Memanggil Pedang Suci

Pertarungan Penentuan (3)



Pertarungan Penentuan (3)

0"Menarik…"     
0

Mata Lydia berbinar saat dia menatap Lize dengan cermat. Senyuman yang lebar terlihat jelas pada wajahnya.     

"Bagaimana penampilannya, Tuan Amund?"     

"Mohon maaf atas kelancanganku…Tapi ini adalah pertama kalinya aku melihat teknik bertarung yang seperti ini."     

Amund mendekat ke jendela. Semua orang yang telah mencapai tingkat penguasaan skill yang tinggi seperti Amund tentunya mampu membaca kondisi pertarungan.     

"Aku sama sekali tidak menyangka kalau seorang Cleric bisa bertarung dengan sekuat ini."     

"Jika kemampuan itu digunakan dengan benar, maka kekuatan seorang Cleric bisa cukup mengancam seperti ini."     

Lydia mengangguk dan menopang dagunya dengan tangan. Dia menyipitkan matanya dan menatap pertarungan itu dengan penuh semangat.     

"Tapi….kira-kira seberapa jauh Lize bisa melawan Rosen yang lebih kuat darinya? Menarik…"     

Saat Lydia dan Amund berdiskusi, para penonton akhirnya menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Performa Rosen yang aneh membuat orang-orang merasa heran. Mereka tidak tahu apa yang sedang dialami olehnya.     

"Gadis Cleric itu telah melakukan sesuatu," ucap Barter. Di sisi lain, Viktor juga mengangguk setuju.     

"Tuan Rhode memang luar biasa. Dari mana dia bisa mendapatkan ide yang seperti ini?"     

"Ya..Lihat itu."     

Barter terkekeh geli. Tidak jauh dari arena, ada beberapa orang yang mengenakan jubah Pries. Mereka terlihat kaget sekaligus senang.     

"Kau bisa lihat dari wajah mereka bahwa teknik yang digunakan oleh gadis ini mungkin tidak pernah diajarkan oleh pihak gereja…Jika itu benar, maka pertarungan ini tentu akan jauh lebih menarik."     

"Tapi aku rasa hal seperti ini tidak akan cukup untuk mengalahkan Rosen."     

Viktor melirik Barter sebelum kembali menoleh ke arah arena. Bagi Viktor, pertarungan ini jauh lebih penting dibandingkan dengan reaksi orang-orang gereja.     

-     

Viktor memang benar.     

Rosen juga mulai menyadari sumber permasalahannya. Bagaimanapun juga, dia adalah prajurit bayaran tingkat Master. Walaupun dia tidak tahu apa yang sebenarnya dilakukan oleh Lize, Rosen yakin bahwa 'kecelakaan' tadi adalah akibat perbuatan Lize. Rosen menggeram dan mengaku bahwa teknik bertarung yang aneh ini telah membuatnya merasa tidak nyaman. Selain itu, dia belum bisa menemukan solusi yang tepat untuk menghadapinya. Tapi, kenapa dia harus menghadapi teknik bertarung Lize yang aneh?     

Jangan-jangan gadis ini berpikir bahwa dia bisa mengalahkanku dengan teknik seperti ini? Naif sekali!     

Rosen maju setengah langkah dan memiringkan tubuhnya ke kanan. Kemudian, dia tiba-tiba mangayunkan tangan kirinya.     

Dengan suara rantai yang nyaring, perisai hitamnya yang besar melesat ke depan. Lize tidak menyangka bahwa Rosen akan menyerangnya dengan cara seperti ini. Gerakannya tidak terlalu cepat. Tetapi gerakan tipuan dari Rosen telah membuat Lize lengah selama sedetik. Hal itu pun berdampak fatal padanya.     

Perisai hitam itu melesat ke depan sehingga Lize segera mundur ke belakang tanpa sadar. Namun, dia segera menenangkan diri dan mengayunkan tangan kirinya.     

Sebuah sihir pelindung berwarna keemasan muncul di sekitarnya. Saat itu, perisai Rosen pun menghantam sihir pelindung tersebut.     

Bam!     

Lapisan pertahanan pertama sihir pelindung Lize hancur menjadi debu. Kekuatan Rosen benar-benar luar biasa.     

"Heyah!"     

Rosen meraung dan menghunus perisai keduanya. Ini jelas merupakan taktiknya untuk menghancurkan sihir pelindung Lize dan juga untuk mengalihkan perhatiannya.     

Seberkas cahaya melintas.     

Bam!     

