Dunia Online

Bertempur dan Mundur



Bertempur dan Mundur

0Kavaleri Divisi Pertahanan Kota, di bawah pimpinan Wakil Mayor Jenderal Zhao Sihu, mulai menyerang pasukan aliansi Suku Nomaden.     0

Menghadapi kavaleri Kota Shanhai yang bagaikan serigala dan harimau ganas, pasukan aliansi yang sudah nyaris runtuh bahkan tidak mampu untuk melawan. Satu serbuan oleh kavaleri, dan pasukan aliansi yang ada di sisi timur hancur berkeping-keping.     

Yang terjadi selanjutnya adalah pembantaian yang sangat berat sebelah.     

Para prajurit di sisi barat tengah bersiap untuk bertahan tapi begitu melihat pasukan Kota Shanhai hanya menyerang mereka yang ada di utara, mereka merasa lega.     

Hari Chagai merasa bahwa keberuntungannya telah berbalik.     

Unit Komando Pasukan Aliansi.     

Daiqin berdiri di panggung yang tinggi. Begitu melihat pasukan Shanhai bergerak, dia tersenyum.     

Karena dia berani untuk mengirim pasukan perintis, dia jelas telah memiliki persiapan. 10 ribu prajurit telah siap menunggu, untuk berjaga-jaga jika situasi berubah.     

Daiqin sangat takut apabila musuh akan bersikap seperti kura-kura dan terus bersembunyi di balik tembok. Karena mereka bersedia untuk keluar, dia lebih dari merasa senang untuk menyambut mereka. Dengan perintahnya, pasukan kavaleri bukan hanya harus menyelamatkan Suku Tianshu dan Tiangou, tapi mereka juga harus menghancurkan pasukan musuh.     

Satu-satunya yang membuatnya terkejut adalah pemilihan waktu yang luar biasa dari musuh.     

Daiqin tidak ragu dan langsung mengayunkan benderanya. Pasukan kavaleri, yang tengah bersembunyi di dalam barak melesat keluar bagaikan panah dan berlari menuju medan tempur di timur.     

Zhao Sihu merupakan orang yang sangat waspada. Terlebih lagi, dengan adanya instruksi dari Baiqi, setelah membunuh musuh selama beberapa waktu, dia segera memerintahkan pasukan untuk mundur. Mereka sudah kembali ke dalam kota sebelum bala bantuan musuh tiba.     

Kavaleri musuh, yang datang sebagai bala bantuan, melihat musuh yang mundur, tertawa terbahak-bahak dan menghina mereka.     

10 ribu kavaleri mulai menghina dari bawah tembok kota merupakan pemandangan yang cukup mengesankan.     

Di puncak tembok, pasukan Divisi Pertahanan semuanya menjadi kesal.     

Zhao Sihu menatap ke bawah dan hanya tersenyum dingin.     

Jika bukan karena mempersiapkan diri menghadapi Aliansi Yanhuang, dengan adanya 3 divisi pasukan di sini, bahkan dalam pertempuran terbuka, mereka sudah cukup kuat untuk menghancurkan pasukan Suku Nomaden.     

Dengan perlindungan dari 10 ribu kavaleri, situasi sebelah timur mulai menjadi stabil.     

Pada titik ini, pasukan Suku Nomaden telah berhasil menjatuhkan sungai pelindung kota setelah menderita kerugian besar.     

Melihat pasukan Kota Shanhai yang mundur, Daiqin menggeleng dengan penuh sesal. Dia mengayunkan benderanya kembali dan memerintahkan seluruh pasukannya untuk maju.     

Karena mereka telah menjatuhkan sungai, tentu saja, dia akan memindahkan kemahnya untuk melindungi posisi ini dan mencegah Kota Shanhai untuk kembali membuka sungai.     

Pasukan besar aliansi ini segera bersiap dan mulai pindah.     

Zhao Sihu berdiri di atas tembok dan menatap pasukan besar yang menyelimuti dataran, dan sama sekali tidak bersuara. Dia berkonsentrasi untuk menganalisa pasukan musuh, mencoba untuk mencari kelemahan mereka.     

Dia memang menemukan sebuah keanehan.     

Di bagian belakan pasukan aliansi ini, ada 10 kereta besar. Kereta ini diselimuti oleh kain, sehingga tidak ada orang yang mampu melihat apa yang ada di dalamnya. Kereta ini juga sedikit terlalu tinggi bagi sebuah kereta perbekalan.     

Zhao Sihu tidak berani berlambat-lambat dan segera memerintahkan pengawalnya untuk memberitahu Baiqi.     

Ketika pasukan aliansi akhirnya selesai mendirikan kemah di utara Kota Shanhai, matahari telah tenggelam.     

Setelah sungai pelindung kota berhasil dijatuhkan oleh pasukan musuh, tembok kota utara telah menjadi sebuah area terasing.     

Di malam yang sama, para pemanah dari Divisi 1 dan juga Divisi Pertahanan meninggalkan tembok. Para pemanah Divisi 1 membentuk garis pertahanan lain di kota luar, sementara pemanah dari Divisi Pertahanan Kota akan bertugas untuk mempertahankan Region Kota Persahabatan.     

