Dunia Online

Semua Berakhir



Semua Berakhir

2Matahari merah menggantung tinggi di udara, dan pembantaian pada Terusan Guiping masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Di bagian tengah dari tembok benteng yang dilindungi oleh Ouyang Shuo, sesuatu yang ajaib tengah terjadi.      2

Di tengah medan tempur yang kacau ini, Ouyang Shuo ternyata berhasil memasuki kondisi pemahaman yang dikenal sebagai 'melupakan diri sendiri'.      

Kondisi ini bukan berarti benar-benar melupakan dirinya sendiri, Ini hanya berarti memusatkan seluruh pikiran ke dalam hati dan mengkonsentrasikan semuanya ke dalam hati sejati.     

Hati sejati Ouyang Shuo adalah Ilmu Pedang Pembunuh. Karena itu, di hatinya, selain pedang pembunuh, tidak ada hal lainnya.      

Ini benar-benar sebuah kondisi murni yang membuat hati, jiwa, pikiran dan tubuhnya bergabung menjadi satu, saat dia mulai memasuki kondisi pemahaman akan pedang pembunuh. Sejenak dalam kondisi ini bagaikan sehari di dalam kehidupan normal, atau bahkan berhari-hari. Yang terpenting, beberapa konsep yang sulit untuk dipahami dapat dengan mudah dijelaskan dan dimengerti dalam kondisi ini. Kondisi ini dinamakan sebagai pencerahan.     

Karena itu, siapa pun yang telah berjalan di jalur kultivasi sangat mendambakan untuk bisa memasuki kondisi ini.      

Dalam kondisi ini, walaupun Ouyang Shuo tidak memusatkan diri pada dunia luar, Pedang Chixiao miliknya terus bergerak dan memainkan Ilmu Pedang Pembunuh. Niat pedang yang terpancar dari sana dapat menangkap niat membunuh yang berasal dari musuh. Lalu niat pedang itu akan secara otomatis mengunci siapa pun yang berniat membunuh Ouyang Shuo. Karena itu, baik prajurit ataupun jenderal, niat membunuh Ouyang Shuo akan menyelimuti siapa pun yang berdiri di depannya. Di bawah pedang pembunuh, tidak ada yang bisa bertahan hidup.     

Dengan Pedang Chixiao di tangannya, Ouyang Shuo sama sekali tidak terlihat seperti seorang kaisar tapi seorang Asura. Dia berbalik dan menyerbu ke tembok benteng. Setiap kali dia menebas, nyawa satu atau lebih prajurit pasukan aliansi pasti akan melayang. Di bawah selubung niat pedangnya, setiap tindakan atau niatan musuh dapat dilihat dengan jelas oleh Ouyang Shuo.     

Dengan berlalunya waktu, Ouyang Shuo menjadi semakin familiar dan terbiasa dengan Ilmu Pedang Pembunuh. Terlebih lagi, bersama dengan pembantaian tanpa henti ini, aura darah mulai membentuk di sekitar pedangnya.      

Pedang Chixiao, pedang seorang kaisar.      

Pedang ini sendiri berbeda dengan Tombak Tianmo, yang mengetahui cara untuk menyerap esensi darah musuh. Karena itu, aura darah ini hanya bisa berkumpul di permukaan pedang ini dan terus menebal. Pemandangan ini juga mirip dengan yang dilihat Ouyang Shuo pada jenderal tak bernama ketika dia baru saja melatih Ilmu Pedang Pembunuh. Ini juga berarti Ouyang Shuo benar-benar sudah mulai menangkap esensi dari pedang pembunuh.     

Kekuatan seagung dan semengerikan ini adalah kekuatan yang hanya dimiliki oleh jenderal besar pada satu generasi. Tidak ada yang mengira bahwa aura semacam ini akan muncul pada seorang Penguasa, yang tubuh dan identitasnya begitu berharga.      

Di medan tempur, baik Pasukan Pengawal Dewa Tempur ataupun Suku Barbar Gunung yang tengah beristirahat di samping dapat merasakan darah mereka mulai mendidih. Untuk dapat bertempur dan membela Penguasa seperti ini, mereka bahkan rela mati untuk dirinya. Semangat seluruh pasukan pun langsung meningkat.     

"Bunuh dia!"     

Komandan infanteri pedang perisai pasukan aliansi adalah orang kasar dengan kumis yang tebal. Matanya yang besar dan wajah ganasnya membuat orang-orang merinding melihatnya. Karena dia memiliki kumis yang tebal, dia dipanggil sebagai Jenderal Huzi.      

Melihat pemandangan ini, Jenderal Huzi langsung memimpin pasukannya untuk mengepung dan membunuh Ouyang Shuo. Dalam sekejap, ratusan prajurit, termasuk juga Jenderal Huzi, bergerak mengerubungi Ouyang Shuo.     

"Paduka!" Pasukan Pengawal Dewa Tempur berhasil melihat niatan tersebut. Mereka ingin membantu Tuan mereka, namun pasukan aliansi menahan mereka.     

"Paduka, hati-hati!"      

