Dunia Online

Pertempuran Muye Bagian 7



Pertempuran Muye Bagian 7

0Hari ke-10, Pertempuran Muye, Dinasti Shang Kota Zhaoge.     
0

Kota Zhaoge, kota ini bernyanyi atas munculnya cahaya, menyambut hangatnya sinar mentari, dan meledaknya kemakmuran.     

Menghadap sinar mentari yang menyilaukan, para pasukan bermandikan dengan hangatnya sinar mentari dan mulai berangkat dari Gerbang Selatan Kota Zhaoge. Pasukan tangguh ini bergerak menuju Muye, mereka terdiri dari 40 ribu pasukan pemain, 100 ribu Pemanah Busur Silang, 10 ribu Pengawal Kerajaan, 6000 Pengawal Istana dan 12 gajah perang. Totalnya mereka memiliki lebih dari 150 ribu prajurit.     

Saat pertama kali gajah perang itu muncul di depan mata mereka, Ouyang Shuo dan para Penguasa lain merasa sangat terkejut.     

Zirah yang terbuat dari kulit badak dan kayu keras melindungi tubuh gajah perang, sedang tirai perunggu menutupi wajah dan pedang-pedang tajam diikat di setiap gading mereka. Di punggungnya, gajah-gajah itu membawa menara kayu dengan seorang mahout [1][1], dua pemanah dan dua prajurit dengan tombak kapak berada di dalamnya.     

Gajah perang yang telah dipersenjatai secara lengkap dari atas hingga bawah merupakan buldoser perang yang sempurna. Tidak ada manusia biasa yang mampu menghentikan mereka dari membuka jalan berdarah.     

Sayangnya, hanya ada 12 ekor gajah perang, karena yang lainnya sudah dikirim berperang melawan Suku Dongyi di timur. Jika tidak pasukan Zhou tidak akan ada apa-apanya dibandingkan gajah perang yang luar biasa ini.     

Jika Pengawal Kerajaan merupakan pasukan elit dari Dinasti Shang, maka Pengawal Istana merupakan elit dari yang elit. Mereka bertempur bahu membahu dengan raja mereka Di Xin. Mereka juga telah bertempur dalam peperangan yang tidak terhitung lagi jumlahnya, juga menaklukan daerah selatan dan mendapatkan jasa serta kehormatan. Mereka semua merupakan keturunan dari para bangsawan, prajurit sejati dari Dinasti Shang dan sangat setia pada sang Raja.     

Pemberontakan pasukan Zhou telah membuat mereka murka. Mereka murka karena pasukan Zhou dan negeri lainnya telah membelot dari sang Raja. Amarah memenuhi hati para Pengawal – baik Kerajaan maupun Istana. Mereka bersumpah atas nyawa mereka, bahwa mereka akan mempertahankan kehormatan dari Dinasti Shang. Karena itu kini darah mereka sedang mendidih oleh semangat dan moral mereka benar-benar sangat tinggi.     

Para penduduk Zhaoge berkumpul di depan gerbang kota untuk mengantar kepergian para prajurit. Baik itu Pengawal Kerajaan maupun Istana, mereka semua merupakan rakyat Zhaoge. Darah Dinasti Shang yang agung mengalir dalam pembuluh mereka. Para budak tidak bisa dibandingkan dengan mereka.     

Raja Zhou dari Shang, Di Xin, mengendarai kereta perang yang dihiasi dengan emas dan permata. Dia sendiri yang akan memimpin para prajurit berangkat menuju Muye.     

Pasukan yang tangguh ini berdiri tegak; bendera dan panji-panji berkibar tertiup angin, dengan tombak dan tombak kapak menunjuk ke angkasa. Moral serta disiplin para prajurit benar-benar tinggi. Pasukan ini kemudian bergerak satu persatu dari Gerbang Selatan dan berjalan menuju Muye. Mereka meninggalkan kepulan debu di belakang jejak kaki mereka.     

Orang-orang yang berada di samping jalan menarikan tarian ritual pemujaan mereka, saat mereka berdoa bagi para prajurit. Mereka berharap agar para prajurit dapat pulang ke rumah dengan selamat. Orangtua, istri, dan anak mereka tinggal di Zhaoge. Mereka semua menunggu kedatangan putra, suami dan ayah mereka untuk pulang ke rumah dan berkumpul bersama kembali dengan selamat.     