Pasukan Kota Shanhai benar-benar telah menyerahkan tembok utara kota.     

Hari pertama perang ini berakhir seperti ini.     

Kota Shanhai sama sekali tidak kehilangan satupun prajuritnya dan berhasil membunuh 8000 prajurit.      

Baik Daiqin ataupun Baiqi, keduanya tahu bahwa ini hanya sebuah permulaan.     

Pertempuran sebenarnya baru akan dimulai.     

Di tengah malam, yang ada hanya keheningan total.     

Kemah Pasukan Aliansi     

Seorang pria berpakaian serba hitam muncul di tenda Daiqin.     

"Tidakkah seharusnya kalian sudah bertindak?" Daiqin sepertinya sangat familiar dengan pria ini dan nada suaranya menunjukkan ketidaksenangannya.     

Pada pertempuran hari pertama, pasukan aliansi telah menderita kerugian besar. Jelas, Daiqin merasa tidak senang.     

"Tenanglah, bala bantuan akan segera datang!" Kata pria berpakaian hitam itu tanpa ekspresi.     

"Kapan tepatnya?" Daiqin sama sekali tidak senang mendengar jawaban itu.     

"Di waktu yang paling kritis!" Kata pria itu tidak peduli. "Yang paling penting adalah agar kalian memancing pasukan utama musuh dan membersihkan halangan yang ada di luar untuk menciptakan kesempatan agar pertempuran terakhir dapat dimulai."     

"Aku tidak perlu kau ajari!" Daiqin sangat dingin. Mereka mempertaruhkan nyawa di garis depan, sementara pria ini bersembunyi dalam bayang-bayang. Jelas mudah baginya untuk mengatakan hal ini.     

"Aku harap kalian bisa mendapatkan kemenangan esok hari!"     

Setelah berkata begitu, pria berpakaian hitam itu keluar dari tenda dan menghilang di dalam kegelapan.     

Setelah dia pergi, Daiqin mengutuk, "Dasar tikus!"     

Keesokan harinya, matahari terbit seperti biasa.     

Saat matahari menyinari tanah Lembah Lianzhou, ia gagal memberikan orang-orang perasaan hangat.     

Perang selalu sangat brutal.     

Karena perang, para petani di luar kota tidak mampu mengurus sawah mereka, dan pabrik di dalam kota tidak dapat berjalan. Para rakyat jelata merasa ketakutan bahwa ketika mereka terbangun mereka sudah menjadi tahanan perang.     

"Apa kalian dengar? Kemarin, musuh telah menjatuhkan sungai pelindung kota!"     

"Para Suku Nomaden ini benar-benar tangguh!"     

Di tengah banyak orang, wajah orang-orang yang berasal dari Suku Tian Feng berubah dan mereka dipenuhi oleh berbagai emosi.     

Mereka bertukar pandang, terlihat bersemangat tapi juga cemas.     

Pada bangunan tinggi di sisi jalan, dua mata-mata Divisi Intelijen Militer bagaikan pemburu yang menatap mangsa.     

Kota Shanhai yang tenang tengah di dorong maju oleh sebuah arus tersembunyi.     

Dalam setiap perang, sisi gelap masyarakat perlahan akan terungkap.     

Diskusi di antara orang-orang tentu saja tidak akan menghentikan perang.     

Pada pukul 10 pagi, perang kembali dimulai.     

Daiqin memimpin 12 ribu prajurit dan duduk di kemah utara kota dan mulai memperhatikan Region Kota Persahabatan.     

Sisa 30 ribu pasukan sudah terbagi menjadi dua, mereka telah memutari tembok kota utara dan berangkat langsung ke Kota Shanhai.     

Bagian barat dipimpin oleh Lakhshen sedangkan bagian timur oleh Xirigou Lige.     

Kedua pasukan ini bagaikan paku yang tertancap tepat ke Kota Shanhai.     

Di kota luar saat ini, selain dari bangunan, semua benda berharga telah dipindahkan ke kota dalam.     

Saat Lakhshen memasuki kota luar, pemandangan di depannya mengejutkan dirinya.     

Tanah kosong yang luas di bagian luar kota ini dipenuhi oleh menara pemanah dan barikade yang sangat banyak. Ini terlihat lebih jelas lagi pada sisi dari jembatan menuju Kota Qiushui dan Shanahi.     

Selain dari itu, di tanah juga telah ditebar kawat besi berduri dalam jumlah yang sangat banyak.     

Baik barikade ataupun kawat berduri, mereka semua telah disiapkan sejak lama oleh Departemen Logistik Perang. Industri militer yang kuat menunjukkan nilai mereka dalam pertempuran ini.     

Bukan hanya itu, pada jembatan juga terdapat banyak sekali prajurit. Di jembatan yang menuju Kota Qiushui, seorang prajurit kavaleri berdiri di sana sendirian, bendera yang dia kibarkan merupakan bendera dari Divisi 2.     

Di jembatan menuju Kota Shanhai, Resimen 1 Infanteri Pedang Perisai dari Divisi 1 telah bersiap menunggu musuh.     

