Memanggil Pedang Suci

Pertikaian Kecil



Pertikaian Kecil

0

Matt bersumpah bahwa sebelumnya dia tidak pernah mencoba sarapan selezat itu sebelumnya.

0

Memang, sarapannya hanya terdiri dari roti biasa, sepotong daging sapi, dan sup sayur yang diletakkan di atas meja kayu tua. Namun dibandingkan dengan daging kering dan air dingin yang mereka konsumsi selama beberapa hari terakhir, sarapan itu terasa seperti jamuan istana.

"Puji Tuhan, terima kasih pada Engkau yang telah menganugerahkan makanan kepada kami…"

Mungkin itu adalah doa terkhusyuk yang dipanjatkan oleh Matt sebelum makan. Tapi sebelum dia menyelesaikan doanya, tiba-tiba sebuah suara memanggilnya.

"Tidak kusangka bahwa kau mempercayai keberadaan Tuhan."

Matt membuka matanya tiba-tiba. Dia melihat Rhode dan Lize menuruni tangga dan duduk di depannya. Wajah pemuda itu masih terlihat datar. Matt tidak tahu apakah Rhode bersikap sinis atau tidak terhadapnya, maka dia hanya bisa tersenyum malu.

"Ini…yah, aku selalu bersyukur dengan keberadaan makanan. Tidak ada hubungannya dengan apakah aku orang yang percaya dengan Tuhan atau tidak…"

Suaranya menghilang perlahan . Jelas sekali bahwa Matt tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan topik yang membosankan seperti ini, maka dia segera mengganti topik.

"Apa rencana kalian setelah ini?"

Namun, Rhode tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Dia memesan dua porsi sarapan dan tiba-tiba bertanya , "Bagaimana dengan anda, Tuan Matt?"

"Aku?"

Matt sedikit terkejut, dan dia mengangkat bahunya dengan muram.

"Aku akan mengunjungi kota Deep Stone untuk melayangkan permintaan maaf pada klien di sana. Kemudian aku akan menanggung kehilangan mereka. Hah, benar-benar nasib buruk! Bukan hanya kehilangan barang-barangku, aku juga harus membayar sejumlah uang. Aku benar-benar tidak beruntung…"

"Maaf soal itu…"

Lize menunjukkan penyesalannya. Bagaimanapun juga, kelompok prajurit bayarannya bertanggung jawab melindungi pedagang itu beserta seluruh barang-barangnya. Tapi sekarang barang-barangnya hilang. Bisa dibilang bahwa kerja mereka sangat buruk. Walaupun kebanyakan orang hanya akan menganggap ini sebagai 'sebuah kecelakaan', tapi sebagai orang yang bertanggung jawab, Lize tidak ingin mengakhirinya begitu saja.

"Tidak tidak tidak! Ini bukan salahmu, nona Lize. Aku juga salah."

Mungkin karena dia telah kembali aman, Matt secara tidak sadar menunjukkan jiwa pedagangnya.

"Jika aku tahu bahwa hal seperti ini akan terjadi, aku tidak akan melakukannya. Hah, tapi sekarang sudah terlambat. Berkat kalian berdualah aku bisa duduk di sini dan tidak menjadi santapan monster-monster itu."

Dia berhenti bicara dan menunjukkan senyum tulus. Dia mengulurkan tangannya dan mengeluarkan dua kantong kecil.

"Ini imbalan untuk kalian berdua. Nona Lize, terima kasih telah menyelamatkan nyawaku untuk kesekian kalinya. Kalau bukan karena kau, kurasa aku tidak akan duduk di sini sekarang dan mencicipi sarapan ini."

"Tidak tidak tidak. Itu memang sudah tugasku. Lagipula, kami sudah memakai uang anda…"

Melihat kantong kecil itu, Lize segera berdiri dan menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tapi Matt adalah orang tua yang licik. Dia tidak menunggu Lize menyelesaikan kata-katanya. Kemudian, dia menoleh dan memandang Rhode.