Raja Di Xin duduk di kerata perang emasnya. Saat dia bergerak melewati rakyatnya, dia melambai ke arah mereka semua, dan para kerumunan itu bersorak untuk Raja mereka. Walaupun Raja yang mereka cintai ini merupakan Raja yang kejam, keras kepala, dan angin-anginan, dia tetaplah Raja mereka. Dia telah mendedikasikan seluruh hidupnya demi para rakyat, dia tidak pernah meninggalkan rakyatnya untuk mati sia-sia. Malah, sekarang dia sendiri yang memimpin pasukan untuk maju ke medan perang, dan tindakan ini lebih dari cukup untuk membuat rakyat mendukungnya.     

Ketika barisan para budak yang dipersenjatai oleh busur silang muncul di depan mata mereka, semua orang menjadi terpana. Sebagai Dinasti Cina terakhir yang memiliki sistem budak, para budak ini memiliki status sosial yang sangat rendah. Mereka merupakan tahanan, barang, komoditas, dan ternak, tapi mereka tidak pernah dianggap sebagai 'manusia'.     

Karena itu, dapat dibayangkan betapa terkejutnya orang-orang ketika mereka melihat para budak itu sekarang dipersenjatai oleh busur silang dan diberikan pelatihan militer.     

Jika bukan karena saat ini merupakan momen hidup dan mati, maka pasti ada sekelompok orang dari para pemilik budak dan juga bangsawan dari Dinasti Shang yang akan berdiri dan menentang keputusan Raja mereka. Bagaimanapun juga, keputusan seperti itu melanggar kepentingan dari para pemilik budak dan juga bangsawan.     

Agar 100 ribu budak dapat dipilih dari 700 ribu budak yang lain, mereka yang terpilih haruslah memiliki fisik yang kuat dan juga patuh. Mereka terlihat sangat lihai, berjalan dalam formasi. Hati mereka benar-benar tidak tenang, dan mereka merasa cemas saat orang-orang mulai menatap mereka. Para budak ini merasa seakan mereka sedang berjalan dengan telanjang.     

Mereka saat ini belum berhasil menyesuaikan diri dengan peran baru mereka.     

Jenderal Er'Lai memiliki asal usul yang mirip dengan para budak ini. Dia berjalan di depan para Pemanah Busur Silang ini. Orang-orang segera menyambut dengan hangat jenderal yang kuat dan ganas ini.     

Terakhir, adalah pasukan para pemain. Walaupun Kavaleri mereka telah menderita sedikit kerugian saat pertempuran terakhir, mereka tetaplah pasukan yang terkuat, dan berkuda di barisan paling depan.     

20 ribu Infanteri Pedang Perisai berjalan di belakang mereka, membentuk formasi persegi. Mereka bergerak dengan ritme yang sama, saat mereka bergerak melewati Gerbang Selatan. Formasi mereka yang tangguh dan rapi ini, ditambah dengan equipment mereka yang indah dan terawat, berhasil membuat kagum para rakyat Shang.     

Para pasukan bergerak sepanjang jalan dan memenuhi cakrawala dengan lautan manusia. Bahkan ketika Pasukan Barisan Depan [2][2] telah mencapai padan Muye, pasukan belakang masih menunggu giliran mereka untuk bergerak melewati Gerbang Selatan. Para prajurit memenuhi seluruh jalan hingga jalan itu tidak bisa memuat orang selain para prajurit.     

Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore ketika kelompok Infanteri terakhir tiba di Muye.     

Muye merupakan kota kecil. Tembok mereka rendah dan separuh rusak. Tembok ini dibuat menggunakan loesses [3][3] dan hampir tidak memiliki fungsi pertahanan sama sekali. Lokasi ini menjadi penting karena Muye merupakan garis pertahanan terakhir sebelum pasukan Zhou mencapai Zhaoge.     

Pasukan Shang sama sekali tidak memasuki kota. Malah, mereka langsung membangun kemah di pinggir kota yang berada di sebelah selatan. Tenda demi tenda memenuhi dataran, lereng dan lembah yang ada di pinggir kota sebelah selatan, mengelilingi Kota Muye yang berada di tengah-tengah.     

Daerah ini telah lama berubah menjadi tidak dikenali lagi. Parit yang memiliki kedalaman 1-2 meter yang menutupi seluruh area ini. Setiap parit berjarak kurang dari seratus meter dari yang lainnya, sedangkan lahan yang ditutupi parit itu mencapai 1 km. Tata letak ini secara efektif menghentikan penggunaan kereta perang di dataran ini, sedangkan Kavaleri masih dapat bergerak dengan bebas.     

Raja Shang, Di Xin, tinggal di Balai Kota Muye. Balai Kota ini akan bertindak sebagai pusat komando sementara hingga perang berakhir.     

