Dunia Online

Mengepung Kota



Mengepung Kota

1Bulan ke-2, Hari ke-11.      1

Pasukan Aliansi Suku Nomaden telah mengepung Region Kota Persahabatan.     

Setelah melewati dua hari pembantaian, pasukan aliansi masih tersisa 37 ribu prajurit dan hanya Divisi Pertahanan Kota yang mempertahankan Kota Persahabatan. Dalam jumlah prajurit, pasukan aliansi tidak memiliki keuntungan mutlak.      

Selain dari itu, Daiqin juga mengatur agar 2000 prajuritnya menjaga kedua jembatan.     

Walau pasukan Suku Nomaden kebanyakan merupakan kavaleri, ini tidak berarti mereka tidak mengerti caranya menyerbu benteng.     

Untuk pertempuran ini, pasukan aliansi telah bersiap untuk waktu yang lama.     

Salah satu hal yang mereka persiapkan adalah alat-alat penyerbuan. Selain dari tangga penyerbuan sederhana, pasukan aliansi juga telah menyiapkan sebuah senjata rahasia, trebuset [1][1].     

Trebuset ini disediakan oleh Aliansi Yanhuang.     

Jika Ouyang Shuo bisa mendapatkan buku petunjuk dari bandit, tentu saja, Aliansi Yanhuang juga dapat melakukannya.     

Kesempatan untuk mendapatkan buku petunjuk itu diantara kedua aliansi ini juga sama besarnya.     

Trebuset ini diam-diam diselundupkan menuju Suku Tian Qi sekitar setengah bulan yang lalu dan dirahasiakan oleh mereka.     

Hari ini, tirai misteri akhirnya dibuka.     

Ketika sekitar 30 trebuset ditempatkan di sisi utara Kota Persahabatan, wajah Zhao Sihu benar-benar kepahitan.     

Dia sudah melaporkan informasi ini pada regu komando, dan mereka juga telah mengirim mata-mata untuk menemukan benda apa itu sebenarnya.     

Sayangnya, pasukan aliansi telah merahasiakan ini dengan rapat, dan siapapun yang mendekati benda ini akan dibunuh tanpa ampun. Karena itu, tidak ada mata-mata yang berhasil mendekat.     

Tepat pada pukul 9 pagi, dengan bunyi ledakan yang ditimbulkan oleh trebuset, penyerbuan telah dimulai.     

Batu dalam jumlah besar di lemparkan tepat ke arah kota dalam oleh trebuset ini, menghancurkan apapun yang dapat dihancurkan. Baik menara pemanah ataupun rumah, tidak ada yang bisa menghindar.     

Terutama arcuballistas yang dipasang di tembok kota utara, mereka merupakan target utama dari trebuset ini.     

Arcuballistas merupakan lawan sejati dari kavaleri, sehingga bagaimana mungkin Daiqin akan membiarkannya begitu saja?     

Namun, di depan Triple-Bow Arcuballistas, trebuset sama sekali tidak ada apa-apanya.     

Jarak dari trebuset hanyalah 400 meter, sementara Triple-Bow Arcuballistas dapat mencapai 500 meter.     

Karena itu, para trebuset ini masih berada di dalam jarak tembak arcuballistas.     

Unit Dewa Mesin mengembalikan serangan mereka dan menghujani trebuset dengan panah.     

Baik trebuset ataupun arcuballistas, keduanya merupakan mesin yang sangat rumit. Karena itu, begitu mereka terkena serangan, mereka dapat rusak dengan mudah dan tidak dapat berfungsi normal.     

Dalam pertempuran ini, Unit Dewa Mesin berhasil memenangkannya.     

Dari sekitar 30 trebuset, dalam kurang dari satu jam 20 telah hancur.     

Sebaliknya, hanya 10 arcuballistas yang hancur.     

Unit Dewa Mesin sekali lagi telah menunjukkan sebuah mukjizat.     

Di panggung tinggi milik pasukan aliansi, wajah Daiqi benar-benar telah menghitam. Dia ingat bahwa ketika Aliansi Yanhuang memberikan mereka trebuset ini, mereka bersumpah bahwa Kota Shanhai tidak memiliki alat untuk menahan serangannya.     

Siapa sangka bahwa dari awal saja, strategi trebuset ini sudah gagal?     

Pada saat kritis, dia masih harus mengandalkan para putra padang rumput untuk bertempur. Daiqin menjadi semakin kesal dengan Aliansi Yanhuang ini. Dia lalu memberikan perintah pada pasukannya agar mulai menggunakan tangga penyerbuan dan menyerbu Kota Persahabatan.     

Dengan perlindungan dari Unit Dewa Mesin, pasukan manapun yang ingin menyerbu tempat ini akan sangat kesulitan.     

Dengan mesin pembunuh seperti ini ditambah dengan para pemanah yang bersiaga di tembok kota, mereka benar-benar merupakan dewa pencabut nyawa berbentuk manusia. Sebelum pasukan besar dari aliansi Suku Nomaden dapat mencapai tembok kota, mereka telah menderita kerugian yang sangat besar.     