"Tuan Rhode, terutama kau…Terus terang, kalau bukan karena kau, maka kami berdua mungkin tidak akan bisa keluar dari hutan Twilight. Aku tahu bahwa uang segini tidak ada artinya apa-apa bagi bangsawan agung seperti dirimu, tapi tolong ambillah sebagai tanda terima kasih kami."

"Anda tidak perlu bersikap sesopan ini, tuan Matt."

Rhode menatap kantong tersebut tanpa meraih dan mengambilnya.

"Anda juga telah menyelamatkan nyawaku. Jika anda tidak memerintahkan kapal terbang itu untuk berhenti, mungkin sekarang aku sudah menjadi santapan hewan liar. Dan mengenai uang tersebut…kupikir anda dapat mengambilnya kembali…"

"Ini…"

Matt sedikit canggung. Tidak masalah jika dia berhadapan dengan Lize. Tapi dia tidak dapat melawan keinginan Rhode begitu saja. Lagipula, uang tersebut bukan hanya sebagai imbalan dan rasa terima kasihnya. Matt ingin memperdalam hubungan mereka berdua. Walaupun pedagang itu berharap Rhode mau menerima hadiahnya, namun dia tidak berani melawan pemuda tersebut karena hal tersebut bisa membuat Rhode merasa tidak senang dengannya. Sebagai pedagang, dia sudah pernah berinteraksi dengan berbagai jenis bangsawan, jadi dia paham bahwa para bangsawan benar-benar menghargai reputasi, jabatan dan harga diri mereka – khususnya mereka yang masih muda dan berbakat. Harga diri mereka sangat tinggi dan bahkan sebagian dari mereka eksentrik. Karena itulah, dia tidak berani memaksa Rhode seperti dia memaksa Lize. Dia menunjukkan senyum malu sebelum mengeluarkan lencana perak kecil.

"Kalau tuan Rhode beranggapan begitu, maka aku tidak memaksa. Tapi kuharap anda mau menerima lencana ini. Ini adalah kenang-kenangan dari kelompok pedagang Silver Libra. Walaupun kelompok kami tidak begitu besar di Dragon Soul Continent. Tapi kelompok ini dianggap cukup menonjol. Jika anda membutuhkan bantuanku nanti, tolong beri tahu aku dan aku akan berusaha membantu sebaik mungkin."

Kali ini, Rhode tidak menolak pemberian Matt. Malahan, dia telah menunggunya.

Rhode mengerti jalan pikiran pedagang pada umumnya. Menurut mereka, uang adalah segalanya. Termasuk nyawa mereka sendiri. Alasan Matt ingin memberi imbalan pada keduanya adalah untuk membalas utang budi pada mereka. Tapi dia tahu jika dia mengambil imbalan tersebut, maka kedudukan mereka akan setara.

Hal itu tidak sesuai dengan keinginan Rhode. Dia punya tujuannya sendiri, dan untuk mencapainya, dia akan membutuhkan beberapa bantuan. Kelompok pedagang Matt memang bukanlah organisasi raksasa. Tapi karena statusnya sebagai kelompok pedagang, mereka memiliki banyak informasi penting tentang jaringan perdagangan yang tidak bisa didapatkan oleh Rhode seorang sendiri. Setelah mempertimbangkan hal tersebut, akan lebih baik baginya jika dia memberikan hutang budi pada Matt saat ini.

Matt, tentunya, sama sekali tidak menduga jalan pikiran Rhode yang seperti itu. Pikirannya terisi dengan dugaan bahwa Rhode adalah bangsawan agung dengan dukungan keluarga yang kuat. Bagi orang seperti Rhode, kenapa dia harus menjilat Matt? Mattlah yang seharusnya menjilat kepadanya.

Benar-benar kesalahpahaman yang bagus.

Rhode pun tidak keberatan melanjutkan kesalahpahaman ini.

