Memanggil Pedang Suci

Tersesat (2)



Tersesat (2)

0"Apa yang ingin anda lakukan?"     
0

Sonia melangkah mundur tanpa sadar sambil terus menatap Nakvard. Meskipun dia tahu bahwa dia sudah tidak bisa melarikan diri dari sini, namun ketakutan tetap menyerangnya secara bertubi-tubi. Sebaliknya, Nakvard tidak memedulikan reaksinya dan tersenyum.      

"Sederhana saja, Nona Sonia. Kami membutuhkan bantuanmu untuk membawa Yang Mulia Lilian ke sini."     

"…Yang Mulia Lilian?"     

Hati Sonia menciut. Dia akhirnya mengerti kenapa Nakvard berkata bahwa dia merupakan langkah terpenting dalam ritual ini. Alasannya sederhana saja. Lily biasanya tidak pergi keluar dan tidak tertarik dengan politik sama sekali. Karena itulah meskipun parlemen Negara Cahaya memanggilnya, dia tidak akan menurut. Saat ini orang yang paling dipercayai oleh Lily adalah Sonia, jadi Sonia seharusnya bisa membawa Lily menuju ke pangkuan mereka.      

"…Apa yang akan anda lakukan pada Yang Mulia Lilian? Saya mungkin tidak akan bisa membawanya dengan aman ke sini, apalagi para Archangel dan pasukan prajurit malaikat juga…     

"Saat ini Yang Mulia Boulder sedang berpatroli dan Yang Mulia Serene sedang ada urusan lain. Sedangkan pasukan prajurit malaikat, mereka telah meninggalkan Casabianca dan prajurit malaikat yang tersisa tidak cukup untuk menaklukkan kami. Kami ingin kau kembali dan membawa Yang Mulia Lilian ke sini. Aku rasa itu tidak sulit bagimu."     

"…"     

Sonia terdiam. Setelah menghabiskan banyak waktu bersama Lily, dia tahu benar bahwa kedua Archangel tidak terlalu peduli dengan Lily. Saat Upacara Ketertiban berlangsung, Sonia mengangkat hal ini pada Rhode dan entah apakah Rhode telah melakukan sesuatu, tiba-tiba Serena dan Boulder mengubah sikap mereka terhadap Lily. Terutama Boulder, dimana setiap kali Sonia menemuinya, dia selalu merasa Boulder ingin mencelakai Lily. Jika di masa lalu bisa dikatakan bahwa Boulder bersikap dingin pada Lily, maka tatapannya pada Lily saat ini terasa jauh lebih menusuk dan penuh niat buruk. Di sebagian besar waktu, di malam dimana para prajurit pensiun melakukan pemberontakan, mungkin tidak ada orang yang tahu kecuali Sonia bahwa ketika Lily meminta bantuan Boulder untuk menolong para prajurit pensiun, itu adalah pertama kalinya Boulder meragukan kata-kata Lily!     

Meskipun pada akhirnya Boulder melaksanakan perintah Lilu, namun dia tidak muncul lagi setelahnya. Sepertinya Lily sendiri juga tidak menyukai Boulder, jadi meskipun dia tidak muncul, Lily tidak mencarinya. Di sisi lain, sikap Serene terhadap Lily menjadi lebih baik. Ada beberapa saat dimana dia menanyakan kondisi Lily kepada Sonia secara langsung. Di saat yang bersamaan, dia mendorong Sonia untuk menjaga Lily dengan baik.      

Faktanya, Sonia tidak mengerti apa yang terjadi dengan ketiga Archangel. Jelas sekali bahwa Lydia merupakan Archangel favorit Lily karena setiap kali dia mendengar topik mengenai Lydia dan Rhode, Lily selalu tersenyum lebar. Sedangkan kedua Archangel lainnya, sepertinya Lily tidak terlalu memedulikan mereka…Sonia tidak mengerti. Sonia jelas merasa bahwa ada jarak yang memisahkan kedua Archangel dengan Lily. Tapi…     

Tidak, sekarang bukan waktu yang tepat untuk memikirkan 'pertengkaran keluar' dari para Naga Pencipta. Masalah terpenting Sonia saat ini adalah apa yang harus dia lakukan. Haruskah dia membawa Lily ke tempat aneh ini? Sebenarnya, hingga saat ini, Sonia masih belum tahu apa yang ingin dilakukan oleh Nakvard. Menurut Nakvard, dia ingin memindahkan kekuatan Lily ke dalam kristal emas ini. Tapi ketika hal itu terjadi, apakah Lily akan menjadi bonekanya? Ditambah dengan pengumuman dari gereja…Apakah parlemen Negara Cahaya berniat menjadi Naga Pencipta itu sendiri?     

