Memanggil Pedang Suci

Listrik Ungu



Listrik Ungu

0Rhode menyingkirkan bebatuan yang ada di depannya dan menoleh pada aula benteng yang luas. Dia terkesiap.      
0

Sebelumnya, dia telah memerintahkan Gillian agar Gilian menahan diri. Tapi keadaan benteng ini sekarang terlihat kacau dan mirip seperti bangunan yang akan runtuh. Walaupun serangan sihir Marlene dan ledakan bom bunuh diri Pembunuh Api mampu menghancurkan ritual lorong pembukaan dimensi neraka, namun ledakan itu telah membuat benteng ini hancur. Sekarang, ada lubang berdiameter 20 meter di langit-langit sehingga Rhode bisa melihat langit ketika dia di dalam benteng.     

Rhode sepertinya perlu membangun ulang benteng ini.      

Rhode menggeleng sambil menghela napas. Dia berdiri dan mengamati keadaan sekelilingnya. Saat ini, prajurit bayaran lainnya mulai memulihkan diri setelah terkena ledakan tersebut. Untungnya, Lize mengeluarkan sihir pelindungnya tepat waktu. Walaupun prajurit bayaran lainnya banyak yang terluka, tetapi luka mereka setidaknya tidak terlalu parah. Di sisi lain, tangan kanan Marlene patah setelah menerima reaksi ledakan dari sihirnya sendiri. Dia terbaring lemah di atas lantai, tapi nyawanya masih terselamatkan.     

"Lize, tolong sembuhkan mereka."     

Rhode menyeka debu dari tubuhnya dan memungut pedang Blood Tears. Saat ini, tubuhnya dipenuhi oleh noda darah. Namun noda-noda darah itu hanyalah lecet dan tubuh Rhode masih baik-baik saja. Setelah mendengar perintah Rhode, Lize segera merawat Marlene. Walaupun wajah Marlene terlihat pucat, tetapi Lize terus merawatnya.     

Saat itu, sebuah ledakan terdengar dari luar sehingga membuat Rhode terkejut. Ketika mendongak, dia melihat kobaran api hitam yang melesat ke arah mereka dari lubang di langit-langit.     

Itu adalah api hitam yang bisa digunakan oleh iblis dari neraka! Itu adalah si Demon General, Gelk!     

Rhode segera berubah menjadi bayangan dan melesat ke arah kobaran api hitam tersebut. Sementara itu, prajurit bayaran lainnya baru menyadari keberadaan api hitam itu. Mereka mendongak dengan terkejut dan melihat seberkas cahaya merah yang mengibaskan kegelapan di depan mereka.      

"Bam!"     

Ketika suara benturan yang keras terdengar, api hitam tersebut mendarat di atas tanah. Kobaran api hitam dalam sekejap menyebar ke berbagai arah di atas tanah. Sementara itu, Rhode terlempar ke belakang dan mendarat setelah menahan meteor api hitam tersebut. Dia menggertakkan gigi dan mengayunkan tangan kanannya ke belakang sambil melemparkan pedangnya ke samping. Meskipun demikian, bukan berarti Rhode ingin menyerah. Setelah dia terjatuh dan berguling di atas tanah, Rhode segera memaksakan dirinya untuk bangkit.     

Sesosok orang memperlihatkan dirinya dari balik kobaran api hitam tersebut.     

Gelk telah berubah dalam wujud iblisnya yang asli. Dia tidak lagi terlihat cantik seperti sebelumnya. Insang berwarna hitam menutupi seluruh tubuhnya dengan empat cakar yang mencuat keluar. Tengkoraknya yang mirip seperti lalat terus bergoyang. Mulutnya yang tajam terus mendengung. Tidak hanya itu, perut besar mengembang dari punggung Gelk sehingga dia terihat seperti lalat raksasa.      

"Cih..Manusia-manusia sialan!!"     

Walaupun bahu Gelk tertusuk oleh pedang Blood Tears, namun luka itu bisa segera pulih. Ketika Rhode sedang berguling di atas tanah, Gelk mengepakkan sayapnya dan melayang ke arah Rhode.     

"Hati-hati, Ketua!"     

Gelk sampai di hadapan Rhode dalam sekejap. Semua prajurit bayaran menjerit saat menyaksikan hal tersebut.     

Saat itu, Rhode melakukan sesuatu yang aneh.     

Ketika menghadapi Gelk, Rhode tidak terlihat takut sama sekali. Sebaliknya, dia mengangkat tangan kirinya dan bersiul dengan keras.     

Beberapa cahaya sihir tiba-tiba muncul di samping Demon General.      

Apa ini?     

Ketika perhatian Gelk teralihkan oleh kumpulan cahaya yang mengepungnya, sebuah tentakel hitam melesat dan mengikat tubuhnya dengan erat. Sementara itu, Pembunuh Api menggigit tenggorokan Gelk. Burung Roh juga mencungkil mata Gelk dengan cakarnya yang tajam. Ada juga sepasang pedang berwarna hitam dan putih yang mengoyak tubuh Gelk.     