Setelahnya, tiga orang itu mulai mengobrol dengan berbagai topik yang membosankan sekaligus membicarakan rencana saat ini. Yang membuat Matt senang adalah ternyata Rhode dan Lize juga berniat untuk pergi ke kota Deep Stone. Tidak mengherankan bagi Lize karena memang markas kelompok prajurit bayarannya terletak di kota tersebut. Inilah salah satu alasan Carter mengambil misi ini yaitu karena lokasi tujuan mereka yang sama. Ketika dia mendengar bahwa Rhode bergabung ke dalam kelompok prajurit bayaran milik Lize, Matt merasa syok dan tak mampu berkata apa-apa sesaat.

Bukannya Matt tidak memahami situasi Lize. Memilih kelompok prajurit bayaran tertentu bukan urusannya, namun dia bingung kenapa Rhode memilih untuk bergabung dengan kelompok yang hampir bubar seperti itu. Tetap saja, itu bukan urusan Matt karena dia telah memberi imbalan yang cukup kepada Lize. Sebagai seorang Cleric, tidak masalah baginya untuk berpindah ke kelompok prajurit bayaran lain. Jika dia masih belum menemukan kelompok yang menerimanya, maka Matt dengan senang hati akan menerimanya di kelompoknya sendiri. Karena profesinya yang banyak dicari, bukan hal yang buruk bagi Matt untuk menerimanya.

Tapi dia tidak pernah mengira bahwa gadis yang ramah, lemah lembut dan pemalu sepertinya ternyata berencana untuk memecahkan semua masalahnya sendirian!

Hal itu akan menjadi hal yang menantang dan berbahaya untuk dilakukan.

Matt ingin memberinya beberapa saran, tapi melihat Rhode di sampingnya, dia tidak berani banyak bicara. Dalam sudut pandangnya, Rhode hanya bergabung dengan kelompok Lize untuk bersenang-senang. Karena dia sudah punya kekuatan, uang dan status, yang membedakannya dengan prajurit bayaran biasa.

Mungkin…mungkinkah alasannya karena Lize? Kalau dilihat baik-baik, gadis itu cukup manis dan cantik…

Tentu saja, Matt tidak berani mengungkapkan pikirannya. Karena dia hanyalah orang asing, dia tidak ingin mencampuri urusan pribadi Rhode. Karena itulah dia hanya mengingatkan Lize untuk mencarinya jika dia kesulitan. Jika menyelamatkan kelompok prajurit bayaran Lize adalah sesuatu yang bisa dia bantu, maka dia akan membantunya sebisa mungkin. Bagaimanapun juga, banyak hal yang telah terjadi dan dia memutuskan bahwa berteman dengan gadis itu bukanlah ide yang buruk.

Setelah menghabiskan sarapan mereka, mereka memutuskan tujuan mereka selanjutnya. Matt dan Lize berpisah. Matt akan mencari tumpangan menuju kota Deep Stone, sedangkan Lize akan membeli segala perlengkapan dan kebutuhan mereka berdua. Berbeda dengan saat di hutan Twilight; kali ini mereka bisa bersiap-siap dengan baik.

Mereka berdua sibuk menjalankan tugasnya sendiri-sendiri, dan hanya Rhode yang menganggur. Walaupun Lize memerintahkannya untuk beristirahat, tapi Rhode jelas tidak akan melakukannya. Setelah menyelesaikan sarapannya, dia berjalan-jalan keluar.

Berjalan di tengah kota yang tenang itu, melihat pemandangan di hadapannya, Rhode merasakan setitik rasa hangat di hatinya. Dalam game, tempat ini merupakan tempat berkumpulnya para pemula. Kesibukan para petualang bisa terlihat di mana-mana. Mereka berteriak mencari anggota kelompok untuk melaksanakan misi bersama atau menjual perlengkapan mereka. Menurut ingatan Rhode, kota ini seharusnya ramai dan sangat berisik. Tapi sekarang setelah tidak ada pemain di sini, kota ini menjadi tenang dan damai.

