Datangnya Sang Penyihir

Kita Membutuhkan Lebih Banyak Kekuatan



Kita Membutuhkan Lebih Banyak Kekuatan

0"Waktu adalah urutan dimensi paling utama yang hanya bergerak dalam satu arah. Jika melemparkannya ke dalam kekacauan, maka hal itu akan membahayakan struktur dimensi."     0

Ini adalah kalimat pertama yang ditulis dalam prolog buku sihir. Itu juga satu-satunya kalimat yang dipahami Link karena halaman-halaman lainnya dipenuhi dengan kata-kata yang hampir tidak bisa ia pahami.     

Setelah membolak-balik hanya sepertiga dari buku itu, tiba-tiba muncul rasa sakit yang seolah membelah kepalanya.     

Ia tidak mengenali rune atau konsep sihir yang diperkenalkan di dalam buku. Ini bisa dengan mudah diperbaiki jika ia bisa meluangkan waktu untuk memahami isi buku itu. Masalahnya adalah bahwa masing-masing dan setiap kesimpulan logis dalam buku ini sangat kompleks sampai-sampai tampaknya isi buku itu telah melampaui batas-batas semua pengetahuan manusia. Isi seluruh buku itu ditulis secara abstrak sebagai penggambaran arti sebenarnya setiap kata yang ada.     

Link terus meneliti tiap halamannya hingga tengah malam. Ia tahu ia telah menemukan teka-teki nyata. Pasti akan membutuhkan banyak waktu dan upaya untuk memahami seluruh buku.     

Link sekarang memiliki firasat di mana kedua Naga Agatha itu menghilang. Ia curiga bahwa musuh telah menempuh perjalanan waktu dan menyembunyikan diri di masa depan.     

Tetapi, seberapa jauh mereka bisa melakukan perjalanan ke masa depan? Apakah mereka akan muncul kembali di tempat yang sama ketika mereka menghilang? Link tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.     

Hal itu tidak menghapus fakta bahwa kedua Naga itu telah lolos dari genggamannya.     

"Lupakan. Aku perlu istirahat. Besok aku akan pergi ke Menara Penyihir di Benteng Orida dan mulai mengerjakan beberapa perlengkapan sihir untuk Kanorse."     

Sampai sekarang Kanorse hanya dilengkapi dengan set baju besi murni dan pedang sihir yang telah dibuat Link untuknya. Jauh lebih buruk dari perlengkapan tingkat epik milik Duke Abel.     

Saat ini Link merasa berkewajiban untuk mendukung penggantian Jenderal berikutnya di Utara dalam segala hal.     

Malam telah berlalu dalam kesunyian.     

Hari berikutnya para pasukan prajurit berangkat ke Benteng Orida.     

Link telah pergi bersama Celine ke Benteng Orida, sedangkan Raja Leon dan yang lainnya tetap bersama pasukan lainnya, bergerak dengan lambat menuju tujuan yang sama.     

Pada hari ketiga perjalanan mereka, secercah cahaya merah gelap muncul di tengah hutan, tempat di mana pasukan prajurit telah mendirikan kemah sebelumnya.     

Pada awalnya, cahaya itu tidak lebih besar dari ibu jari. Bentuknya menyerupai sepasang mata merah. Mata itu mengamati sekeliling mereka sejenak seolah-olah memastikan mereka sendirian di sana. Kemudian, suara 'whuush' tiba-tiba terdengar ketika sepasang cahaya itu mengembang dengan cepat menjadi bola cahaya. Beberapa saat kemudian, terdengar bunyi 'gedebuk', dan Pendeta Naga Agatha Molina dan Katyusha jatuh dari bola cahaya tersebut dan mereka pun terbaring di atas tanah.     

Molina segera bergegas mendekati Katyusha dan menekankan tangannya pada luka yang menganga di dada Katyusha. Molina mulai mengucapkan mantra. Dari tangannya mengalir aliran cahaya merah gelap yang terus menerus yang kemudian masuk ke dalam tubuh Katyusha.     