Strategi Baiqi cukup sederhana. Sebelum musuh mengeluarkan semua kekuatan mereka, pasukan Kota Shanhai juga tidak akan mengeluarkan seluruh tenaga dan hanya akan menggunakan kelebihan dari posisi mereka.     

Bahkan jika perang ini terlihat buruk, selama taktiknya masih efektif, maka Baiqi sama sekali tidak peduli.     

Lakshen hanya bisa terpaku dan merasa bahwa dia tidak mampu untuk menyerang.     

"Jenderal, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Wakilnya juga sama tidak berdayanya.     

Wajah Lakhshen menghitam dan dia mulai berteriak, "Apalagi yang bisa kita lakukan?"     

Tanpa menyingkirkan penghalang yang bertebaran ini, kavaleri tidak akan bisa maju ke depan.     

Tanpa daya, pasukan aliansi ini hanya bisa mengirimkan prajurit yang tidak takut mati untuk mulai menyingkirkan berbagai halangan ini.     

Untuk menyingkirkan semua penghalang, jelas menghasilkan pertumpahan darah yang besar.     

Pemanah Kota Shanhai berdiri di atas menara pemanah dan mulai menembakkan hujan panah. Pasukan aliansi hanya bisa menembakkan satu atau dua panah dari atas kuda perang mereka untuk meluapkan kekesalan mereka.     

Yang lebih buruk lagi adalah sebelum regu tidak takut mati ini selesai membersihkan area di bawah menara pemanah, para pemanah telah mundur dan melarikan diri.     

Lakhshen benar-benar murka dan memaki dengan keras. Apa ada cara bertempur yang selicik ini?     

Ketika Daiqin menerima berita ini, dia juga merasa kesal. Sekarang, dia menyadari apa yang dimaksud oleh pria berpakaian hitam itu dengan menyingkirkan rintangan.     

Tikus sialan itu telah mendapatkan informasi tapi menyembunyikan hal itu dari mereka.     

Ketika reaksi Daiqin tersebar kepada para pasukan di timur dan barat, Lakhshen dan Xirigou Lige merinding dan berpikir bahwa komandan mereka merasa marah pada kecepatan menyerang mereka yang sekarang.     

Tanpa daya, mereka hanya bisa menggertakkan gigi dan mengirimkan lebih banyak prajurit untuk mati.     

Selama sepagian, regu tidak takut mati itu terus berganti orang dan setiap prajurit yang mati pasti akan ada yang menggantikan rekannya tersebut.     

Hanya ketika hari sudah hampir siang barulah mereka berhasil membersihkan semua halangan di utara Sungai Persahabatan dan Qiushui.     

Hanya dalam sepagian, pasukan aliansi telah kehilangan 4000 prajurit.     

Menggunakan waktu istirahat di siang hari, Lakhshen bertanya pada Daiqin mengenai apakah dia lebih baik terus melanjutkan membersihkan semua halangan di tepi satunya atau mengepung Kota Persahabatan.     

Yang dia dapat adalah bahwa dirinya harus menjatuhkan jembatan.     

Daiqin juga sama tidak berdayanya, karena dia sendiri ingin langsung menyerbu Kota Persahabatan.     

Tapi jika mereka tidak menjatuhkan jembatan dan memblokir jalur yang menghubungkan ketiga kota, ketika mereka menyerang, musuh dapat menjepit dan mengepung mereka.     

Pada pukul 2 siang, pertempuran berat untuk memperebutkan jembatan resmi dimulai.     

Ini merupakan pertempuran sejati pertama antara pasukan Kota Shanhai dan Pasukan Aliansi Suku Nomaden. Bahkan pada awalnya, pertempuran ini sudah sangat dahsyat.     

Satu jembatan jelas tidak mampu menampung begitu banyak prajurit.     

Di jembatan yang sempit ini, kedua sisi bertarung sekuat tenaga.      

Kurang dari setengah jam, jembatan ini telah dipenuhi oleh mayat. Darah segar meresap ke celah-celah lantai kayu, dan mewarnai jembatan ini dengan warna merah.     

Di bagian yang lebih jauh dari medan pertempuran, untuk membuat jalan, prajurit harus melemparkan mayat-mayat teman atau musuh mereka keluar dari jembatan. Mayat yang dilempar ke sungai mulai mengambang, yang menciptakan pemandangan yang mirip dengan neraka.     

Selain dari pertempuran untuk memperebutkan jembatan, kedua sisi juga terus saling menembak dengan menggunakan menara pemanah.     

Teriakan perang membuat para rakyat jelata dan penduduk kota dalam menjadi ketakutan.     

Hingga pukul 4 sore, di bawah serangan tanpa takut dari Pasukan Aliansi Suku Nomaden, pasukan Kota Shanhai mundur dan kedua jembatan berhasil direbut oleh pasukan aliansi.     

Perang mulai berbalik dan menguntungkan pasukan aliansi.     

Sedangkan mengenai kondisi sesungguhnya dari perang ini? Semuanya masih dipenuhi tanda tanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.