Dunia Online

Prasasti Penghinaan



Prasasti Penghinaan

2"Tuan, dalam masalah ini, Anda harus lebih tegas." Melihat Caiyun Zinan yang bersikap ragu-ragu, Zhang Liang segera mengingatkannya agar tekadnya harus sekokoh besi. Zhang Liang tahu bahwa jika mereka tidak bisa menyelesaikan dua benteng ini dalam waktu singkat, maka apa yang mereka dapatkan dari pertempuran kali ini tidak akan bertahan lama.     2

"Aku mengerti." Caiyun Zinan mengangguk dan tersenyum, "Zi Fan tidak perlu cemas. Aku akan memikirkan cara untuk meyakinkan mereka." Namun, senyumnya terlihat sedikit terpaksa.     

"Sebenarnya bagi tuan, hal ini mungkin merupakan hal yang baik." Zhang Liang lalu meneruskan, "Selama tuan bisa berhasil menangani masalah ini, bukan hanya Negara-Kota Wannan, bahkan dalam kedua provinsi ini, tuan akan memiliki hak untuk bicara. Ini jelas akan membantu tuan untuk masalah di kemudian hari."     

Ketika Caiyun Zinan mendengar hal ini, matanya langsung berkilau dan dengan semangat dia mengatakan, "Karena Zi Fang telah mengatakan hal ini, maka walaupun aku harus kehilangan seluruh mukaku, aku pasti akan mengurus masalah ini." Pada akhirnya, siapa pun yang memiliki potensi besar pasti akan memiliki ambisi yang sama besarnya.     

Kata-kata Zhang Liang telah menyentuh titik penting di hati Caiyun Zinan. Jika tidak, kenapa orang-orang menjuluki Zhang Liang sebagai Strategy Saint. Dia dapat menemukan titik lemah dari tuannya dan menunjukkan cara pandang yang berbeda untuk membujuknya. Jika dibandingkan, Fan Zeng, yang terlahir di generasi yang sama dengan dirinya benar-benar berada jauh di bawah levelnya. Setelah diskusi ini selesai, Caiyun Zinan lalu berbalik dan pergi.     

Zhang Liang menatap punggung Caiyun Zinan yang semakin menjauh, dan kecemasan muncul di matanya. "Pada akhirnya, apa rencana ini terlalu berskala kecil?" Di dalam aula, suara helaan napas pun terdengar.     

….     

Siang itu, diskusi pasukan aliansi mengalami kemajuan. Entah bagaimana caranya, tapi Caiyun Zinan berhasil mencapai tujuannya dan membuat para Penguasa bersedia menerima rencana Zhang Liang dan tidak jadi membagi rampasan perang kali ini.     

Emas yang mereka dapat kali ini, selain menggunakannya untuk biaya kompensasi bagi para korban, mereka menghabiskan sisanya untuk membangun kedua benteng yang akan memastikan keamanan Prefektur Guilin. Selain dari itu, mengenai jumlah pasukan, berbagai Penguasa telah mencapai kesepakatan.     

Guilin akan memiliki 150 ribu prajurit, dan 100 ribu diantaranya akan dikirim dari Negara-Kota Wannnan, dan 50 ribu berasal dari Provinsi Chuanbei. Panglima umum pasukan ini tetaplah Li Mu. Pasukan ini akan membentuk garis pertahanan yang tidak terhancurkan dengan kedua benteng sebagai intinya.     

Sedangkan untuk kekurangan jumlah prajurit lainnya, sebagian akan diambil dari pasukan Negara Taiping yang kini menjadi tahanan perang, sementara berbagai teritori lain akan memenuhi sisanya.      

Untuk dapat mencapai kesepakatan ini, Caiyun Zinan tidak memiliki pilihan selain untuk mengalah dalam masalah penunjukan pejabat di Prefektur Guilin ini. Sebagai orang yang memulai perang ini, pada akhirnya, kontrolnya pada Prefektur Guilin ini malah menjadi terbatas. Sebaliknya, Gu Henxiao yang mengirimkan Jenderal Li Mu untuk memimpin pasukan, memiliki kekuatan bicara terbesar di Prefektur Guilin ini. Bahkan pilihan gubernur prefektur ini juga disarankan olehnya.     

Walaupun berbagai Penguasa ini tidak memutuskan secara barbar mengenai pembagian prefektur ini, mereka tetap tidak menyerah untuk menaikkan pengaruh mereka dalam area ini. Kerjasama dan konflik antara mereka merupakan hal yang tidak bisa dijelaskan dengan singkat. Untunglah, rencana Zhang Liang pada dasarnya telah berhasil.     

Bulan ke-11, hari ke-25, Terusan Guiping.     

Sekitar pukul 3 sore, kedua divisi independen Suku Barbar Gunung tiba di Terusan Guiping. Sayangnya, perang besar di terusan ini telah berakhir.      

Para prajurit Suku Barbar Gunung hanya bisa melihat benteng terusan ini yang dulunya kokoh dan sekarang telah compang camping. Di dalam hutan di luar terusan, terdapat ribuan batu nisan baru, yang menciptakan pemandangan mencolok di bawah cahaya matahari.     