Rosen membungkuk dan meletakkan perisainya di depan. Saat memandang ke depan, dia melihat perisai hitam lainnya berputar kembali ke arahnya. Rosen pun segera menekan tombol untuk segera menarik perisai tersebut dengan tangan kirinya melalui rantai yang terhubung di antara dua perisai.     

Kali ini, dia melihat wajah Lize yang tetap terlihat tenang. Dia memulihkan sihir pelindungnya.     

Apakah seranganku gagal?     

Rosen terkejut. Bagaimana mungkin? Lawannya hanyalah seorang gadis Cleric yang lemah. Memang ada banyak Cleric yang sihir pelindungnya cukup kuat. Tapi sebagian besar Cleric tidak akan bisa bertarung melawan seorang Swordsmaster seperti dirinya. Rosen telah melalui ribuan pertarungan, tapi dia tidak pernah bertarung dengan seorang Cleric. Meskipun demikian, dia punya banyak pengalaman melawan musuh-musuh yang didukung oleh Cleric. Dia baru saja menggunakan 70% tenaganya untuk menyerang Lize. Itu seharusnya sudah cukup untuk menembus pertahanannya.     

Tapi nyatanya tidak. Apa yang sebenarnya terjadi?     

"Phew…"     

Lize menghela napas lega. Dia ternyata juga mengira kalau serangan Rosen akan menghancurkan sihir pertahanannya. Dia tanpa sadar melirik Rhode yang sedang berdiri di sampingnya.     

Ramuannya cukup efektif.     

Rhode mengangguk puas. Sebelum pertarungan ini dimulai, dia telah menyuruh Lize meminum sebotol ramuan yang bernama 'Guardian Mixture'.     

Guardian Mixture yang diminum oleh Lize adalah ramuan penguat bagi para Cleric sebelum mereka memasuki Dungeon. Ramuan ini bisa meningkatkan status pertahanan seorang Cleric sebanyak 3 poin. Walaupun peningkatan ini termasuk biasa saja, ramuan ini cukup terkenal di kalangan pemain karena harganya yang terjangkau, tidak ada efek samping dan juga proses pembuatannya yang cukup sederhana.     

Walaupun Rhode tidak mempelajari skill alkimia, untungnya dia masih mengingat rumus ramuan tersebut. Selain itu, kota Golden bukanlah kota pinggiran seperti Deep Stone sehingga harga-harga bahan yang dibutuhkan untuk membuat Guardian Mixture tidak terlalu mahal. Dengan kemampuan Lapis sebagai Alchemist tingkat Master, tentu tidak masalah baginya membuat ramuan tersebut.     

Setelah meminum Guardian Mixture, sihir pertahan Lize pun menjadi lebih kuat. Jika ini di dalam game, maka level Lize akan mencapai sekitar 17 hingga 18. Dia akan segera mencapai tingkat Elite. Selain itu, berkat bantuan Guardian Mixture dan juga garis keturunan setengah malaikat, tingkat kekuatan sihir pelindung Lize telah mencapai tingkat Elite pertengahan.     

"Hmph, trik murahan."     

Rose mengerutkan keningnya. Kemampuan Lize benar-benar di luar dugaannya. Kekuatan yang dia tunjukkan berbeda dengan kekuatan tubuhnya. Dengan kata lain, seekor semut yang seharusnya bisa dihabisi dalam sekejap oleh Rosen justru mampu bertahan dengan serangannya.     

Setelah Lize memperbaiki sihir pelindungnya, dia berdiri sambil menatap Rosen.     

Apa-apaan ini? Bukankah ini adalah pertarungan hidup dan mati? Apakah gadis itu akan bertahan sampai dia berhasil meraih kemenangan?     

Para penonton berpikir.     

Walaupun Cleric memiliki sihir agresif yang sangat kuat, tapi pada dasarnya sihir-sihir itu tidak berguna. Seorang Mage bisa melancarkan dua sihir agresif secara bersamaan. Sihir-sihir tersebut cukup berbahaya dalam serangan jarak menengah hingga jarak jauh. Selain itu, seorang Mage hanya membutuhkan waktu singkat untuk melancarkan sihir mereka. Oleh karena itu, bahkan jika seorang Cleric sedang bertarung, mereka tidak akan bisa mendapat kesempatan untuk menyerang apalagi membunuh musuh.     

Di sisi lain, Rosen adalah seorang prajurit bayaran yang pasti tidak akan bisa dibunuh dengan mudah karena dia adalah seorang Shield Warrior.     

Lalu, apa gunanya melanjutkan pertarungan ini?     

Rosen kembali menyerang.     

Kali ini, dia tidak bisa menahan diri. Rosen mengangkat kedua perisainya di depan dengan pose menyilang dan menghancurkan sihir pertahanan Lize.     