Dong!     

Gelk terlempar dan menabrak dinding di belakangnya dengan keras. Roh-roh yang baru saja menyerangnya tiba-tiba menghilang.     

"…!"     

Rhode kembali bersiul. Ini adalah skill Legion Horns yang sangat berguna untuk menghabisi musuh. Dalam game, seorang Spirit Swordsman yang mahir dan memiliki roh bisa menggunakan skill ini untuk menghabisi kelas lain dalam sekejap. Apalagi, Rhode memiliki dua spesialisasi saat ini. Dia tidak hanya mengembangkan roh-rohnya tapi juga mengembangkan kekuatan jiwanya. Bagaimana caranya seorang Demon General seperti Gelk bisa bertahan dari serangan yang kuat seperti itu?     

'Dong!'     

Gelk kembali menabrak dinding dengan keras. Dia menatapnya dengan murka. Namun, pandangannya menjadi kabur….Kekuatannya menghilang secara perlahan…Tapi jangan pikir kalian sudah menang, manusia! Gelk berbalik secara perlahan dan mengulurkan cakarnya. Sebuah bola kristal hitam transparan muncul dan Gelk menghancurkannya sampai pecah berkeping-keping.     

Gelk pun tewas.     

Tapi konsekuensinya cukup besar…     

Rhode terjatuh ke atas tanah. Walaupun durasi skill Legion Horns hanya tiga detik, namun seluruh kekuatan jiwa Rhode habis karena dia memanggil roh-rohnya secara bersamaan. Jika dia tidak siap-siap sebelumnya, Rhode mungkin sudah kehabisan tenaga sekarang.     

Setelah mengembangkan pohon bakatnya, kekuatan jiwa Rhode hampir menyamai level Mage biasa. Namun skill mengerikan ini telah menyerap banyak kekuatan jiwanya. Selain itu, dia tidak bisa memilih roh mana saja yang bisa dipanggil olehnya karena Legion Horns memanggil semua rohnya secara otomatis dengan cara yang tidak biasa. Namun skill ini hampir saja menghabiskan kekuatan jiwanya.      

Dengan kata lain, semakin banyak roh yang dimiliki oleh Rhode, maka semakin banyak kekuatan jiwa yang dia perlukan untuk memakai skill Legion Horns. Tapi dengan skill ini, setidaknya dia bisa meningkatkan kekuatan serangannya secara drastis. Dalam game, banyak pemain yang berhati-hati terhadap Spirit Swordsman yang ahli dalam pemanggilan roh. Karena jika mereka bertarung dengan sembrono, riwayat mereka akan tamat setelah terkena skill Legion Horns.     

Tapi skill ini bukannya tidak bisa diatasi. Banyak pemain yang memiliki berbagai cara untuk membalas skill ini termasuk para Holy Knight. Ketika mereka menemukan kesempatan yang tepat untuk membalas skill ini, maka mereka bisa mengalahkan Spirit Swordsman tersebut.      

"Tuan Rhode!"     

Ketika melihat Rhode terjatuh ke atas tanah, Lize segera mendatanginya dengan panik untuk memeriksa bagaimana keadaannya.     

"Apa kau baik-baik saja, Tuan Rhode? Aku akan…"     

"Aku tidak apa-apa, Lize. Kau istirahat saja."     

Rhode memotong ucapan Lize. Saat ini, wajah Lize terlihat pucat. Itu artinya dia telah menghabiskan banyak kekuatan jiwa. Kalau diingat-ingat lagi, Lize yang memimpin beberapa prajurit bayaran untuk bertahan dari serangan gerombolan sosok berjubah hitam tanpa bantuan sihir Marlene. Dia terus mengeluarkan sihir pelindung untuk mereka. Di sisi lain, ketika Rhode meninggalkan anak-anak buahnya dan bertarung dengan Gloom Shadow, Lize yang membantu pertahanan mereka. Seorang pemain Cleric saja bahkan tidak akan bisa bertahan dari kelelahan seperti ini.      

Lize tidak membantah perintah Rhode. Dia beristirahat di samping Rhode. Dia terlihat kelelahan. Rhode mengangguk ke arahnya sambil bersandar pada dinding yang ada di belakangnya. Kemudian, dia melambai pada seorang prajurit bayaran yang sedang merawat teman-temannya. Prajurit bayaran tersebut segera mendatangi Rhode.     

"Segera periksa keadaan para tawanan."     

Walaupun pertempuran melawan Gelk tidak berlangsung lama, tetapi pertarungan yang cepat itu membuat Rhode merasa agak linglung dan melupakan berbagai hal. Setelah mengalahkan Gelk, dia baru menyadari bahwa ada beberapa penduduk desa Deep Creek di dalam benteng ini yang sedang menunggu untuk diselamatkan. Namun, ketika melihat keadaan sekeliling benteng ini, dia tidak yakin apakah mereka masih hidup…     

Aku harap mereka masih hidup. Kalau tidak, aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan mereka.     

"Tuanku!"     

