Datangnya Sang Penyihir

Gembala Badai



Gembala Badai

0Perairan laut Ferde      
0

Felina membubung tinggi menembus langit berkelok-kelok dengan tidak teratur bersama Link di punggungnya. Sebenarnya, Felina tidak tahu ke mana tujuan Link. Untuk saat ini, dia hanya terbang ke arah mana pun yang ditunjuk oleh Link.      

Link memegang Murka Raja Naga di tangannya, cahaya merah terlihat jelas di ujung pedang sihir. Matanya terpejam, tetapi dalam benaknya, dia sangat menyadari segala sesuatu di sekitarnya.      

Semuanya tergambar jelas di kepalanya dalam perpaduan warna dan bentuk yang fantastis, termasuk suhu, kecepatan angin, arah angin, dan kelembaban.      

"Terbang ke kiri, ya, teruslah melaju. Apakah kau melihat sekelompok awan di depan?" Tanya Link.      

Felina memang melihat sekelompok besar awan muncul di depan mereka, dengan diameter sekitar 2.000 kaki. Menyadari bahwa Link menutup matanya selama ini, Felina menduga bahwa dia pasti menggunakan semacam mantra penglihatan. "Aku melihatnya, tetapi angin semakin kencang di sini. Ini angin topan kecil. Haruskah kita melanjutkannya?"      

"Tidak, pergilah ke permukaan laut, di mana pusat pusaran berada. Anginnya tidak masalah, tapi terlalu kecil. Aku harus memberinya sedikit kekuatan lebih."      

Felina terjun lebih dulu ke laut. Ketika dia mencapai sepuluh kaki di atas permukaan laut, Link tiba-tiba berdiri, melompat dari punggungnya dan melayang di udara satu kaki di atas permukaan laut.      

Link berteriak kepadanya, "Felina, mundurlah sedikit. Itu tidak cukup jauh, tetaplah berada setidaknya sepuluh mil jauhnya. Ya seperti itu, teruslah terbang!"      

Begitu Felina tak lebih dari setitik hitam di langit di kejauhan, Link berkata kepada Murka Raja Naga di tangannya, "Kau siap, rekan?"      

"Jangan terlalu terbawa perasaan padaku, kita sudah saling kenal tidak lebih dari setahun," geram pedangnya, tapi kemudian dia melanjutkan, "Yah, menghembuskan angin kencang seharusnya mudah, jadi ayo pergi!"      

Link mulai menahan napas selama sepuluh detik, sebelum membuka matanya tiba-tiba.      

"Visi Kebenaran!"      

Semua yang ada di matanya berubah tembus cahaya, terutama awan badai besar di depannya. Untaian cahaya terpancar darinya; ini adalah aliran energi di sekitar awan.      

Arus energi ini adalah titik kritis topan. Dari arus energi ini, Link dapat dengan mudah membubarkan seluruh gumpalan awan, atau meningkatkan kekuatan topan.      

Sepuluh detik kemudian, Link menemukan salah satu titik energi topan, dan mengarahkan pedang sihir di tangannya ke permukaan laut, berbicara dengan suara rendah, "Penghancur Hampa!"      

Penghancur Hampa      

Mantra Api Level 10 Tingkat Master      

Biaya Kekuatan Naga: 8900      

Deskripsi: Mengkonsentrasikan energi unsur di sekitar pengguna menjadi bola api yang sangat merusak.      

(Catatan: Ini adalah hadiah dari Ratu Naga Merah.)      

Wus! Sinar cahaya yang menyilaukan mulai berkumpul di udara di sekitar pedang sihir, dan dengan dengungan terus menerus, titik cahaya merah mulai tumbuh di ujungnya. Dalam rentang satu detik, titik cahaya meluas menjadi bola api ungu gelap dengan diameter lebih dari delapan kaki.      

Begitu bola api muncul di udara, Link segera mengaktifkan efek Kekuatan Naga yang tak terbatas di sabuk Raja Naga-nya, yang mulai dengan cepat mengisi ulang Kekuatan Naga-nya. Pada saat yang sama, dia memegang Gejolak Murka Surga di tangannya, yang dia arahkan ke laut di bawah kakinya.      

"Medan Distorsi!"      

Melalui efek mantra, air mulai mengalir ke atas di kedua sisi.      

Skala Bidang Distorsi Link sangat besar, meliputi area sekitar 1.000 kaki persegi. Dari kejauhan, terlihat seperti sebuah pedang besar dan kuno telah membelah air menjadi dua.      

Pada saat yang sama, Link melayang di udara dengan bantuan dari Medan Distorsi itu sendiri, terlihat seperti dewa mistis yang menggunakan pedang.      

Dinding air laut di kedua sisi mencapai ketinggian 500 kaki. Dia kemudian melemparkan bola api ke arah bidang tanah yang kering di tengah. Ketika sampai di tanah, Link dengan tajam menarik tangannya yang lain, yang memegang Gejolak Murka Surga.      

Pada saat ini, air laut, yang telah terbelah dan naik tinggi di kedua sisinya, jatuh dengan memekakkan telinga.      