Siang itu, semua pejuang Suku Barbar Gunung bergegas menuju pemakaman untuk mendoakan para rekan mereka yang telah tiada. Di bawah sinar matahari yang terbenam, pemandangan ini terlihat sangat memilukan dan begitu emosional. Ouyang Shuo berdiri di atas tembok benteng, dan melihat ke kejauhan sepanjang siang, dan tidak bergerak sedikit pun.     

Para prajurit merasa bahwa sejak kemarin setelah sang Marquis mengetahui bahwa ke-5000 prajuri Suku Barbar Gunung telah tewas di Terusan Xuanwu, beliau menjadi pendiam dan sedih. Beliau terlihat sering melihat ke luar dan tidak ada yang tahu apa yang tengah dipikirkan olehnya.     

Pemandangan ini juga mempengaruhi perasaan dari para prajurit di dalam terusan ini. Seluruh terusan ini diselimuti oleh suasana serius, yang sulit untuk dihilangkan. Bahkan para prajurit yang telah bekerja dengan baik dan berhasil membuat jasa pada pertempuran sebelumnya tidak berani untuk mendekati sang Marquis untuk menerima imbalan mereka.      

Ketika Pei Ju melihat situasi ini, rasa cemas muncul di matanya. Secara logika, sebagai pemimpin, sebagai penguasa, harusnya sang Marquis tidak boleh menunjukkan perasaan pribadinya, terutama sisi lemahnya kepada mereka yang mengabdi pada dirinya. Sikap seperti ini akan menjadi hantaman besar bagi keperkasaan dan wibawanya sebagai seorang Penguasa. Setiap tindakan Ouyang Shuo akan dibaca terlalu jauh oleh para bawahannya dan itu akan menyebabkan kekacauan dan kecemasan. Dan di sinilah Pei Ju harus melangkah maju dan melakukan pekerjaannya.     

Di bawah cahaya yang redup, tidak ada yang aneh dari ekspresi Ouyang Shuo. Di tangannya terdapat sebuah skema, ini adalah skema dari Terusan Guiping.      

"Menteri Pei Ju memberi hormat pada paduka!" Ketika melihat Ouyang Shuo yang tenggelam dalam pikirannya, Pei Ju membungkuk hormat.     

"Kau akhirnya tiba? Duduklah!" Ouyang Shuo dengan santai mengangkat kepalanya. Suaranya terdengar datar dan tanpa emosi serta tidak memiliki auranya yang biasa.     

"Paduka…" Pei Ju berusaha bicara kemudian terhenti.     

Suasana hati Ouyang Shuo memang sedang buruk tapi bukan berarti inderanya tidak tajam. Akhirnya dia menyadari bahwa menterinya ini tidak bersikap seperti biasanya. Dengan kata lain, dia bersikap sangat aneh. Ouyang Shuo lalu meletakkan skema itu dan tertawa, "Apa yang ingin kau katakan, katakan saja dengan terus terang."     

"Kalau begitu, hamba akan mengatakan hal ini dengan terus terang." Kata Pei Ju.     

"Tidak apa-apa." Ouyang Shuo mengangguk     

"Yang meninggal telah berpulang. Paduka harus meletakkan beban paduka dan melihat ke arah masa depan. Bangkitlah. Sebuah kehilangan tidak boleh membuat jiwa paduka hingga sampai seperti ini." Kata-kata Pei Ju benar-benar terus terang, begitu terus terangnya hingga membuat Ouyang Shuo merasa sedikit malu.      

Ketika Ouyang Shuo mendengar hal ini, dia hanya tersenyum canggung, "Selama dua hari terakhir ini, aku telah memikirkan tentang sebuah masalah. Ada sesuatu yang tidak seperti apa yang dipikirkan oleh orang lain."     

"Mohon paduka menjelaskan!" Kata Pei Ju sambil mengangguk.     

"Coba perhatikan!" Ouyang Shuo mengeluarkan skema itu sekali lagi, "Selama dua hari terakhir, aku telah banyak berpikir. Direbutnya Prefektur Guilin sudah terjadi, jadi sekarang bagaimana kita memperbaiki keadaan ini?"     

"Maksud paduka adalah?" Di mata Pei Ju, sebuah sinar mulai muncul.     

"Bangun sebuah benteng!" Ouyang Shuo telah bertekad bulat, "Dengan Terusan Guiping sebagai markas, kita akan memperluasnya menjadi sebuah benteng yang sebanding dengan Benteng Mulan." Pikiran Ouyang Shuo ini sama dengan Zhang Liang.     

"Kita tidak mampu memastikan apakah musuh memiliki ambisi untuk memasuki Xunzhou atau tidak. Tapi apa pun yang kita pikirkan, Terusan Guiping merupakan satu-satunya pelindung kita dari serangan yang berasal dari utara. Pelindung ini didapatkan dengan ditukar oleh darah dari puluhan ribu prajurit, jadi kita tidak boleh kehilangan tempat ini."     