Para prajurit yang berzirah tipis ini bagaikan gandum di ladang yang sedang dipanen.     

Berita bagusnya adalah pasukan aliansi ini tidak kenal takut. Mereka menerjang hujan panah dan dengan gigih menyerbu ke arah tembok kota. Ketika mereka berhasil mendekati tembok dengan susah payah dan menambatkan tangga penyerbuan mereka, yang sudah menunggu mereka adalah bencana yang jauh lebih besar.     

Kayu gelondongan yang tidak terhitung serta batu besar berjatuhan dari atas tembok, dan mencabut nyawa demi nyawa prajurit aliansi.     

Penyerbuan benteng merupakan pertempuran yang paling brutal.     

Di medan perang, di mana daging dan darah manusia beterbangan ke segala arah, jika orang tidak cukup kejam maka dia pasti akan pingsan dalam sekejap.     

Penyerbuan ini berlanjut hingga siang hari, dan Kota Persahabatan masih sekokoh batu karang. Pasukan aliansi tidak memiliki satu prajurit pun yang berhasil naik ke atas tembok dan memberikan ancaman berarti bagi Divisi Pertahanan Kota.     

Pada akhirnya, tanpa trebuset, pasukan aliansi Suku Nomaden masih jauh lebih lemah.     

Di atas kuda, mereka merupakan pahlawan besar, dalam hal menyerbu benteng, mereka semua sama saja dengan pemula.     

Menggunakan waktu istirahat ini, Divisi Pertahanan Kota akhirnya dapat menarik napas. Hanya dengan menggunakan satu divisi untuk mempertahankan area seluas ini, tidak semudah kelihatannya.     

Sedangkan untuk para operator arcuballistas dari Unit Dewa mesin, mereka merupakan orang-orang yang sangat kuat karena mereka terus mengoperasikan arcuballistas tanpa henti. Bukan saja mereka telah menggunakan seluruh tenaga mereka, tapi tangan mereka juga bengkak dan bergemetar terus.     

Bukan hanya para orang kuat ini saja, tapi juga para prajurit yang bertugas untuk melemparkan kayu gelondongan dan batu juga mengalami masa-masa berat. Musuh benar-benar tidak kenal takut dan terus menyerang. Mereka hanya bisa membalasnya dan terus melemparkan kayu dan batu ke bawah.     

Pertempuran yang tanpa henti ini telah benar-benar membuat lelah para prajurit.     

Untunglah, pada saat ini, Departemen Logistik Perang telah mengatur agar para rakyat jelata membawakan makanan lezat dan nasi yang hangat.     

Pasukan aliansi juga sedang memasak nasi, tapi suasana mereka benar-benar sangat berbanding terbalik.     

Moral mereka telah dihancurkan oleh masalah yang terus menimpa dan saat ini berada di titik terendah. Beberapa prajurit bahkan merasa putus asa. Mereka merasa seakan apapun yang mereka lakukan, mereka tidak akan dapat menjatuhkan Kota Persahabatan.     

Suasana yang berat ini menyebar ke seluruh kemah dan membuat Daiqin mengerutkan kening.     

Dia hanya bertahan hingga saat ini karena menunggu bala bantuan yang telah dijanjikan oleh Aliansi Yanhuang. Para tikus bodoh itu masih tidak muncul bahkan di saat ini. Siasat apa yang sebenarnya tengah mereka mainkan?     

Pasukan aliansi ini sudah berada di ujung tanduk. Satu kesalahan kecil akan mendorong mereka jatuh ke jurang,     

Daiqin dapat merasakan keinginan untuk mundur dari mata para jenderal dari berbagai suku ini. Pada akhirnya, satu-satunya yang memiliki kebencian mendalam pada Kota Shanhai hanyalah Suku Tian Qi.     

Jika Kota Shanhai tidak menyimpan kekayaan yang tidak terhitung, mereka tidak mungkin menjawab panggilan Kehan dan memimpin pasukan mereka untuk menyerang kota ini.     

Tiga hari telah berlalu, dan mereka belum menghasilkan apapun. Malah pasukan mereka telah hancur separuhnya.     

Bagi siapapun, hal seperti ini pasti akan terasa tidak enak.     

Di siang hari, di bawah tekanan dari Daiqin, pasukan aliansi kembali melancarkan serangan pada Kota Persahabatan.     

Moral pasukan aliansi saat ini telah berada di titik terendah, dan mereka tidak lagi segarang sebelumnya.     

Setelah beristirahat di siang hari, Divisi Pertahanan nyaris gagal memulihkan kondisi fisik mereka. Setelah jatuh beberapa korban, mereka berhasil menahan serbuan pasukan aliansi.     

Hari ketiga berakhir begitu saja.     

Malam hari, Tenda Pasukan Aliansi.     

Daiqin benar-benar murka, dia tidak lagi setenang sebelumnya.     