Ketika prajurit bayaran itu baru saja pergi setelah menerima perintah Rhode, Gillian melayang ke dalam benteng dengan melewati lubang di langit-langit. Dia mengamati aula yang hancur itu dengan raut wajah serius.     

"Tuanku, pergi sekarang. Cepat!"     

"Ada apa, Gillian? Aku sudah menghabisi Demon General itu."     

Rhode terkejut ketika dia melihat tingkah laku Gillian. Ketika membalas ucapan Gillian, Rhode tanpa sadar menoleh pada mayat Gelk.     

Walaupun mayat itu terbaring di atas tanah, namun api hitam itu masih berkobar. Bukan hanya itu, api tersebut memutar seolah-olah mengikuti lintasan!     

Sial!     

Raut wajah Rhode berubah drastis ketika menyaksikan hal tersebut. Dia tentu saja tahu apa artinya!     

"Semuanya, lari!"     

Rhode segera mendongak dan berteriak sekeras mungkin.     

Tapi sudah terlambat.     

Tumpukan puing-puing itu tiba-tiba meledak. Udara yang semula transparan dan berasap tiba-tiba berkedip-kedip dalam cahaya warna-warni. Dalam sekejap, bayangan yang mirip cermin itu tiba-tiba pecah dan menunjukkan kegelapan yang ada di baliknya.     

Gelk ternyata menggunakan kekuatannya untuk mengaktifkan lorong dimensi!     

Hati Rhode ciut saat melihat pemandangan tersebut. Dia tidak menyangka bahwa Gelk akan melakukan perbuatan selicik ini. Walaupun Rhode telah menghancurkan lingkaran ritualnya, namun Gelk sudah bersiap-siap. Walaupun dengan kekuatan seorang Demon General, namun Gelk tidak mampu membuka lorong tersebut sepenuhnya. Dia mampu membuka lorong dimensi baru karena perlindungan Jiwa Naga di tempat ini sangat lemah. Oleh karena itu, berdasarkan informasi Parasitic Ghoul, tempat ini cocok untuk membuka sebuah lorong dimensi…Sialan! Aku seharusnya memastikan bahwa dia benar-benar mati!     

Tapi menyesal sekarang tidak ada gunanya. Lorong baru itu pun segera menyerap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Jika mereka terserap ke dalam lorong itu, maka mereka akan terjebak di dalamnya. Tidak ada jalan keluar!     

Semua prajurit bayaran segera berpegangan dengan panik pada bebatuan atau benda apapun untuk bertahan. Ketika dia bertahan dari penyerapan tersebut, Rhode tiba-tiba menjerit.     

"Ah!"     

Marlene tidak bisa bertahan dari tarikan lorong tersebut karena tangan kanannya mengalami cedera dalam insiden sebelumnya. Walaupun dia berusaha bertahan sebaik mungkin di tempat itu, namun tangan kanannya terlepas. Dia pun segera terlempar dari tanah.     

"Marlene!"     

Lize menjerit ketika dia melihat Marlene melesat ke dalam lorong tersebut. Tiba-tiba, sebuah sosok hitam melesat ke arah Marlene.     

"Pa!"     

Rhode mencengkram tangan kanan Marlene dan menancapkan pedang Blood Tears di atas tanah sambil memegang gagang pedang. Mereka berdua akhirnya bisa bertahan.     

Namun mereka tidak akan bisa bertahan lama!     

"Gillian, lakukan sesuatu!"      

Rhode memegang gagang pedang dan mendongak sambil berteriak pada Gillian. Raut wajah Gillian terlihat cemas.      

"Apa yang harus aku lakukan, Tuanku? Kecuali jika kau bersedia membuka segelku dan memanggilku secara khusus!"     

Pemanggilan khsusus?     

Rhode melihat tangan kirinya yang sedang memegang gagang pedang dan tangan kanannya yang sedang mencengkram tangan Marlene. Dalam keadaan seperti ini, dia tentu tidak bisa melakukan pemanggilan khusus.     

Sialan…Kalau saja Spirit Swordsman bisa memanggil roh mereka tanpa menggunakan tangan.     

Sementara itu, Marlene mendongak dan menatap Rhode sambil memegang tangannya.     

"Jangan cemaskan aku, Tuan Rhode. Kau lebih baik lepaskan tanganku dan memanggil Nona Gillian. Dengan begitu, semuanya…"     

"Apa kau bercanda? Apa kau pikir kau bisa berpiknik di dalam sana?"     

Walaupun ucapan Rhode terdengar lucu, namun wajahnya tetap saja terlihat datar.     

"Pokoknya, Nona muda. Kau adalah wanitaku dan aku tidak akan membiarkan wanitaku mati begitu saja."     

"Eh?"     

Detak jantung Marlene bertambah cepat.     

Sebuah gambar tiba-tiba melayang dari jubah Marlene yang compang-camping dan gambar itu pun terserap ke dalam lorong tersebut serta hancur berkeping-keping.     

Saat itu, kilatan ungu turun dari langit menuju lorong dimensi tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.