Dunia Online

Pertempuran Laut di Pulau Bulan Bagian 2



Pertempuran Laut di Pulau Bulan Bagian 2

0Setelah berhasil menyelamatkan para perompak itu, Pei Donglai harus menghadapi masalah besar.     
0

Black Beard berhasil mengumpulkan pasukannya yang memiliki total lebih dari 1000 perompak di dermaga, jadi bagaimana caranya Pei Donglai bisa berlabuh di pulau itu? Armada Angkatan Laut Beihai berbeda dengan para marinir di dunia nyata yang bisa melaksanakan operasi amfibi.     

Pada akhirnya, Pei Donglai hanya bisa memikirkan sebuah ide yang sedikit memaksa. Dia memerintahkan Unit 1 untuk berlabuh di pulau sementara keempat unit lainnya akan tetap dalam formasi kipas. Unit-unit ini akan menembakkan panah untuk menekan para perompak.     

Black Beard melihat kapal perang itu saat kapal tersebut berusaha untuk berlabuh. Sebagai balasan, dia segera memerintahkan anak buahnya untuk menghentikan mereka.     

Tepat di saat ini, hujan panah kembali turun dan menghalangi langkah para perompak. Para perompak itu merasa ragu, tidak yakin apakah mereka harus tetap maju.     

Tindakan Armada Angkatan Laut Beihai membuat Black Beard murka. Dia terus memaki mereka. Benar-benar penyusup tidak tahu malu!     

"Serbu, ayo maju! Atau kita semua akan mati!"     

Atas perintahnya, para perompak menyerbu ke depan menerobos hujan panah. Setiap detik, para pemanah akan mengenai seorang perompak, yang membuat beberapa terluka, sementara yang lain tewas seketika.     

Para perompak yang ada di tepian sekarang ini, berhasil lolos dari maut setelah para musuh membakar kapal mereka. Alhasil, memaksa mereka melompat ke laut untuk menyelamatkan nyawa mereka, tapi sekarang mereka sekali lagi harus menghadapi kematian. Tentu saja mereka merasa enggan.     

Dengan bertambahnya korban, beberapa perompak merasa mereka sudah tidak tahan lagi. Malah bukannya menyerbu ke depan, mereka diam-diam mundur dan kabur. Mereka berusaha lari dari hujan panah.     

Ketika ada orang yang memulai, yang lain pasti akan mengikutinya. Manusia merupakan makhluk yang takut akan kematian, dan perompak bukanlah pengecualian. Karena itu, para perompak tersebut bahkan tidak sampai setengah jalan sebelum akhirnya separuh dari mereka mundur.     

Unit 1 Angkatan Laut Beihai mengambil kesempatan ini untuk berlabuh di pulau dan membentuk garis pertahanan.     

Di saat ini, Black Beard tahu bahwa tindakan apapun yang dia lakukan sekarang tidak akan menghentikan Armada Angkatan Laut Beihai. Bahkan jika dia terus menyerbu ke depan, mereka tetap tidak akan dapat menghentikan para penyusup.     

"Mundur!" Kata Black Beard dengan pahit.     

Perintah ini membuat para perompak girang. Mereka segera bubar dan kabur lebih cepat dari kelinci yang ketakutan.     

Ouyang Shuo tengah berdiri di atas kapal induk. Dia lalu menggeleng saat dia melihat kondisi musuh yang tidak berdaya.     

Dengan ini, Armada Angkatan Laut Beihai berhasil berlabuh di dalam pulau dan mulai menghabisi para perompak yang tersisa.     

Saat ini, para perompak tengah lari menyelamatkan nyawa mereka dan sama sekali tidak teratur.     

Untuk mencegah ada perompak yang berhasil lolos dari jaringnya, Pei Donglai mengatur agar Unit 4 dan 5 tetap tinggal di Kapal Perang Meng Chong mereka dan berpatroli di sekitar perairan pulau ini. Tindakan ini benar-benar menutup seluruh jalur kabur para perompak.     

Pulau Bulan hanya berukuran 50 km2, jadi ini bukan tempat yang bagus untuk bersembunyi.     