Apa yang harus kulakukan?     

Kali ini, Sonia menggigit bibirnya. Dia tidak tertarik dengan idealisme Nakvard. Hal terpenting bagi Sonia saat ini adalah misi yang diberikan oleh Rhode padanya. Dan sekarang, membawa Lily ke sini tidak cocok dengan tujuan misinya.      

"…Apakah anda telah mengkonfirmasi pada yang lainnya bahwa anda akan melakukan hal ini, Tuan Nakvard? Bagaimana dengan anggota-anggota parlemen lainnya…"     

"Mereka hanyalah badut bagiku."     

Nakvard mendengus dan mengangkat tangannya untuk memotong ucapan Sonia. Tiba-tiba, sebuah energi yang menekan meletus dari dalam tubuhnya dan membuat Sonia bergetar ketakutan seakan-akan yang ada di depannya bukanlah manusia biasa, melainkan monster berwujud manusia.      

"Kita berada di titik perubahan sejarah, Sonia. Tidakkah kau ingin bergabung dengan kami dan memenuhi mimpi parlemen Negara Cahaya yang telah didamba-dambakan selama berabad-abad?"     

"…"     

Walaupun Nakvard bertanya seperti itu, Sonia sadar bahwa dia tidak memiliki pilihan. Pertama-tama, dia tidak memiliki kekuatan yang cukup besar untuk kabur dari sini. Meskipun dia bisa melawan mereka, namun Sonia tidak yakin apakah dia dapat menghabisi mereka dan kabur dari sini dengan aman. Kedua, mereka telah membeberkan rahasia mereka padanya, jadi Sonia tidak mungkin dapat menolak tuntutan mereka dan meninggalkan tempat ini tanpa perlawanan. Dia tidaklah sebodoh itu!     

"Tapi aku tidak yakin apakah aku bisa melakukannya…."     

"Jangan cemas, Nona Sonia. Kami sudah menyiapkan rencana untuk itu."     

Nakvard sepertinya sudah bersiap-siap untuk menerima jawaban ini dari Sonia. Dia memberi tanda pada dua prajurit yang segera mendekati Sonia dan memegangi bahunya. Hal ini membuat Sonia terkejut. Dia mengerutkan alisnya dan menatap Nakvard dengan tidak senang.      

"Tuan Nakvard, apa yang anda lakukan?"     

"Bukan apa-apa, Nona Sonia. Aku hanya ingin memberi kekuatan padamu. Dengan kekuatanmu saat ini, kau mungkin tidak akan bisa 'menculik' Yang Mulia. Tapi untungnya parlemen Negara Cahaya telah menyegel kekuatan Light Dragon sejak lama. Saat ini, Yang Mulia Lilian hanyalah gadis kecil yang sedikit lebih kuat daripada manusia. Dengan kekuatan ini, kau akan bergabung dengan kami dan mendapatkan kehormatan abadi!"     

Nakvard mengangkat tangan kanannya dan Sonia melihat sesuatu yang keruh dan mirip kotoran berkumpul di tangannya. Sesuatu itu dipenuhi oleh mata merah di sekujur tubuhnya dan beberapa tentakel bergeliat di bagian dalamnya. Itu adalah pemandangan yang menjijikkan! Nakvard menjulurkan tangan kanannya dan meletakkan tangannya di depan dada Sonia.      

"Terimalah kekuatan dan kehormatan ini, Nona Sonia! Kau akan menjadi salah satu dari kami!"     

Apa kau bercanda? Aku tidak akan pernah menerimanya!     

Wajah Sonia memucat. Kalau bisa, dia berharap bahwa dia bisa menghunus pedangnya dan menebas Nakvard sekarang juga. Namun, dua prajurit menahan gerakannya. Dia tidak bisa berkutik sama sekali. Yang bisa dia lakukan hanyalah membelalakkan matanya dengan pasrah, menatap makhluk misterius di tangan Nakvard menjulurkan tentakelnya dan merobek kulitnya. Sesaat kemudian, tentakel-tentakel itu menusuk tubuhnya satu demi satu bagaikan jarum.      