Mereka telah mengirim para penduduk Muye dan ke-600 ribu budak kembali ke Zhaoge. Tindakan ini bertujuan untuk menurunkan tingkat konsumsi perbekalan dan juga mencegah masuknya mata-mata. Seluruh Kota Muye telah berubah menjadi benteng militer. Selain dari prajurit, hanya personil logistik yang berada di tempat itu.     

Pengawal Istana telah mengambil alih tugas dari Penjaga Balai Kota. Mereka akan melakukan apapun untuk memastikan keselamatan dari sang Raja.     

Malam itu, Di Xin mengadakan rapat militer untuk mendiskusikan strategi yang akan digunakan dalam pertempuran ini. Ouyang Shuo sebagai perwakilan pemain, diberikan kehormatan untuk menghadiri rapat ini.     

Sejujurnya, Ouyang Shuo saat ini merupakan Jenderal kesayangan Di Xin. Status yang dimilikinya jauh lebih tinggi dari perwakilan pemain biasa. Di Xin akan mendengarkan semua saran dan strategi yang diajukan olehnya.     

Tentu saja, Ju Shou-lah orang yang memberikan kebanyakan taktik perang ini kepada Ouyang Shuo.     

-----------     

Mengjin, Yong, Lu, Peng, Pu, Shu, Qiang, Wei, Mao— para Raja dari berbagai negeri akhirnya telah tiba.     

Ketika mereka semua berkumpul, Raja Wu dari Zhou dan juga para Raja lain mengadakan Upacara Sumpah.     

Dalam pertemuan ini, pertama-tama Raja Wu memberikan pidato untuk mengangkat senjata melawan Dinasti Shang. Dia mengurutkan enam kejahatan terbesar yang dilakukan oleh Raja Zhou, Di Xin: Satu, bermabuk-mabukan, kedua, membuang pejabat setia, tiga, memperkejakan penjahat dan memberikan mereka kekuasaan, keempat, secara buta mempercayai kata-kata wanita, kelima, secara buta mempercayai keyakinan, keenam, mengabaikan upacara pengorbanan.     

Untuk sebuah negeri kecil di barat yang masih berada dalam kontrol Dinasti Shang, namun berani secara terang-terangan mengutuk kesalahan Raja mereka, dapat dilihat dari sini betapa munafiknya Kerajaan Zhou dan Raja Wu. Bahkan hal kecil seperti mabuk-mabukan dapat dimasukkan ke dalam daftar kejahatan. Ini jelas merupakan pemberontakan secara terang-terangan, tapi dia masih memasarkan dirinya sebagai sosok pembawa keadilan.     

Setelah pertemuan ini, mereka mengadakan ritual pengorbanan. Raja Wu dan yang lain lalu bersumpah kepada langit untuk menghancurkan Dinasti Shang. Tentu saja, sebuah ritual pengorbanan membutuhkan mereka untuk mengorbankan ternak, tapi bukannya ternak, kali ini mereka merubah korban persembahan menjadi budak yang berasal dari rakyat Shang.     

Ketika mereka berhasil menyelesaikan ritual pengorbanan, mereka lalu bergerak ke Muye.     

Pasukan Zhou terdiri dari 300 kereta perang, 3000 Pengawal Raja, dan 45 ribu Prajurit Berzirah. Mereka semua merupakan prajurit terlatih, dengan disiplin tinggi, dipersenjatai secara lengkap, terlatih dengan baik dan memiliki pengalaman tempur yang cukup. Selain itu dengan tambahan pasukan dari para Raja yang lain, jumlah total pasukan gabungan mencapai 70 ribu ditambah dengan 50 ribu pasukan pemain.     

Meski begitu, senjata dan equipment dari pasukan Zhou masih tidak bisa dibandingkan dengan pasukan Shang. Teknologi serta teknik peleburan perunggu di Shang masih lebih baik dari mereka. Karena itu, Shang dapat memproduksi senjata dan zirah perunggu yang lebih baik.     

Terutama dalam hal zirah Infanteri, militer Shang telah mempersenjatai para prajuritnya dengan zirah yang terbuat dari perunggu dan kulit badak. Mereka juga memiliki helm perunggu sebagai bagian dari equipment standar bagi prajurit. Struktur inti dari helm mereka, teknologi pembuatan, kemampuan pertahanan, dan juga kualitas dari equipment mereka secara keseluruhan membuat pasukan Shang merupakan pasukan dengan equipment terbaik di dunia dalam era itu.     

Sementara itu, Pasukan Zhou hanya menggunakan dengan zirah kulit biasa atau zirah yang terbuat dari kayu. Bahkan jenderal dan bangsawan mereka tidak bisa menikmati kemewahan yang dimiliki oleh zirah perunggu. Kedua pasukan ini benar-benar tidak bisa dibandingkan.     