Tapi saat ini, sebuah penghalang berwarna perak keputihan muncul di sekitar Lize dan menahan serangan Rhode. Di saat yang bersamaan, sihir pelindung Lize segera pulih dan kembali seperti semula.     

Kali ini, Lize mengangkat tangannya dan kekuatan suci mulai berkumpul di tangannya.     

Apakah dia ingin menyerang balik?     

Rosen mendengus dan segera menarik perisainya sebelum mundur ke belakang. Di saat yang bersamaan, dia mengamati Lize dengan waspada. Rosen tahu bahwa sihir agresif seorang Cleric lebih murni dan lebih kuat dari segi kekuatan penetrasi dibandingkan dengan sihir seorang Mage.     

Rosen yang dulu mungkin tidak akan mempedulikan sihir macam apa yang sedang dirapal oleh Lize. Dia akan segera menyerangnya. Tapi, dia menyadari bahwa ada perbedaan kekuatan yang cukup jelas antara kekuatan sihir yang dikeluarkan oleh Lize dengan kekuatan yang dia miliki. Rosen pun memutuskan untuk mengamati Lize dengan cermat sebelum menyerangnya. Bagaimanapun juga, pertahanan Lize sangat minim ketika dia sedang merapal sihirnya. Selama Lize bisa berada dalam jangkauan serangannya, maka Rosen bisa langsung menghabisinya begitu dia menemukan celah.     

Lize berhenti merapal. Kemudian, dia tiba-tiba merentangkan tangannya dan beberapa rune sihir misterius muncul di sekelilingnya. Kemudian, seiring dengan gerakannya, rune-rune itu menyebar dan membentuk beberapa penghalang yang berputar di sekitar Lize.     

Wajah Rosen berubah menjadi muram.     

Sihir yang dikeluarkan oleh Lize bukanlah sihir agresif, melainkan sihir pertahanan tangguh yang sangat dikenal oleh Rosen, yaitu Rune Vows.     

Apa yang ingin dilakukan oleh gadis sialan ini?     

Rosen hampir jadi gila.     

Sejak awal, Lize tidak menyerangnya sama sekali. Sebaliknya, dia hanya bertahan. Bahkan ketika Rosen berhasil menembus pertahanannya pun, Lize segera memakai trik-trik aneh untuk membalik keadaan.     

Apakah ini benar-benar bisa disebut sebagai pertarungan hidup dan mati?     

Rune Vows adalah sihir pertahanan terkuat dari para Cleric. Kekuatan pertahanannya jelas melebihhi sihir pelindung biasa. Walaupun sihir pelindung biasanya tidak membutuhkan perapalan, beberapa sihir pertahanan yang lebih kuat membutuhkan perapalan. Rune Vows adalah salah satunya.     

Sejak pertarungan ini dimulai, Rosen merasa terdesak untuk pertama kalinya. Namun, dia segera menenangkan diri. Lize jelas berniat untuk memancing Rosen agar dia menyerangnya. Kalau begitu, dia juga akan berdiri diam untuk melihat seberapa besar kesabaran Lize!     

Kedua pihak menemui kebuntuan dalam sekejap.     

Para penonton mengira bahwa kebuntuan ini hanya akan bertahan selama beberapa saat saja. Tapi keadaan ini ternyata bertahan lebih lama daripada dugaan mereka. Hampir tiga puluh menit telah berlalu sejak pertarungan dimulai dan mereka hanya berdiri diam di tempat masing-masing. Lize mengeluarkan beberapa sihir pelindung di sekitarnya sebelum merapal Rune Vows kedua. Dia sepertinya ingin menunggu sampai Rosen kehilangan kesabarannya. Di sisi lain, Rosen juga sama sabarnya seperti Lize. Dia hanya berdiri terdiam sambil mengamati Lize sejak tadi.     

20 menit…25 menit…     

Arena itu terasa sepi.     

"Apa-apaan ini?!"     

"Ayo, serang dia!! Kenapa kau hanya berdiri di situ?!"     

Para penonton mulai tidak sabar. Sebagian besar penonton mendorong Rosen untuk melakukan sesuatu. Bagaimanapun juga, dia adalah prajurit bayaran yang lebih kuat di antara mereka berdua. Sementara itu, musuhnya hanyalah seorang gadis Cleric yang lemah. Mereka tidak tahan melihat Rosen yang hanya berdiam diri saja.     

"Apa yang dilakukan oleh Rosen?!"     

Wajah Gunst terlihat suram saat dia menunjuk Rosen.     