Fwoosh! Dua ombak yang menjulang saling beradu. Secara bersamaan, bola api Penghancur Hampa meledak dalam semburan air laut yang tiba-tiba.      

Dalam sekejap, air laut yang sebelumnya berwarna biru tinta akhirnya berubah warna menjadi merah tua yang menyilaukan.      

Air laut di bawah kaki Link mulai menyembul seperti gunung pada ledakan energi yang tiba-tiba di bawah permukaan air. Tubuh Link mengapung di sepanjang gelombang laut, ringan tanpa beban, seperti kupu-kupu yang berkibar di tengah badai.      

Beberapa saat berlalu, dan energi Penghancur Hampa akhirnya diserap oleh laut. Link bisa merasakan air mulai bergolak dan uap naik dari permukaannya.      

Felina, yang menyaksikan semua ini dari kejauhan, melihat jejak uap putih naik menuju langit dari laut.      

Yang lebih aneh lagi adalah fakta bahwa jejak uap tampaknya telah menyebabkan sesuatu terjadi pada topan, ketika rotasi kepulan awan mulai semakin cepat. Awan juga menebal, mengembang hingga memenuhi langit hampir seluruhnya.      

Angin bertiup kencang, dan tak lama kemudian, Felina, yang berada sepuluh mil jauhnya, merasa sulit untuk mempertahankan keseimbangannya di udara. Felina tidak punya pilihan lain selain menempatkan jarak lebih jauh antara dirinya dan Link.      

Jauh dari sana, dia bisa melihat Link terombang-ambing di sepanjang ombak, tubuhnya di tengah badai memancarkan cahaya yang menyilaukan yang menerangi langit dan laut seperti matahari.      

Dari waktu ke waktu, tongkat sihir dan pedang yang berada di kedua tangannya mengeluarkan cahaya merah gelap; sebagian dari cahaya itu menyatu ke dalam awan dan sebagian ke laut, sementara sisanya hanya tersebar di udara.      

Energi yang dilepaskan Link memiliki efek tangan raksasa yang tak terlihat menggerakkan udara, ke titik di mana awan sekarang menyebar dengan kecepatan yang mengerikan, dengan angin menderu liar seperti teriakan ribuan hantu.      

Pada saat ini, Link seperti dewa yang berjalan di antara manusia fana, memegang kendali atas kekuatan unsur dunia.      

Adegan ini mungkin akan terukir dalam ingatan Felina selama dia hidup.      

Whoo!      

Sekumpulan awan mulai bergerak lurus kearah pulau hancur yang tidak jauh dari sana. Pada awalnya, awan itu perlahan-lahan bergerak melintasi lautan dengan kecepatan tidak lebih dari sepuluh kaki per detik, tetapi seiring berjalannya waktu, topan mulai mempercepat, mencapai kecepatan menakjubkan 100 kaki per detik.      

Link mengikuti di belakang topan yang sangat besar. Seperti seorang gembala, ia akan menarik domba terbesar di dunia di depannya kembali ke jalur yang benar setiap kali ia keluar jalur.      

"Felina!" Angin membawa suara Link ke arahnya.      

Felina segera terbang ke sisinya. Link, yang telah melayang di udara selama ini dengan Medan Distorsi, kembali ke tempatnya di punggung naga dan mulai fokus menggiring topan.      

Seperti gasing, topan itu sekarang berputar semakin cepat saat berhembus kencang lebih dari 100 mil di lautan.      

Tekanan negatif yang disebabkan oleh rotasi topan berkecepatan tinggi juga mulai menarik air laut ke mata pusaran hingga akhirnya membentuk tiang air yang menjulang tinggi.      

Memperkirakan bahwa ada sekitar sepuluh mil jarak yang tersisa antara topan dan Pulau Sihir Magnetik, Link memberi 'domba' nya satu cambuk terakhir sebelum melemparkan mantra tembus pandang kepada dirinya dan Felina. Pada saat yang sama, ia memasukkan energinya ke batu rune di tangannya, melakukan kontak dengan pasukan angkatan laut Ferde, yang telah menunggu di pelabuhan.      

Ketika mereka tinggi di udara, Felina bisa melihat dari jauh bahwa Peri Tinggi di pulau itu bahkan tidak menyadari mereka berada dalam bahaya dan semua mencari perlindungan dari yang mereka kira hanyalah hujan.      

"Apakah mereka akan mati?" Felina terdengar agak khawatir.      

Link, yang bisa melihat keadaan pulau lebih jelas darinya, menggelengkan kepalanya. "Tidak. Tidak lebih dari beberapa ratus penambang di yang berada pulau. Selain itu, ada Penjaga Sihir Peri Tinggi Level 7. Sihirnya seharusnya cukup untuk melindungi penambang Peri Tinggi. Tentu saja, angin akan menghempaskan mereka semua."      

...      

Di Pulau      

"Cuaca sialan. Beberapa saat yang lalu cuaca baik-baik saja, ada apa dengan badai yang tiba-tiba?" Penambang Peri Tinggi bergegas menuju salah satu rumah pohon, dan begitu masuk, mulai memeras pakaiannya sampai kering.      