"Arrrghhhh!"     

Sonia menjerit kesakitan. Bukan karena rasa sakit dari tentakel-tentakel mirip jarum yang menusuknya, tapi lebih dikarenakan materi misterius yang dipompa ke tubuhnya melalui tentakel-tentakel itu. Rasanya keruh dan dingin bagaikan es berumur ribuan tahun yang menyebabkan rasa sakit yang luar biasa saat memasuki tubuhnya. Tiba-tiba, Sonia merasakan energi yang membakar bagaikan matahari panas meledak dalam tubuhnya. Kemudian dia mendengar teriakan, erangan sebelum segala hal di depannya berputar dan menghitam.      

Tapi semua itu terjadi dalam sekejap. Sonia kembali tersadar. Dia tidak tersadar sendiri, tapi merasa seakan-akan seseorang menyiraminya dengan seember air dingin sebelum dia jatuh pingsan. Sonia membuka mata, pandangannya yang kabur mulai kembali jelas. Saat ini, dia menyadari bahwa dia sedang duduk di kursi kereta kuda yang melaju dengan kencang.      

"Apakah itu hanya mimpi?"     

Sonia melihat sekelilingnya dengan takut. Tapi sesaat kemudian dia menyadari bahwa itu bukanlah mimpi. Di dadanya ada luka yang menganga dan bersamaan dengan gerakannya, kalung yang mengelilingi lehernya pecah dan jatuh ke bawah.      

"…."     

Wajah Sonia memucat saat dia melihat kalung di dekat kakinya. Ketika Rhode menyerahkan kalung itu padanya, dia memberitahu Sonia manfaat kalung itu. Setiap kali dia terancam oleh bahaya yang sangat besar, maka kalung itu akan aktif dan mengirimnya kembali ke 10 menit yang lalu.      

Benar! Aku masih ada di kereta 10 menit yang lalu dan pergi menuju pekuburan di daerah selatan!     

Hati Sonia menciut.      

Apa yang harus kulakukan?     

Terlambat jika aku melaporkan masalah ini ke Tuan sekarang. Jika ingatanku benar, kedua Archangel dan pasukan prajurit malaikat sedang tidak ada di Casabianca. Bagaimana aku bisa melindungi Yang Mulia Lilian? T-Tidak, aku harus membuat sebuah keputusan!     

"Hentikan keretanya!"     

Sonia menghilangkan keraguannya dan langsung menjerit. Kereta itu memelankan lajunya, tapi tidak berhenti.      

"Ada apa, Nona Sonia?"     

"Aku tiba-tiba ingat bahwa ada urusan yang harus segera ku selesaikan. Bisakah kau mengantarku kembali ke istana? Ini benar-benar mendesak." Sonia berkata sambil menahan rasa gugupnya. Namun, si pengemudi kereta sepertinya tidak berniat untuk menuruti perintahnya.      

"Mohon maaf, Nona Sonia, parlemen Negara Cahaya juga memiliki masalah mendesak yang membutuhkan bantuan anda. Ini perintah pak Kepala…"     

"Masalahku juga sama pentingnya. Aku perintahkan kau untuk menghentikan kereta ini sekarang juga!"     

"Maaf, saya harus menolak."     

"Kau…!"     

Sonia mengerutkan keningnya saat mendengar penolakan si pengemudi. Kemudian dia segera menghunus pedangnya dan menusukkannya ke depan. Pedang tipis itu memancarkan cahaya sihir dan menembus dinding kereta, hampir menusuk si pengemudi. Si pengemudi memekik dan kali ini, dia terlihat jauh lebih ketakutan.      

"N-Nona Sonia?"     

"Hentikan kereta sekarang juga dan kembali ke istana! Apa kau mengerti?!"     

"Baik…Baik!"     

Pedang dingin yang menekan lehernya mungkin membuat si pengemudi mengerti bahwa Sonia tidak main-main. Sesaat kemudian, kereta berhenti, berputar balik dan melaju kencang ke arah istana.      

Sonia menghela napas dengan lega. Tapi sesaat kemudian dia mengerutkan alisnya.     

Karena dia tahu bahwa situasinya tidak sesederhana yang dia kira.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.