Rapat militer aliansi baru saja berakhir. Selain dari Hari Chagai yang tetap diam, keenam jenderal suku lain mulai menekannya agar membubarkan pasukan. Jika tidak, mereka memilih untuk pergi.     

Dasar kumpulan tikus!     

Apa mereka pikir membubarkan pasukan akan membuat semua kembali normal? Ketika kalian sudah menunjukkan taring, untuk kembali menutup mulut tidaklah semudah itu.     

Setelah pertempuran ini, ketika Kota Shanhai telah pulih, apa mereka akan melepaskan para suku ini begitu saja?     

Benar-benar kumpulan orang tolol!     

Bagi pasukan aliansi, sudah tidak ada lagi jalan mundur.     

Maju merupakan jalan yang dipenuhi oleh duri sedangkan mundur sama saja masuk ke jurang.     

Sayangnya, tidak ada yang mempercayai dirinya. Mereka lebih baik menjadi burung unta yang menyembunyikan kepala mereka dalam tanah dan tidak bertempur sekuat tenaga.     

Bedebah!     

Daiqin merasa murka, dan dia menghancurkan berbagai benda di tendanya.     

Lakhshen hanya berdiri di sampingnya dalam keadaan diam. Ini pertama kalinya dia melihat Daiqin kehilangan kontrol emosinya, jadi ternyata Daiqin juga bisa mengamuk seperti ini, bahkan dia juga bisa kehilangan kontrol emosinya.     

Lakhshen yang menyadari hal ini, tidak lagi setakut sebelumnya pada Daiqin.     

Daiqin berbalik dan melihat ekspresi Lakhshen, dia segera kembali tersadar.     

"Kau kembalilah lebih dulu!" Kata Daiqin yang berhasil mendapatkan kembali ketenangannya.     

"Baik!" Lakhshen mundur dari tenda tanpa suara.     

Daiqin memandang punggung Lakhshen, dan menunjukkan ekspresi aneh.     

Tidak lama setelah Lakhshen pergi, pria berbaju hitam mengunjungi tendanya lagi.     

Ketika Daiqin melihat pria ini, seluruh kemarahan terpendamnya muncul ke permukaan. Dia menarik golok bulan sabit yang ada di pinggangnya dan menempelkan bilahnya pada leher pria itu, "Mana bala bantuan yang kau janjikan? Berikan jawaban yang memuaskan atau kau tidak akan pergi dari sini hidup-hidup!"     

Pria berbaju hitam itu sama sekali tidak gentar. "Jenderal, kenapa kau begitu murka?"     

"Bedebah! Ini semua karena kalian. Para jenderalku ini sudah nyaris meninggalkan pasukan. Aku juga mungkin tidak bisa meloloskan diri tapi harapan kalian yang kalian dambakan juga telah pupus seluruhnya." Daiqin kelihatan nyaris mati kesal. Dia menggertakkan giginya saat mengatakan kalimat ini.     

"Bala bantuan akan tiba besok!" Jawaban pria berbaju hitam ini tidak cepat ataupun lambat. Dia sama sekali tidak peduli dengan golok yang menempel di lehernya.     

Mata Daiqin membeku, dan dia kembali menyarungkan golok bulan sabitnya, "Apa kata-katamu ini benar?"     

"Jenderal, kau dapat melihatnya sendiri besok. Kapan aku pernah berbohong padamu?"     

"Bagus, aku akan mempercayaimu satu kali lagi." Daiqin benar-benar tidak berdaya. Sekarang, dia hanya bisa maju dan satu-satunya harapan yang dia miliki adalah pasukan bala bantuan ini.     

Pria berbaju hitam itu tertawa dingin di dalam hatinya. Pengetahuannya akan sifat manusia telah mencapai puncak. Waktu di mana Aliansi Yanhuang akan bertindak telah diperkirakan dan diatur oleh para penasihat dari pasukan militer dari dunia nyata.     

Di permukaan, dia masih terlihat tanpa ekspresi, "Selamat tinggal, besok, aku masih membutuhkan kalian untuk membuat pertunjukan yang menarik bagi kami."     

"Hen!" Daiqin sama sekali tidak menjawab.     

Pria berbaju hitam itu tidak peduli dan pergi begitu saja, dan kembali menghilang dalam kegelapan.     

Di malam hari, 20 ribu prajurit muncul di hutan belantara Lianzhou. Pasukan ini bagaikan hantu, yang diam-diam menatap Kota Shanhai.     

Diantara pasukan yang bergerak diam-diam ini, terdapat Chun Shenjun, Xiong Ba, dan juga sosok spesial, kawan lama dari Baiqi, Zhao Kuo.     

Zhao Kuo menunggang kudanya, dia menatap Kota Shanhai dan bergumam, "Lord Wu An, kita akan bertemu lagi! Kali ini, aku tidak akan kalah darimu."     

Kota Shanhai akan menyambut bahaya terbesarnya.     

[1] Senjata pelontar yang banyak digunakan dalam pertempuran pada Abad Pertengahan untuk menghancurkan dinding kota atau bangunan yang difortifikasi     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.