"Apakah ini adalah prajurit kebanggaan kubu oposisi? Inikah 'Rosen si Hewan Buas'? Dia hanyalah pengecut yang mirip dengan tikus. Beritahu Waltz untuk menyuruhnya menyelesaikan pertarungan ini secepat mungkin. Sialan! Musuhnya hanyalah seorang Cleric. Dia terlalu banyak mengulur waktu. Apakah dia ingin membuat kita menjadi bahan ledekan?!!"     

Seorang pelayan segera bergegas keluar ruangan setelah mendengar perintah Gunst. Gunst pun kembali duduk di kursinya sambil terengah-engah.     

"Prajurit tua itu sudah berkarat rupanya!"     

Serang?     

Rosen mengerutkan kening saat melihat isyarat dari Waltz. Kemudian, dia menoleh pada ruangan VIP di atas. Dia tahu siapa yang memberikan perintah ini. Dia juga tahu mengapa mereka merasa cemas. Tapi…apakah ini adalah keputusan yang tepat?     

Rosen tidak punya pilihan. Waltz telah memberitahunya bahwa jika dia tidak menyerang, maka dia terpaksa menuruti perintah 'petinggi' untuk mengumumkan bahwa Rosen telah mengaku kalah.     

Kalau begitu, kita coba saja.     

Rosen mendongak dan menatap Lize. Tatapan Lize terlihat penuh dengan semangat walaupun dia hanya bertahan sejak tadi. Rosen bisa merasakan keberanian dan tekad yang terpancar dari diri Lize.     

Bagaimana mungkin dia masih terlihat bersemangat seperti itu? Tapi sayang, semuanya sudah berakhir sekarang!     

"Heyah!!"     

Rosen mendengus dan menerjang ke depan.     

Lize menggerakkan tangan kirinya.     

Rosen kembali kehilangan keseimbangannya. Tapi dia tidak berhenti kali ini. Dia mengatur pijakannya agar tidak tersandung.     

"Kau ingin mengalahkanku dengan trik murahan seperti ini? Jangan bermimpi!"     

Rosen maju setengah langkah dan mengangkat perisai kanannya. Dia menggertakkan giginya sambil menahan kekuatan misterius yang berusaha mengendalikan tubuhnya. Kemudian, dia melesat maju!     

Lize bergerak.     

"Mati kau!"     

Rosen melempar perisai di tangan kirinya dalam sekejap. Perisai itu membentur sihir pelindung Lize.     

Bum! Bum! Bum!     

Rosen menerjang ke arah sihir pelindung Lize. Lize menggertakkan giginya sambil memperkuat pertahanannya lapis demi lapis. Dia berusaha menghambat gerakan Rosen dengan taktik 'perlakukan lawan sebagai kawan'. Namun, Rosen mengabaikan semua sihir perusak ritme dari Lize dan terus melaju seperti mesin penghancur.     

"Bum!"     

Perisainya menghantam sihir pelindung Lize. Rune Vows retak dan hancur menjadi debu keemasan yang terbang ke udara. Kemudian, Rosen mengangkat perisai kirinya dan kembali menghunusnya.     

Cahaya terang tiba-tiba muncul.     

Rosen kehilangan keseimbangannya tapi dia berusaha untuk bertahan. Dia mengerang dan mengayunkan perisainya ke depan. Walaupun akurasinya jelek setelah terkena sihir pengganggu dari Lize, tetapi perisai besar tersebut mampu menghancurkan sihir pelindung yang ada di depannya.     

Lize menggertakkan gigi dan memunculkan sejumlah sihir pelindung untuk menggantikan sihir-sihir yang telah dihancurkan oleh Rosen.     

"Cari mati kau!"     

Rosen mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Sesaat kemudian, aura spiritual yang besar meledak keluar dari tubuhnya! Lalu, perisai di tangannya berubah bentuk dan menyerang Lize!     

Bum!     

Sebuah badai angin muncul dari dalam tanah dan hampir menghancurkan setengah podium penonton. Semua sihir penghalang di depan Lize hancur berkeping-keping. Cahaya terang itu memancar ke segala arah, tertiup oleh badai angin tersebut.     

Hu..Hu…     

Rosen berdiri di dalam badai angin itu dan pandangannya tertutup oleh debu dan kerikil yang beterbangan kemana-mana.     

Dimana gadis itu?     

Dia melihat ke depan.     

Setelah asap di depannya menghilang, dia bisa melihat arena yang sekarang sudah hancur berantakan.     

Di sisi lain, Lize mendongak. Sebuah sihir penghalang tipis melindunginya.     

"Aku mengaku kalah," Lize berbicara dan menoleh pada Rhode.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.