap saat pada masa kini.     

Bocah dengan pakaian bagus, memancarkan getaran masa muda dan jiwa petualang.     

Aura seorang cendekiawan, berani menantang apa pun yang tidak disukainya.     

Menaklukan bangsa Turks, memerintah region barat, dan mendapatkan gelar Lord.     

Mengirim pasukan ke Liaodong, mendirikan Kota Fan utara.     

Mengenang aliran sungai yang menghantam tepian, dan ombak yang menghantam karang.     

Bekerja demi Dinasti Tang, menyambut sang kaisar.      

Semua ada di masa lalu, lalu berakhir dalam rumor dan gelak tawa.     

…     

Bersama dengan kata-kata motivasi dari Pei Ju, pasukan Suku Barbar Gunung yang tersisa melancarkan serangan terkuat mereka.     

"Bunuh, bunuh, bunuh!!"     

Tempo medan tempur menjadi semakin cepat, saat niat membunuh memenuhi langit dan menyebar hingga ke seluruh rimba belantara. Sekelompok Suku Barbar Gunung mulai menyanyikan lagu perang bangsa mereka. Bahkan ketika menghadapi musuh yang berjumlah 10 kali dari mereka, mereka tetap tidak merasa gentar. Satu persatu, mereka melemparkan diri ke dalam dekapan dewa maut.      

Mereka menggunakan tindakan untuk membuktikan janji mereka pada sang Raja Barbar, Suku Barbar Gunung tidak akan pernah mengecewakan rajanya; mereka tidak akan mempermalukan kejayaan legiun mereka.      

Kehidupan terlihat begitu rapuh saat ini. Setiap saat, pasti terdapat Suku Barbar Gunung yang gugur.      

Shi Hu yang terluka kini benar-benar telah menjadi harimau darah, yang menyapu seluruh medan tempur. Setiap saudara seperjuangannya yang telah gugur akan membuat warna merah darah di matanya menjadi semakin tebal. Pada akhirnya, dia menunjukkan seluruh kehebatannya, dan melepaskan raungan yang menggelegar     

"Ah!" Raungan Shi Hu ini membuat dirinya mengamuk, dan tubuhnya mulai mengembang dan dipenuhi oleh energi.     

Tiba-tiba dia menjadi sosok tidak terkalahkan di medan tempur ini dan tidak ada satu orang pun yang bisa menghentikannya.     

Mungkin karena terpengaruh oleh Shi Hu dan suasana medan tempur, para Suku Barbar Gunung yang lain juga meraung dan ikut mengamuk. Dalam sesaat, aura membunuh mereka pun berkumpul. Serangan pasukan aliansi berhasil ditahan, dan seluruh jalur serangan dipaksa untuk masuk dalam kebuntuan.     

Kekuatan sehebat ini benar-benar menarik. Setiap kali Suku Barbar Gunung mengamuk, musuh pasti akan merasa terkejut. Hanya Li Mu yang ada di belakang pasukan yang menyunggingkan senyuman. Dia telah mendengar kondisi mengamuk dari Suku Barbar Gunung ini. Dia tahu, walau mereka telah bertambah kuat, ini hanyalah usaha terakhir. Jika pasukan aliansi dapat menahan gelombang serangan ini, kemenangan akan jatuh ke tangan mereka.     

Li Mu mengangkat kepalanya ke arah matahari yang sudah tinggi. Hanya tinggal dua jam lagi hingga siang hari tiba. Yang berarti, dia akan berhasil merebut Terusan Guiping lebih cepat dari yang diperkirakan.     

Di medan tempur, yang paling penting adalah jumlah pasukan. Sebuah pasukan elit berjumlah kecil hanya bisa bertahan untuk sesaat tapi tidak akan bisa bertahan lama. Ini adalah perang, dan bukan kompetisi antar pejuang ataupun pendekar     

….     

Lagu sedih masih dimainkan di Terusan Guiping. Ini bagaikan langit sendiri yang tidak bersedia membiarkan pasukan ini untuk musnah. Sebuah perubahan akan segera terjadi.     

Tepat ketika pasukan Shi Hu telah memasuki batas akhir kekuatan mereka dan tengah bersiap untuk menempuh perjalanan terakhir mereka, di jalur gunung utara dari terusan ini, asap mengepul dan derap kuda bergemuruh.      

"Itu paduka, paduka telah tiba untuk menyelamatkan kita!" Pengawas dari Terusan Guiping berhasil melihat pasukan yang muncul di luar terusan.      

Ketika Pei Ju mendengar hal ini, dia merasakan sebuah sentakan di hatinya, dan dia pun dengan cepat berbalik dan melihat keluar. Panji naga emas bagaikan sebuah mercusuar, yang menyelamatkan kapal berisi Suku Barbar Gunung dari tersesatnya mereka di tengah gelombang badai.      

"Itu benar-benar paduka!" Ketika mereka mendengar berita ini, para Suku Barbar Gunung di atas tembok langsung bersorak. Sorakan mereka menjadi semakin keras dan membuat Li Mu terkejut.     

Perasaan buruk muncul dalam hatinya. "Apa variabel pengacau akhirnya telah muncul?" Gumam Li Mu.     

…     

Ouyang Shuo mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Terusan Guiping yang terlihat semakin besar di matanya. Ketika dia melihat bendera Penguasa Kota Shanhai masih berkibar di atas terusan itu, dia pun menghembuskan napas lega.      

Dia telah memimpin Pasukan Pengawal Dewa Tempur untuk bergerak sehari semalam. Selain mengistirahatkan kuda mereka, mereka sama sekali tidak beristirahat, bahkan mereka harus makan di atas kuda mereka. Akhirnya, di saat-saat terakhir, mereka berhasil mencapai Terusan Guiping tepat pada waktunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.