Saat dia mengatakan hal ini, Ouyang Shuo mulai menjadi semakin emosional. "Menurutku, dalam waktu singkat kita tidak akan mampu untuk merebut kembali Prefektur Guilin." Kesedihan melintas di mata Ouyang Shuo, "Yang berarti semakin penting bagi kita untuk menempatkan pasukan di utara. Legiun Macan Tutul, yang awalnya akan ditempatkan di Guilin, sekarang akan ditempatkan untuk sementara waktu di terusan ini."     

"Itu bisa dilakukan." Kata Pei Ju sambil mengangguk.      

"Aku ingin agar kaulah yang bertanggung jawab atas benteng ini, apa kau bersedia?" Tanya Ouyang Shuo.     

"Ini tepat seperti yang hamba inginkan." Jawab Pei Ju sambil mengangguk.     

Berdasarkan rencana Ouyang Shuo sebelumnya, Pei Ju akan bekerja di Guilin. Dengan direbutnya Guilin berarti dia telah kehilangan pekerjaannya, yang membuat situasinya menjadi sangat canggung. Bagi Pei Ju, direbutnya Guilin juga membuatnya merasa malu, dan ini merupakan noda dalam hidupnya.     

Karena itu, Pei Ju ingin menghapus noda ini secara langsung. Bertanggung jawab atas benteng ini akan menjadi langkah pertama baginya untuk menebus kesalahannya. Jika Ouyang Shuo membuatnya bekerja di Kota Shanhai, maka dia pasti akan merasa tidak senang. Harus dikatakan bahwa mata Ouyang Shuo benar-benar tajam, dan dia sering sekali menemukan orang yang tepat untuk melakukan suatu pekerjaan.     

"Benteng yang baru ini, apa akan dinamakan Benteng Guiping?" Tanya Pei Ju.     

"Bukan." Ouyang Shuo menggeleng, sinar dingin mulai muncul di matanya, "Di Prefektur Guilin, di Terusan Guiping, Teritori Shanhai mengalami kegagalan yang tidak terduga. Kejayaan panji naga emas telah ternoda untuk pertama kalinya. Penghinaan seperti ini bagaimana mungkin bisa kulupakan hanya dalam satu hari? Karena itu, benteng yang baru ini akan kunamakan sebagai Benteng Bunga Layu, untuk mengingat kehilangan besar ini. Untuk membalas dendam, mari kita raih kembali kejayaan dari bunga yang layu ini!"     

"Benteng Bunga Layu." Saat Pei Ju mengatakan nama ini, makna yang berat dan dalam di belakangnya mulai membenahi hatinya. "Kalau begitu, hamba menyarankan agar kita mendirikan sebuah prasasti penghinaan besar di depan terusan ini untuk mengingatkan semua prajurit yang ada di sini agar tidak melupakan penghinaan yang kita terima hari ini."     

Malam sudah larut, dan keduanya telah sekali lagi mencapai kesepakatan. "Hamba akan pergi sekarang!" Pei Ju lalu menatap ke arah langit malam yang gelap gulita dan mulai bangkit lalu bersiap untuk pergi.     

"Pei Ju." Tepat ketika Pei Ju akan berjalan keluar dari gerbang, Ouyang Shuo mencegatnya, "Aku akan selalu mengingat apa yang kau katakan hari ini di dalam hatiku."     

Ketika Pei Ju mendengar hal ini, dia berbalik dan tersenyum, "Karena paduka dapat berpikir seperti ini, hamba tidak akan memiliki kekhawatiran lagi."     

Penguasa dan menteri saling menatap dan mulai tertawa.     

….     

Keesokan harinya, Pasukan Han Xin berhasil tiba dengan lancar di Terusan Guiping. Ketiga pasukan akhirnya berkumpul di Terusan Guiping. Ouyang Shuo jelas memiliki kepercayaan yang dalam terhadap Han Xin. Bahkan Li Mu akan mengalami kesulitan besar ketika menghadapi Han Xin.      

Kedatangan Han Xin juga menandakan bahwa sudah waktunya bagi Ouyang Shuo untuk pergi. Awalnya, Ouyang Shuo harusnya telah lama mencapai Kota Tianjing. Namun, perubahan mendadak ini telah menunda kedatangannya hingga beberapa hari. Siapa yang bisa memperkirakan reaksi berantai macam apa yang muncul dari kejadian ini pada Kota Tianjing.     

Dalam waktu singkat, akan mustahil baginya untuk mengambil kembali Prefektur Guilin. Ouyang Shuo hanya bisa menahan rasa sakit hatinya untuk saat ini dan mengatasi masalah yang ada di depannya. Di hari yang sama, Ouyang Shuo menghabiskan waktu seharian untuk mendiskusikan semua masalah dengan Han Xin dan Pei Ju.      

Di hari kedua kedatangan Han Xin pada Tahun ke-2 Gaia, bulan ke-11, hari ke-26.     

Ouyang Shuo yang muram memimpin pasukan Suku Barbar Gunung untuk kembali bergerak ke Kota Tianjing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.