Pei Donglai dengan patuh terus mengimplementasikan kebijakan Ouyang Shuo terhadap tahanan perang. Para pelaut terus berteriak dan memerintahkan para perompak agar menyerahkan diri mereka. Jika mereka menyerah maka mereka akan diampuni. Jika para perompak mengabaikan pesan ini dan lari, maka Angkatan Laut akan memusnahkan mereka tanpa ampun.     

Ancaman ini terbukti efektif.     

Satu demi satu para perompak keluar dari tempat persembunyian mereka dan mengangkat tangan mereka ke udara untuk menyerah. Hanya Black Beard dan beberapa bawahannya yang keras kepala yang masih menjadi buronan.     

Bagi para perompak yang keras kepala ini, Pei Donglai sama sekali tidak memberi ampun. Dia memerintahkan para prajurit Unit 1 untuk menyebar dan mencari mereka. Begitu ditemukan, maka mereka harus langsung memusnahkan para perompak itu.     

Pembantaian ini berlangsung sepanjang siang.     

Kemudian, Pei Donglai menemani Ouyang Shuo untuk memeriksa kondisi pulau.      

Para Hiu Hitam ini benar-benar ahli dalam merampok. Sebagai gantinya, mereka juga ahli dalam membangun sampah.      

Seluruh markas perompak bahkan tidak memiliki pagar, mereka membiarkannya terbuka begitu saja. Bangunan yang ada di pulau itu juga dapat dihitung dengan satu tangan.     

Para perompak itu hanya memperhatikan dermaga mereka.     

Jalan yang sempit, berlubang dan becek adalah ciri khas dari pelabuhan tersebut. Ouyang Shuo memperhatikan langkahnya dengan hati-hati. Dia tidak ingin menginjak genangan air.     

Rumah-rumah kayu tersebar di kedua sisi jalan tanah ini. Rumah-rumah itu juga dibuat secara kasar dan seadanya, seakan para perompak itu hanya membangunnya dari beberapa potong kayu.     

Ouyang Shuo merasa ragu tentang apakah rumah kayu semacam ini dapat melindungi orang dari hujan atau panas.     

Mereka juga tidak memiliki halaman yang layak di luar rumah kayu mereka. Tidak ada hewan peliharaan ataupun ladang sayur. Beberapa pakaian yang luntur digantung begitu saja di bawah dahan pohon, melayang dan tergantung sembari tertiup angin.     

Terkadang, dia menemukan beberapa ikan kering pada beberapa rumah. Ini merupakan rumah dari beberapa perompak yang sedikit lebih rajin.     

Dalam hal pertanian, mereka sama sekali tidak membuka lahan pertanian. Lahan di pulau ini semua hanyalah lahan gersang yang tidak memiliki tanaman apapun. Hanya rumput liar yang memberitahukan para pengunjung tentang kemunduran yang dimiliki tempat ini.     

Terlihat jelas, para perompak ini tidak memproduksi makanan mereka sendiri. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dan benar-benar bergantung sepenuhnya pada barang hasil rampokan.     

Setelah mereka terus bergerak ke dalam, mereka mendadak sampai di seberang kolam kecil di tengah pulau. Ouyang Shuo memeriksanya dan memperkirakan bahwa kolam ini memiliki ukuran kurang dari 500 m2. Kolam ini pastilah satu-satunya sumber air murni di pulau ini.     

Karena inilah, para perompak menganggap kolam ini sebagai aset terpenting mereka dan sangat melindunginya.     

Para perompak telah membangun lingkaran bangunan di sekitar kolam. Bangunan kayu ini terlihat lebih kokoh dibandingkan rumah-rumah kayu yang ada di lingkaran luar, ini pastilah area inti dari para perompak. Kedai minum favorit para perompak juga ada di salah satu bangunan ini.     

Satu-satunya halaman di tempat tertinggi ini terlihat sangat mencolok di tengah kumpulan bangunan kayu.     

Tidak perlu dikatakan lagi, ini pastilah tempat tinggal dari pemimpin besar para perompak.     

Sepanjang jalan, Ouyang Shuo telah kehilangan minatnya terhadap bangunan-bangunan bobrok lainnya. Dia segera berjalan menuju halaman tersebut.     

