Memanggil Pedang Suci

Drama Lima Wanita



Drama Lima Wanita

0Ketika Rhode menyentuh kartu merah terang itu, kobaran api mendadak muncul. Api itu menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru ruangan. Kemudian, tiba-tiba terjadi sebuah ledakan dan kobaran api itu keluar dari jendela. Dalam waktu beberapa detik, kondisi ruangan itu berubah total.     
0

Ketika kobaran api itu sudah agak mereda, Gillian muncul di hadapan Rhode.     

"Lama tidak bertemu, Tuanku…!"     

Gillian melambaikan tangannya. Di saat yang bersamaan, dia juga melambaikan telinga dan ekornya. Wajahnya yang cantik memperlihatkan senyuman yang hangat. Namun, wajah Rhode tetap terlihat datar. Dia hanya melambaikan tangan untuk menyapu asap di sekitarnya.     

Semuanya berjalan lancar sesuai dengan rencananya.     

Walaupun Gillian adalah salah satu Elemental Lord, dia tetap roh milik Rhode.Para pemain tidak memiliki batasan level untuk memilih roh mana yang akan menjadi Kartu Inti. Oleh karena itu, tidak ada masalah ketika Rhode memilih Gillian menjadi Kartu Inti. Namun, level Gillian akan diturunkan sehingga sama dengan level Rhode. Untuk mengembalikan kekuatannya, Gillian hanya bisa memulihkan kekuatannya seiring dengan perkembangan Rhode. Gillian tentu saja bisa langsung mendapatkan kekuatannya kembali, namun Rhode harus membayarnya dengan 'harga' yang mahal. Selain itu, kondisi tersebut hanya akan bertahan sementara waktu. Semuanya kurang lebih sama saja. Untuk memanggilnya dengan kondisi kekuatan penuh, Rhode masih tetap harus mengorbankan sesuatu. Meskipun demikian, Rhode masih bisa memanfaatkan kepandaian dan kebijaksanaannya. Itu sudah cukup.     

Tapi…     

"Gillian."     

"Ada apa, Tuanku?"     

"Haruskah kau menciptakan kekacauan seperti ini setiap kali kau muncul?"     

Rhode mengamati ruangan itu. Semua barang yang ada di ruang kerja ini telah terbakar oleh api Gillian termasuk meja dan kursi-kursi. Hanya ada debu yang tersebar di ruangan tersebut. Namun, Gillian hanya menggelengkan telinganya sambil tersenyum polos.     

"Tentu saja, Tuanku. Sebagai Elemental Lord elemen api, aku sudah sepantasnya membuat peragaan kembang api setiap kali aku muncul, bukan?"     

"…Berarti kau memang sengaja melakukannya?"     

"Tentu saja, Tuanku."     

Gillian membalas pertanyaan Rhode dengan bangga. Kemudian, dia melambaikan ekornya dengan ceria. Ketika melihat sikap Gillian, Rhode hanya terdiam. Lalu dia mengulurkan tangannya dan menjewer telinga Gillian.     

"Aw! Sakit, sakit, sakit…!!"     

Ketika Marlene dan yang lainnya datang, mereka melihat Gillian sedang dijewer oleh Rhode tanpa ampun.     

"Tu, Tuan Rhode?"     

Marlene dan lainnya merasa terkejut melihat kemunculan Gillian yang mendadak. Mereka hanya bisa terdiam dan menatap Gillian. Mereka tentu saja mengenalnya sebagai gadis yang telah menolong mereka dalam pertempuran di Twilight Forest. Saat itu, Gillian mampu mengalahkan seorang Mage level 50 dengan mudah. Itu adalah pertama kalinya mereka merasakan kekuatan yang dominan dan absolut dari Gillian. Bayangkan saja, seorang Mage level tinggi yang hampir membunuh mereka bisa dikalahkan dengan mudah oleh Gillian. Oleh karena itu, mereka tidak mungkin bisa melupakan sosok Gillian yang sangat tangguh sekaligus mengerikan.     

Namun, Gillian yang ada di hadapan mereka saat ini sedang merengek-rengek sambil meminta ampun kepada Rhode.     

"Aku rasa kalian masih mengingatnya."     

Rhode mengabaikan Marlene, Lize dan Anne yang sedang menatapnya. Dia melepaskan telinga Gilian dan memperkenalkannya kepada mereka.     

"Dia Gillian, anak buahku. Mulai hari ini, dia akan bergabung dengan kelompok prajurit bayaran Starlight dan akan bertarung dengan kalian semua."     

"Eh?"     