Katyusha menatap kosong ke udara di depannya. Napasnya sudah berhenti. Anggota tubuhnya menjuntai tanpa kehidupan dari tubuhnya, dan kulitnya merosot seolah-olah ia telah direduksi menjadi kerangka dengan kantong kulit dan darah yang licin terikat padanya.     

Seperti itulah penampilan seorang Naga Agatha di ambang kematian.     

Tetapi, ketika kekuatan mengalir ke dalam dirinya, kulit di sekitar lubang yang menganga di dada Katyusha mulai terjalin dengan sendirinya dengan kecepatan yang kasat mata sampai luka itu benar-benar tertutup. Pada saat bersamaan, kulitnya mulai mengencang di sekitarnya. Sepuluh detik kemudian, ia menarik napas dalam-dalam. Kedua tangannya menggenggam erat pergelangan tangan Molina saat matanya terbuka.     

"Aku hidup?" Suara Katyusha lemah.     

"Kau hampir mati." Molina menarik tangannya kembali. Ia dipenuhi keringat, dan matanya menghitam karena kelelahan. Mantra dewa yang ia gunakan pada Katyusha telah menghabiskan hampir seluruh kekuatannya.     

"Jam berapa sekarang?" Katyusha lalu duduk. Ia kemudian mencari-cari Tombak Kemenangannya.     

"Tombakmu ada padaku." Molina mengambil tombak dan menyerahkannya pada Katyusha. "Kita telah melakukan perjalanan ke masa depan, tiga hari setelah pertempuran terakhir kita. Pasukan Prajurit manusia telah pergi. Aku berasumsi mereka semua telah kembali ke Benteng Orida. Operasi kita telah gagal."     

Katyusha terdiam. Ia mengambil tombaknya kembali dan bersandar pada tongkat ketika ia perlahan mencoba berdiri.     

Di hutan suram itu, angin sepoi-sepoi bertiup dari pegunungan. Tanpa suara, Katyusha mulai memutar-mutar tombak di tangannya. Tubuhnya masih lemah, dan ia hanya bisa memutarnya perlahan pada awalnya. Perlahan-lahan kecepatan tombak itu mulai bertambah dan kemudian dalam beberapa menit, ia dapat memutar tombaknya dengan kecepatan normal.     

Setelah itu, ia tersandung batu dan jatuh ke tanah.     

Tombak Kemenangan terbang dari tangannya dan jatuh beberapa meter darinya.     

Katyusha tidak repot-repot bangun. Ia tetap terbaring di atas tanah seperti mayat yang terkubur dangkal di antara dedaunan yang jatuh.     

Ia tidak pernah mengalami kekalahan seperti itu sejak ia dilahirkan!     

Ia terbaring di atas tanah selama sekitar lima menit tanpa bergerak. Saat melihatnya, Molina menjadi khawatir dan mendekatinya untuk melihat apakah ia baik-baik saja.     

Ketika ia mendekatinya, ia melihat bahwa bahu Katyusha bergetar. Suara isakan yang tertahan dapat terdengar dari arah Katyusha. Molina berjalan mengelilinginya dan melihat air mata mengalir di pipinya.     

Molina menghela napas berat. Ia memahami Katyusha lebih dari orang lain. Ketika ia baru saja memasuki masa dewasa, Katyusha dianggap sebagai Naga Agatha paling berbakat di antara mereka semua. Kekalahan mereka kali ini sangat mengejutkannya.     

Molina terdiam dan tetap tinggal di samping Katyusha.     

Sepuluh menit kemudian, Katyusha merangkak dari tanah dan menghapus air matanya. Ia kemudian berjalan untuk mengambil tombaknya. "Kita telah bertindak tidak sabaran. Kita membiarkan pertahanan kita terbuka lebar. Jika kita bersabar sedikit, Ferde dan Pulau Dawn akan berperang satu sama lain tanpa campur tangan kita."     