Bahkan setelah mereka tiba di area inti dari pulau ini, jalanan di sana tetaplah belum membaik, masih berlubang dan tidak rata. Di kedua sisi jalan, rumput liar tumbuh dengan lebat dan bergoyang diterpa angin.     

Para prajurit harus membersihkan bangunan ini dari para perompak terlebih dahulu.     

Karena itulah, ketika Ouyang Shuo tiba, tidak ada satupun perompak yang terlihat. Dia hanya melihat para prajurit dari Armada Angkatan Laut Beihai sedang berpatroli. Di tanah, dia terkadang melihat beberapa jejak darah dan bekas pertempuran.     

Para prajurit yang mendapat tugas jaga melihat Ouyang Shuo dan segera memberi hormat.     

Ouyang Shuo mengangguk dan berjalan melewati pintu ruangan.     

Para prajurit tidak menyangka bahwa Paduka Marquis Lianzhou akan membalas penghormatan mereka, jadi gestur kecil ini menghangatkan hati para prajurit.     

Ouyang Shuo mengangkat kepalanya dan memperhatikan bangunan paling 'maju' dari pulau ini.     

Sebuah halaman kecil yang sederhana terbentang di hadapannya. Tempat ini menyentuh hati Ouyang Shuo. Dia teringat kembali bagaimana bentuk awal dari Shanhai ketika masih menjadi desa. Kala itu, Puri Penguasa dan halaman ini sangatlah mirip.     

Ouyang Shuo tiba di ruang pertemuan dan mulai dengan sabar menunggu tibanya kabar terbaru yang telah dikumpulkan oleh para pengintai.     

Pukul 5 sore, Pei Donglai telah berhasil mengumpulkan seluruh informasi dan melapor kepada Ouyang Shuo.     

Setelah Ouyang Shuo memberi isyarat, Pei Donglai memasuki ruangan dan duduk di bagian yang lebih rendah dari ruangan tersebut. Dia mengatakan, "Lapor pada paduka, kampanye perang kali ini berlangsung jauh lebih mulus dari yang kita perkirakan. Armada kita hampir tidak memiliki korban. Kita hanya kehilangan 15 orang prajurit."     

Ouyang Shuo mengangguk. Proses berjalannya perang ini benar-benar di luar perkiraannya.     

"Dalam kampanye ini kami telah menangkap total 1650 perompak. Kami telah memusnahkan semua perompak yang tersisa. Pada dasarnya kami telah membakar seluruh kapal perompak hingga menjadi abu atau menenggelamkan mereka ke dalam lautan. Hanya lima atau enam kapal yang selamat, kami telah menyeret kapal-kapal tersebut kembali ke dermaga." Pei Donglai lalu melanjutkan laporannya, "Setelah menyita gudang mereka dan juga rumah para perompak, kami telah merampas 12.500 koin emas dan sekotak perhiasan. Senjata, equipment serta perbekalan cukup jarang di sini. Mereka tidak menyimpan barang-barang seperti ini dalam jumlah yang besar."     

Ouyang Shuo mengangguk. Dia juga telah memperkirakan situasi seperti ini. Para perompak benar-benar mengandalkan barang jarahan untuk bertahan hidup. Di saat mereka mengalami kesulitan makanan, mereka hanya perlu berburu, jadi pastilah mereka tidak menyimpan terlalu banyak makanan.     

Sebaliknya, para perompak telah menyimpan seluruh emas dan perhiasan hasil jarahan mereka karena kurangnya akses untuk menjual itu semua. Karena inilah, kelompok perompak yang berjumlah lebih dari 3000 orang memiliki kekayaan melebihi 10.000 koin emas.     

"Ambil 500 koin emas dari hasil rampasan perang dan hadiahkan kepada para prajurit." Kata Ouyang Shuo.     

Tidak ada yang tahu kapan dimulainya, tapi Ouyang Shuo mulai memiliki kebiasaan untuk menghadiahi para prajurit berdasarkan jasa mereka. Dia melakukan ini untuk memberi semangat agar para prajurit bertempur dengan lebih berani lagi.     

"Terima kasih paduka!" Pei Donglai mewakili Armadanya berterima kasih kepada Ouyang Shuo.     