Para Suku Barbar Gunung ingin mengangkat senjata mereka, tapi mereka benar-benar sudah tidak memiliki tenaga walau hanya untuk berdiri. Efek samping dari kondisi mengamuk telah memasuki masa paling krusial, di mana tubuh orang yang mengaktifkannya mulai terasa sakit dan tidak bisa bergerak.      

Sepertinya Ouyang Shuo akan tewas dalam kekacauan ini.     

Jenderal Huzi menyunggingkan senyum kejam setelah mendengar teriakan dari Pasukan Pengawal Dewa Tempur. Dia lalu menyeringai, karena dia tahu bahwa dia berhasil menangkap seekor ikan kakap. Selama dia berhasil membunuh orang ini, mereka akan memenangkan pertempuran ini.     

Jenderal Huzi bahkan sudah mulai membayangkan adegan di mana dia menerima penghargaan dari majikannya. Selain itu, pedang di tangan Ouyang Shuo juga membuatnya meneteskan air liur. Pedang dewa seperti itu jelas terlihat sangat spesial. Jika dia dapat merebutnya dan memberikannya kepada majikannya, pasti dia akan mendapatkan imbalan yang besar.     

Memikirkan hal ini, Jenderal Huzi menjadi semakin kejam, dia langsung menebas dengan golok besarnya.     

Ouyang Shuo yang sekarang masih tenggelam dalam pemahaman pedang pembunuh dan sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya. Dia hanya mengayunkan pedangnya dengan nalurinya.     

"Bunuh!"      

Dalam sesaat, ratusan pedang dan golok menebas ke arah Ouyang Shuo dari semua sisi.     

"Paduka!" Baik Pasukan Pengawal Dewa Tempur maupun Suku Barbar Gunung, menatap ke arahnya dengan mata yang merah.     

Tepat di saat ini, Ouyang Shuo menyeringai bahagia, dalam kondisi pencerahannya, perlahan dia mengucapkan, "Membunuh semua kehidupan!" Tiba-tiba, dia berputar 3600, dan menyapu dengan Pedang Chixiao.     

Dalam sekejap aura darah yang menyelimuti pedangnya meledak dan berubah menjadi bilah darah tajam yang melesat ke arah para prajurit yang mengepungnya.     

Tidak terhitung prajurit yang gugur, dan bahkan Jenderal Huzi juga terluka. Kepungan musuh akhirnya pecah.     

"Hebat!" Sorak para Pasukan Pengawal Dewa Tempur.     

Kekuatan yang luar biasa;, siapa di dunia ini yang bisa menandingi Penguasa mereka ini. Sekarang, rasa memuja dan juga penghormatan para prajurit kepada Ouyang Shuo telah mencapai titik tertinggi.      

Para Suku Barbar Gunung yang ada di samping bahkan mulai meneteskan air mata dengan penuh emosi. Mereka semua benar-benar mengakui pria ini sebagai Raja Barbar.     

Raja Barbar yang baru ini memiliki ilmu bela diri yang tangguh, serta cerdas dan memiliki memiliki moral yang lurus. Ini benar-benar sebuah berkah bagi para Suku Barbar Gunung untuk mendapatkan Penguasa sehebat ini. Para pejuang menjadi begitu bahagia hingga mulai meneteskan air mata.     

Bagaimana dengan Ouyang Shuo? Pembantaiannya masih belum berhenti. Pedang Chixiao di tangannya kembali bersinar dengan terang, saat dia mencabut jiwa demi jiwa, nyawa demi nyawa.      

"Jurus ke-4, membunuh jenderal!" Mata Ouyang Shuo menatap dengan penuh konsentrasi, saat Pedang Chixiao di tangannya menusuk bagaikan tandung banteng, dan muncul secara mendadak di depan Jenderal Huzi.      

Dan seorang jenderal langsung gugur begitu saja.     

"Jenderal!" Jerit para prajurit di sekitarnya dengan kaget. Tewasnya jenderal mereka telah membuat semangat mereka jatuh.     

Sebaliknya, semangat dari Pasukan Pengawal Dewa Tempur langsung melesat naik. Hanya seperti itu, dengan mengandalkan kegagahan Ouyang Shuo, pasukan Shanhai sekali lagi berhasil untuk bertahan.     

Tepat saat ini, terdengar langkah kaki yang berderap dari bawah tembok benteng.      

Pei Ju yang memimpin 3000 tawanan perang akhirnya muncul. Jika dilihat dengan seksama, akan terlihat bahwa kurang dari 3000 prajurit yang benar-benar muncul bersama dengan Pei Ju. Terlebih lagi, noda darah juga melumuri tubuh Pei Ju. Jelas sekali untuk meyakinkan para tawanan perang ini, usaha Pei Ju sama sekali tidak berjalan dengan mulus. Beberapa kendala pasti muncul. Untunglah hasilnya tetap bisa diterima.     

Dengan adanya tambahan darah baru ini, pertahanan Terusan Guiping kembali terkontrol.     