Tiba-tiba, ada jeritan dari luar. "Cepatlah keluar, ada topan!"      

Penambang itu menjulurkan kepalanya ke luar jendela, dan menganga melihat pusaran angin dan awan yang mendekat, menjulang di atas pulau itu seperti tombak surgawi yang menembus langit.      

"Cepat, ayo pergi dari sini!" Dia bisa mendengar suara Penyihir Peri Tinggi di angin.      

Cepat tersadar, penambang itu mulai berlari mengejar si Penyihir dan melihat bahwa para penambang lain juga telah melarikan diri dari tempat perlindungan mereka dan berkumpul di sekeliling sang Penyihir.      

Si Penyihir mengeluarkan sebutir biji dan mulai menuangkan Kekuatan Alam ke dalamnya. Ketika ia melemparkan biji itu ke laut, tiba-tiba ada gemuruh, dan dari air muncul sejumlah besar tanaman merambat yang melingkar menjadi bentuk kapal panjang dan meruncing berbentuk seperti tombak.      

"Cepat, naik perahu, cepat!" teriak Penyihir, yang naik kapal lebih dulu.      

Beberapa menit kemudian, semua penambang telah naik ke kapal. Penyihir segera memfokuskan Kekuatan Alamnya ke dalam kapal, dan dayung yang terbuat dari tanaman merambat berjajar di kedua sisi kapal mulai mendayung dengan kecepatan tinggi.      

Kapal kemudian mengeluarkan jet besi Giromagnetik, yang menggerakan kapal itu sendiri dengan kecepatan lebih dari lima puluh kaki per detik.      

Tapi itu tidak cukup cepat.      

Lima menit kemudian, topan itu telah tiba di seluruh pulau.      

"Ya Tuhan, semuanya hancur!"      

"Patung pohonku hancur!"      

"Ini pasti hukuman sang dewa!"      

"Cepat, Penyihir, topan itu mengejar kita!"      

"Diam, aku sudah melakukan yang terbaik yang aku bisa," Penyihir memasukkan lebih banyak energinya ke dalam kapal dengan putus asa, bahkan mempercepatnya.      

Tapi itu tidak ada gunanya. Enam menit berlalu, dan topan masih mengejarnya, menarik mereka tanpa henti dengan daya hisap yang luar biasa, seperti tangan dewa jahat yang mencoba membawa mereka semua ke alam baka.      

"Pegang erat-erat!" Penyihir itu dengan gila-gilaan memasukkan sisa Kekuatan Alamnya ke dalam kapal, dan tanaman merambat mulai membentang seperti tentakel dari kapal, menempel pada setiap anggota kapal untuk menahan mereka agar tetap di tempatnya. Pada saat yang sama, tanaman merambat lainnya melengkung di atas kapal, membentuk semacam kanopi di atas mereka.      

Ada saat ketika kapal berputar cepat tanpa beban di luar kendali dan melonjak naik turun, seolah-olah sedang terbawa ke udara.      

Ini berlangsung selama setengah jam sebelum kapal akhirnya jatuh ke laut. Dalam bola tanaman merambat, kepala semua orang masih berputar, dan udara di dalamnya dipenuhi dengan bau busuk muntahan.      

"Ih, siapa yang muntah di wajahku? Menjijikkan!" kata seseorang dengan lemah.      

"Seseorang mengencingiku!"      

"Eilos, kau benar-benar mengotori dirimu sendiri!"      

Keadaan dalam bola tanaman merambat itu benar-benar kacau.      

Membuka kanopi tanaman merambat dari atas, Penyihir Peri Tinggi bersandar di satu sisi kapal dan mengeluarkan kompasnya. "Terima kasih kepada para dewa kita tidak tertiup angin terlalu jauh. Ayo kembali ke pulau dan beristirahatlah."      

Tapi saat itu, salah satu penambang Peri Tinggi berteriak, "Lihat, ada armada kapal."      

"Itu Armanda bendera tiga daun. Itu armada Ferde. Oh, apa yang mereka inginkan sekarang?" kata penambang lain, memicingkan matanya pada kapal.      

"Oh tidak, mereka menuju pulau!" seru Penyihir Peri Tinggi. "Kita tidak bisa membiarkan mereka mencapai pulau!"      

Si Penyihir berdiri dan mengarahkan tongkat sihirnya ke udara, menghasilkan bola kabut hijau. Pada saat yang sama, ia melantunkan mantra Amplifikasi Suara dan berteriak ke arah kapal, "Tolong! Tolong!"      

Setelah berteriak, dia berkata dengan suara rendah kepada para penambang, "Ketika armada kapal itu mencapai kita, kita akan membiarkan mereka mengantar kita kembali ke Pulau Dawn, dan tidak sepatah kata pun terlontar mengenai tambang kita di pulau itu, atau akan ada konsekuensinya!"      

"Mengerti!" kata para penambang serentak, wajah mereka suram.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.