Molina mengangguk. "Kurasa kau benar. Kemunculan Link tentu saja akan mempercepat kebangkitan umat manusia, tetapi Peri Tinggi tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi. Kita tidak perlu campur tangan dalam hal ini."     

Sesuatu telah membuka pikiran Katyusha. "Link terlalu kuat. Dengan berkat Cahaya Firuman, ia pastilah Anak Pilihan Alam. Kita jelas bukan lawan yang sebanding dengan tingkat kekuatan kita saat ini. Kita perlu membentuk aliansi kita sendiri."     

Molina tertawa mendengar ini. Ia tahu bahwa Katyusha telah tumbuh lebih dewasa dan mulai berpikir matang setelah menderita kekalahan seperti itu. Ia bertanya pelan, "Apa ada ras lain yang ingin bergabung dengan kita?"     

Katyusha menghitung jari-jarinya. "Ada banyak, sebenarnya. Musuh mereka sendiri, yaitu Penguasa Kegelapan, Nozama sendiri, Para Peri Kegelapan, Morpheus Pencuri Bayangan dari Selatan dan Sindikat-nya. Kemudian ada Peri Tinggi, Beastman, Kurcaci, dan bahkan Bangsa Yabba yang mungkin mau membentuk aliansi dengan kita."     

"Oh?" Molina bingung. "Aku bisa melihat mengapa Peri Tinggi akan bersekutu dengan kita. Tetapi, Beastman tinggal jauh di Dataran Emas dan Kurcaci tidak memiliki konflik dengan seluruh ras di dunia. Sebenarnya, ada dari mereka yang bersahabat dengan Link, dan orang-orang Yabba ada dalam perlindungan Link. Bagaimana kita membuat sekutu dengan mereka?"     

Alasan Katyusha menjadi semakin jelas. Matanya bahkan bersinar lebih cerah. "Kebangkitan manusia pada akhirnya akan membuat mereka menyerang bangsa lain untuk keuntungan mereka sendiri. Ketika mereka menjadi lebih kuat, begitu juga dengan keserakahan mereka. Mereka akan mulai menginginkan senjata para Kurcaci dan bulu-bulu Beastman dan sumber daya alam lainnya. Aku membayangkan tak satu pun dari mereka yang akan mendapatkan hasil yang diinginkan. Meskipun Kurcaci dan Link berhubungan baik, tetapi itu hanya bersifat antar pribadi. Ilusi persahabatan tidak akan bertahan lama ketika kepentingan Kurcaci itu sendiri dipertaruhkan. Dan untuk orang-orang Yabba. Seharusnya ada beberapa dari mereka yang mulai merasa tidak puas dengan hidup di bawah ras lain. Akensser, seorang Master Ahli, masih berada dalam genggaman kita. Ia mungkin sedang mengumpulkan para pengikut dalam bangsanya sekarang."     

Molina tersenyum lebar mendengarnya. "Aku tidak dapat menemukan cacat dalam perkataanmu. Begitu kita kembali ke Utara, kita akan membahas ini dengan Ashali (komandan tertinggi di antara para Naga Agatha), ia mungkin akan setuju denganmu."     

Saat menyebut nama Ashali, wajah Katyusha langsung menjadi muram. "Mungkin. Kurasa ia tidak terlalu menyukaiku."     

"Jangan khawatir. Aku akan mendukungmu," kata Molina meyakinkan. Ia mengangkat kepalanya dan menatap langit. "Sudah mulai gelap. Sebaiknya kita beristirahat sebentar. Setelah benar-benar gelap, kita akan kembali dengan tenang ke Utara."     

...     

Benteng Orida     

Link masih bekerja keras membuat perlengkapan sihir. Ketika ia mulai merasa lelah, ia kembali menyelesaikan bukunya tentang mantra sihir atau melatih pedangnya di arena sihir.     