Kelompok Pasukan Negara Taiping ini merupakan pasukan pertahanan asli dari terusan ini, sehingga mereka sangat mengenali seluk beluk benteng ini. Mereka dapat dengan lancar memasuki peran mereka, dan mereka tidak membutuhkan waktu untuk beradaptasi.      

Ketika Ouyang Shuo melihat hal ini, dia menghembuskan napas lega. Saat-saat terberat akhirnya telah berlalu.      

Dengan Pasukan Pengawal Dewa Tempur sebagai inti dan Pasukan Negara Taiping sebagai bala bantuan, seluruh garis pertahanan terusan ini menjadi sekokoh Gunung Tai.      

Pertempuran kali ini bisa dibilang memiliki tiga puncak.     

Pertempuran ganas ini berlangsung dari pagi hingga malam. Kedua belah pihak mengerahkan seluruh kekuatan mereka, dan tidak ada satupun kartu As yang tidak dikerahkan.      

Ketika 2000 Suku Barbar Gunung pulih kembali dan muncul di atas tembok benteng, pertempuran ini pun akhirnya selesai. Pasukan aliansi telah kehilangan kesempatan mereka untuk merebut Terusan Guiping.     

…     

Di bawah samaran matahari yang terbenam, ekspresi Li Mu terlihat luar biasa buruk. Sebuah pertempuran di mana dirinya begitu percaya diri telah berakhir dengan hasil pasukannya menderita kerugian besar dan memaksanya untuk mundur.     

Menyerang Prefektur Guilin adalah operasi militer terpenting yang dilakukannya semenjak dia muncul di rimba belantara. Sebelum menyerang Terusan Guiping, semuanya telah berjalan dengan sempurna. Tapi terusan yang ada di hadapannya ini telah menyebabkan dia dan pasukannya menderita kerugian besar.     

"Mundur!"      

Dia benar-benar pantas menjadi jenderal besar di generasinya. Walaupun hati Li Mu dipenuhi penyesalan, dia sama sekali tidak kehilangan akal sehatnya. Dia memahami dengan jelas bahwa sisa prajurit yang dimilikinya tidak akan cukup untuk merebut Terusan Guiping. Jika seperti itu, kenapa tidak mundur ke Prefektur Guilin untuk membuat rencana baru?     

Li Mu sangat yakin bahwa dengan kekuatan dan kemampuan dari penasehat perang, beliau akan mampu memikirkan cara yang baru.      

Ketika mentari terbenam, kurang dari 40 ribu prajurit mundur dari garis depan. Setelah beberapa pengaturan kecil, mereka mulai berjalan di jalan gunung yang tidak rata dan mundur kembali ke dalam lembah. Dengan ini, Pertempuran Terusan Guiping yang mengguncang jiwa ini berakhir dengan indah.      

Terusan Guiping, tembok benteng.     

Menatap pasukan aliansi yang perlahan mundur, Ouyang Shuo tenggelam dalam pikirannya.      

"Siapa jenderal mereka?"     

"Berdasarkan laporan dari Divisi Intelijen Militer, dia merupakan jenderal terkenal dari Periode Negara Berperang, Li Mu. Bukan saja dia merupakan pemimpin pasukan yang menyerang Terusan Guiping, dia juga merupakan panglima tertinggi dari pasukan aliansi." Orang yang menjawab pertanyaan itu adalah Pei Ju.     

"Li Mu ya? Pantas."      

Ouyang Shuo mengangkat kepalanya dan menatap ke arah langit malam yang luas, dan tidak mengatakan apa pun lagi. Dia hanya berdiri tegak di bawah sinar matahari yang tenggelam, sosoknya terlihat begitu agung.      

Pei Ju menatap punggung dari sang Marquis, dan merasa bersalah di dalam hatinya. Dia telah mengetahui situasi pertempuran barusan. Jika bukan karena sang Marquis yang mengerahkan seluruh kemampuannya, maka hasilnya pasti akan sangat buruk bagi pasukan mereka. Karena bala bantuan tiba dengan terlambat, sang Marquis nyaris kehilangan nyawanya.     

Dalam teritori manapun, ini dapat dianggap sebagai pelanggaran yang pantas untuk dihukum mati. Namun, saat sang Marquis melihat Pei Ju yang datang dengan bala bantuan, beliau hanya berkata dengan tenang, "Kau sudah tiba!" Setelah itu beliau terus bertempur di medan tempur.      

Sama sekali tidak ada kata-kata yang menyalahkan ataupun pertanyaan yang keluar dari mulutnya. Sebagai hasilnya, Pei Ju merasa sangat tidak nyaman. Sang Marquis telah mempercayainya, tapi dia nyaris menggagalkan semuanya. Karena itu, dia merasa sangat bersalah.     

Ketika dia mengingat apa yang terjadi di penjara, Pei Ju selalu merasa menyesal dan takut. Dia kembali mengenang apa yang terjadi satu setengah jam yang lalu.     

Pei Ju memimpin 100 Pasukan Pengawal Dewa Tempur menuju penjara. Tempat ini disebut sebagai penjara tapi lebih tepatnya ini merupakan sebuah barak kecil. Ke-3000 Pasukan Negara Taiping saat ini tengah dikurung di tempat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.