Tentu saja, dibandingkan dengan pasukan budak yang hanya dipersenjatai dengan tombak perunggu dan tanpa zirah, pasukan Zhou tetap jauh lebih kuat.     

Zhou dan Shang merupakan rival, musuh bebuyutan.     

Keluarga kerajaan dari Shang telah membunuh dan membantai keluarga kerajaan dari Zhou selama tiga generasi. Kakak, ayah, dan kakek dari Raja Wu telah mati karena keluarga kerajaan Shang. Terlebih lagi, Shang telah sering memulai perang di daerah kekuasaan Zhou, yang akhirnya berujung pada pertikaian baik dalam hal teritori, populasi, dan dominasi di antara dua kerajaan ini.     

Karena itu, baik itu keluarga kerajaan maupun rakyat jelata dari kedua kerajaan ini selalu bermusuhan. Hingga saat Raja Wu berkuasa, Kerajaan Zhou telah mengumpulkan lebih dari 100 tahun kebencian terhadap Kerajaan Shang.     

Kali ini, Kerajaan Zhou mengirim semua prajurit dan kekuatan yang mereka miliki. Satu-satunya keinginan mereka adalah untuk menghancurkan Dinasti Shang dari muka bumi walau harus mengorbankan semua hal. Karena itu, tidak ada jalan mundur bagi rakyat Kerajaan Zhou. Mereka harus memenangkan perang ini, karena akibat dari kekalahan mereka akan menjadi bencana besar. Moral dari pasukan ini – mulai dari Raja hingga prajurit – sangatlah tinggi dan menyatu.     

Bahkan para prajurit dari para Raja yang lain, juga merupakan prajurit terkuat dari masing-masing kerajaan.     

Semenjak hari di mana Kerajaan Shang didirikan, keinginan mereka untuk memperluas teritori dan populasi mereka, mendorong kerajaan mereka untuk terus menyerang kerajaan dan negara lain yang berada di sekelilingnya. Walaupun perbudakan juga dapat dihitung sebagai pertambahan populasi, namun mereka juga memiliki tugas sebagai korban bagi ritual persembahan ataupun ritual penguburan bagi para bangsawan.     

Pada masa Dinasti Shang, teokrasi sangat berkuasa di seluruh wilayah. Mereka sering membutuhkan manusia sebagai korban untuk ritual persembahan. Terlebih lagi, mereka sering membutuhkan 'persembahan' yang memiliki 'kualitas tinggi'. Korban-korban ini merupakan para pemuda yang kuat. Untuk mengumpulkan korban persembahan seperti ini, mereka memerlukan populasi yang sangat besar. Karena itu, Shang terus memulai peperangan di mana-mana, dan merampas rakyat dari berbagai negara yang berbeda. Seluruh rakyat Dinasti Shang mendukung dan mempercayai kekuatan dan kekerasan, jadi mereka akan segera memulai perang dengan para tetangga mereka terutama yang berada di sebelah barat.     

Ini semua menghasilkan kebencian yang tidak terlupakan dari setiap negara yang berbeda kepada Kerajaan Shang. Karena kini waktunya sudah tiba, mereka akan membalaskan dendam mereka meski mereka harus mengorbankan segalanya. Moral dan tujuan mereka sama dengan Kerajaan Zhou.     

Sedangkan keluarga kerajaan dari Zhou bersikap damai dan lembut, propaganda mereka mengenai 'kedamaian, kebajikan, dan niat baik' juga membuat mereka mendapatkan penghormatan tertinggi dari para Raja dan juga rakyat.     

Pasukan tangguh ini bergerak sepanjang sungai Wei ke arah Muye. Bendera dan panji-panji dari masing-masing kerajaan berkibar di tiup angin, menggambarkan tekad mereka untuk menghancurkan Kerajaan Shang. Ini merupakan sekumpulan musuh dengan mata yang berwarna semerah darah.     

Sekelompok burung terbang di tengah langit yang gelap, meninggalkan rasa sepi yang tidak berakhir.     

[1] Mahout : Penunggang Gajah     

[2] Unit Garda Depan Shang disini dijadikan Pasukan Barisan Depan untuk membedakan dengan Unit Garda Depan milik pasukan Shanhai.     

[3] bentuk lahan yang berasal dari eoline yang terbentuk dari bahan endapan angin yang berukuran debu oleh erosi angin yang biasanya terjadi Amerika Tengah atau di Cina bagian Timur     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.