"Apa kita berhasil mendapatkan benda yang spesial?" Tanya Ouyang Shuo. Yang dimaksud 'spesial' olehnya adalah item jenis khusus. Biasanya, ada kemungkinan besar mendapatkan item aneh dari jarahan para perompak.     

"Ya, benda semacam itu memang ada." Jawaban Pei Donglai benar-benar tidak mengecewakan.     

Para prajurit yang ada di luar menyeret sebuah kotak perhiasan dan emas, dan barang-barang lainnya yang telah mereka rampas dari para perompak ini. Mereka meninggalkannya di tanah agar Ouyang Shuo dapat memeriksa barang-barang tersebut.     

Ouyang Shuo berdiri. Selain dengan 500 koin emas yang dia hadiahkan, dia menyimpan semua barang lainnya di dalam tas serba gunanya. Ruangan yang tadinya penuh sekali lagi menjadi kosong. Dia hanya meninggalkan dua barang di tanah, sebuah batu dan gambar.     

Ouyang Shuo mengambil batu berwarna hitam itu dan memeriksanya. Batu itu berukuran sedang, sekitar dua kepalan tangan. Batu itu terasa berat ketika diangkat olehnya.     

Besi Meteorit Kualitas Bagus (Platinum): Batu Dewa yang jatuh dari langit, bahan penempaan yang langka.     

Batu itu memiliki diskripsi yang sederhana, tapi hal ini telah memunculkan badai semangat di hati Ouyang Shuo. Bahan penempaan tingkat Platinum, Ouyang Shuo dapat melihat senjata eksklusif miliknya melambai-lambai di depan matanya.     

Mendapatkan Besi Meteor Kualitas Bagus ini saja telah membuat Ouyang Shuo merasa perjalanan ini sangat sepadan.     

Ouyang Shuo menebak bahwa satu-satunya alasan Black Beard tidak menempa batu meteorit ini adalah karena dia tidak bisa menemukan pandai besi yang cukup ahli. Hanya seorang master pandai besi yang mampu menggunakan bijih logam langka ini dan membuatnya menjadi senjata yang bagus.     

Dengan hati-hati, dia menyimpan batu meteorit itu ke dalam tas serba gunanya sebelum mengambil gambar yang masih ada di tanah.     

(1/3): Menurut legenda, Teluk Beihai pernah melahirkan seorang perompak terkenal, Blood Slaughterer. Setelah dia tewas, harta jarahannya yang sangat banyak juga ikut menghilang.     

Rumor mengatakan sebelum kematiannya, Blood Slaughterer telah menyembunyikan seluruh hartanya di pulau terpencil. Dia menandai posisi pulau itu pada sebuah peta dan membaginya menjadi tiga. Dia memberikan masing-masing potongan kepada 3 bawahan yang paling dipercayainya.     

Setelah kematiannya, 3 bawahannya mencoba merebut dua bagian yang lain dari mantan saudara seperjuangannya. Hari demi hari, tahun demi tahun, perpecahan itu akhirnya menghasilkan runtuhnya kelompok perompak Blood Slaughterer yang terkenal. Pada akhirnya, mereka tidak bisa mengalahkan pihak yang lain, dan tewas dengan dipenuhi rasa kecewa. Mereka semua meninggalkan potongan peta harta karun tersebut kepada keturunannya.     

Ratusan tahun kemudian, potongan peta ini terus berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain, yang menyebabkan tragedi yang tidak terhitung.     

Sayangnya, tidak ada satu orangpun yang mampu mengumpulkan ketiga potongan peta harta itu dan menemukan harta karun Blood Slaugterer. Dengan berlalunya waktu, rumor lain pun muncul, yang mengatakan bahwa peta harta itu hanyalah siasat licik dari Blood Slaughterer untuk memancing perpecahan diantara para anggotanya. Kesimpulan itu juga cukup masuk akal karena Blood Slaughterer memang pembunuh maniak.     

Perlahan-lahan, kenyataan dari peta harta itu tenggelam di dalam sungai sejarah. Tidak ada seorangpun yang mempercayai rumor Blood Slaughterer lagi, dan potongan peta harta itu menjadi benda koleksi. Tidak ada orang yang pernah memperebutkannya lagi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.