Tapi, ketenangan itupun terusik.

Ada suara berisik dari ujung jalan. Rhode mendongak dan melihat kereta di jalan. Terlihat olehnya empat orang sedang bertengkar sengit. Salah satu dari mereka adalah pemuda yang memakai pakaian yang bagus dengan dua pria berpedang dengan pakaian seperti penjaga berdiri di hadapannya. Dan satunya lagi adalah Matt. Dia baru saja meninggalkan hotel beberapa saat lalu.

Apa yang terjadi?

Rhode merengut dan berjalan ke arah empat orang itu.

"Jangan kau pikir kau bisa seenaknya sendiri hanya karena memiliki sejumlah uang. Tuhan kita yang memberikannya!"

"Itu benar; kau hanyalah seorang pedagang. Dasar tak tahu malu!"

"Omong kosong. Tuhan apa? Kau hanyalah bangsawan kelas tiga, kau pikir pedagang sepertiku bisa kau tindas seenaknya?"

"Hei, kau gemuk sialan. Sepertinya kau sudah bosan hidup, ya!!"

Perdebatan itu bertambah sengit. Rhode tidak bersuara, dia melihat ke sekeliling dan menepuk pundak Matt.

"Ada apa ini? Tuan Matt?"

"Siapa kau? Meskipun kau mencari bantuan…Ah!! Tuan Rhode!"

Matt yang sibuk mengumpat akhirnya berbalik dan bertemu Rhode. Ekspresinya seketika berubah drastis.

"Anda datang di saat yang tepat…"

Matt benar-benar seorang pedagang sejati. Setelah melihat Rhode, tingkah lakunya berubah 180 derajat. Ekspresinya saat ini benar-benar berbeda dengan si gemuk yang sedang marah sebelumnya. Tapi Matt paham betul akan masalah saat ini. Dia tidak menunggu Rhode untuk bertanya dan segera bercerita tentang apa yang telah terjadi.

Masalahnya tidak terlalu rumit. Setelah meninggalkan hotel, tidak butuh waktu yang lama bagi Matt untuk menemukan sebuah kereta. Dia sukses bernegosiasi masalah harga, yang juga disetujui oleh pihak lain. Ketika dia akan meninggalkan tempat itu, tiga orang tiba-tiba muncul dan berkata bahwa mereka juga ingin menyewa kereta itu. Karena sikap mereka yang arogan, Matt pun meledak marah. Tadinya Matt ingin menyelesaikan masalah itu dengan damai. Tapi karena keberuntungannya sedang buruk akhir-akhir ini dan bahkan kehilangan sejumlah barangnya, perasaannya sedang buruk. Dan sekarang muncul beberapa orang yang membuat perasaannya bertambah buruk.

Kota Riverwood hanyalah kota yang kecil. Hanya ada satu kereta di dalamnya. Matt ingin meninggalkan kesan yang baik pada Rhode, karena itulah dia tidak ingin memberikan tumpangannya begitu saja. Tapi orang-orang tersebut juga dalam situasi terdesak. Mereka tidak ingin menyerah begitu saja. Bahkan kedua penjaga tersebut juga mulai menggunakan cara kasar. Mereka pikir dengan mencabut pedang mereka, pedagang itu akan segera menyerah. Tapi mereka tidak menyangka bahwa hal tersebut justru membuat Matt semakin marah.

Aku sudah menyaksikan serigala liar, hantu, dan monster-monster lain yang lebih mengerikan dalam beberapa hari terakhir. Kenapa aku harus takut dengan dua penjaga ini?

Akhirnya, belum ada pihak yang bisa menang. Keduanya menolak menyerah.

Jadi begitu.

Setelah mendengar cerita Matt, Rhode mengangguk, dia sudah paham.

Tapi tiba-tiba, salah satu penjaga mencabut pedangnya dan mengarahkan senjata itu pada Rhode.

"Siapa kau?! Beraninya kau ikut campur urusan kami?!"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.