Hari-hari telah berlalu setelah para pengintai dari Benteng Orida mencari sekeliling hutan apakah ada tanda-tanda kemunculan Katyusha atau Molina, tetapi tidak berhasil. Sebulan kemudian, mereka menyerah melakukan pencarian mereka.     

Pada waktu itu Raja Leon tetap tinggal di Benteng Orida, sementara Kanorse mulai membiasakan diri dengan tugasnya sebagai Jenderal baru benteng. Orang yang telah menunjuknya sebagai penerus Duke Abel tidak lain adalah Duke Abel sendiri.     

Seolah berusaha menebus kejahatannya, Duke Abel telah mengajarkan Kanorse bagaimana menjalankan tugasnya sebagai Jenderal yang terhormat. Meskipun Kanorse berhati lurus dalam melakukan pekerjaannya, ia juga adalah orang yang cerdas dan mampu mempelajari apa yang telah diajarkan padanya dalam waktu singkat.     

Waktu pun berlalu, dan baik Master maupun muridnya semakin akrab satu sama lain.     

Dalam waktu setengah bulan, Link berhasil menyelesaikan tiga buah perlengkapan sihir, yaitu cincin Jenderal, pin kerah, dan ikat pinggang. Ketiganya adalah merupakan perlengkapan Legendaris. Ia bahkan juga membuat pedang Senja Pahlawan, yang penampilannya hampir sama dengan pedang Murka Singa.     

Masih ada waktu setengah bulan lagi sebelum upacara pengangkatan Kanorse. Dengan waktu luang itu, ia mulai memfokuskan semua upayanya untuk menulis bukunya tentang mantra sihir.     

Untuk buku tentang sihir waktu, ia pikir ia masih belum memiliki kapasitas untuk memahaminya sepenuhnya. Ia hanya akan menyiksa dirinya sendiri jika ia memaksa dirinya untuk menyerap isinya dalam sekali jalan. Ia memutuskan untuk melakukannya pelan-pelan.     

Suatu hari ketika Link begitu tenggelam dalam pekerjaannya, terdengar suara seseorang mengetuk pintunya. Setelah ia mengidentifikasi tamunya secara fisik, ia meletakkan pensilnya dan berkata, "Masuklah."     

Pintu pun terbuka, dan Skinorse masuk sambil menyeringai malas padanya. Kedua telapak tangannya terus bergesekan satu sama lain dengan rakus.     

Pada pandangan seperti itu, Link tahu apa yang ia lakukan. Ia mengambil tiga cincin yang terletak di atas mejanya dan melemparkannya pada Skinorse. "Ambil itu! Kau pantas mendapatkannya."     

Skinorse menangkap cincin-cincin itu di udara. Ia merasakannya dengan hati-hati di tangannya, dan tahu bahwa itu bukan cincin biasa. Masing-masing berisi mantra Lonjakan dan mantra Pertahanan Level 10. Kedua mantra itu sangat berharga bagi setiap petualang yang menghargai nyawanya sendiri untuk hidup sedikit lebih lama dalam bisnis petualangan.     

"Hehe, terima kasih banyak. Aku akan ingat untuk memberikan dua cincin lainnya kepada teman-temanku." Skinorse menyimpan ketiga cincin di sakunya, lalu duduk di sisi lain meja di depan Link. "Sebenarnya, aku di sini untuk menunjukkan sesuatu padamu."     

"Oh, tunjukkan padaku." Hal itu membangkitkan keingintahuan Link. Ia tahu bahwa sikap sembrono Skinorse hanyalah di permukaan saja. Skinorse bisa sangat diandalkan ketika ia menginginkannya.     

"Bukankah aku sudah memberitahumu sebelumnya bahwa aku menjelajahi beberapa reruntuhan? Aku menemukan sesuatu yang cukup menarik. Kau tidak akan bisa menebak mereka menggunakan bahan apa."     

Sambil mengatakannya, Skinorse mengeluarkan koin perak dan menaruhnya di atas meja Link.     

"Ini pasti akan membuatmu terpukau!" katanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.