Tubuh Marlene tegang saat mendengar ucapan Rhode. Satu-satunya orang yang memahamii kekuatan Gillian adalah Marlene. Marlene tahu kalau Gillian mampu mengalahkan seorang Grand Mage dengan mudah. Paling tidak, kekuatannya setara dengan para legenda. Dan orang sekuat itu sekarang akan bergabung dengan mereka?! Yang benar saja!!     

"Ah!!"     

Sebelum Marlene bisa bereaksi, Gillian melompat ke arah mereka dengan girang dan memeluk tubuh Christie yang tiba-tiba muncul.     

"Aahh, manisnya. Aku selalu ingin memeluknya. Dia benar-benar mirip seperti boneka. Ah, aku tidak tahan lagi! Tuanku, boleh aku mengambilnya?"     

"Tidak boleh."     

Rhode membalas pertanyaan Gilian dengan datar dan menarik kerah baju Gillian dengan kasar. Rhode berusaha memisahkannya dari Christie. Christie sendiri hanya terdiam dan tidak tahu harus berbuat apa. Saat dia lepas dari pelukan Gillian, Christie segera berlari ke arah Lize dan bersembunyi di belakangnya. Dia hanya memperlihatkan kepalanya dan menatap Gillian dengan wajah yang ketakutan.     

"Ah..benar-benar manis seperti kelinci…"     

Mata Gillian berbinar-binar ketika memandang Christie. Tapi sebelum Gilian bisa berbuat macam-macam, Rhode menghentikannya.     

"Lize, tolong carikan kamar untuk Gillian."     

"Ah, baik, Tuan Rhode."     

Ketika mendengar namanya, Lize tersadar dari lamunannya dan mengangguk. Namun, Gillian mengerutkan bibirnya tidak puas ketika mendengar kata-kata Rhode.     

"Tidak perlu. Aku bisa tidur dengan Tuanku! Tenang saja, aku tahu beberapa 'teknik' yang bisa memuaskan Tuanku di atas ranjang!! Apakah kau tidak ingin mencobanya?"     

Tapi Rhode hanya terdiam sambil melambaikan tangannya ketika mendengar ucapan Gillian. Saat melihat reaksinya, wajah Gillian menjadi muram. Dia mengepalkan tangannya dengan erat dan meletakkannya di dada sambil menatap Rhode dengan gelisah.     

"Kau benar-benar tidak mau, Tuanku? Ini..aku…"     

"Itu adalah keputusanku."     

Walaupun wajah Gillian terlihat sangat sedih, Rhode tidak ingin jatuh ke dalam perangkapnya. Meskipun akting Gilian sangat bagus, Rhode masih bisa menebak niat asli Gillian dari ekornya yang melambai.     

Benar-benar hewan buas. Pikir Rhode.     

"Apakah mungkin kau juga ingin tinggal di kandang?"     

"Tidak perlu. Aku berbeda dengan hewan-hewan seperti itu."     

Saat mendengar ucapan Rhode, Gilian seketika kembali tersenyum ceria. Dia segera melompat ke arah Lize dan memegang tangannya dengan lembut.     

"Kalau begitu, ayo pergi, Lize sayang. Aku harap kau bisa menjadi pembantu yang baik dan memberiku ruangan yang bagus. Aku tidak ingin tinggal di ruangan yang terlalu jauh dari ruangan Tuanku. Lantai tiga, kalau bisa. Dengan demikian, aku bisa menyelinap ke kamar Tuanku pada malam hari. Ah, benar juga. Lebih baik jika tidak ada orang yang tinggal di kamar bawah kamarku. Aku tidak ingin mendengar adanya keributan. Mengganggu orang yang sedang tidur bukan perbuatan yang baik, kan?"     

"Ah, baik…Tolong ikuti aku, kalau begitu."     

Lize tidak pernah bertemu dengan orang seperti Gillian. Gillian benar-benar berlaku seperti seorang bos yang menyuruhnya melakukan berbagai pekerjaan. Lize pun hanya bisa mengikutinya pergi dari ruang kerja Rhode. Lize bengong. Ketika mereka sudah pergi, Rhode hanya bisa menghela napas dan menoleh pada Marlene.     

"Marlene, tolong bantu aku mencari seseorang untuk merapikan ruangan ini sekaligus mengatur perabotannya."     

"Baiklah, Tuan Rhode." Marlene mengangguk setelah mendengar perintah Rhode. Tapi dia kemudian berbicara dengan ragu.     

"Gadis itu…dia…"     

"Ya?"     

"Ah, tidak. Bukan apa-apa."     

Marlene merasa ragu tetapi dia tidak ingin bertanya. Ketika mengamati interaksi antara Gillian dan Rhode, hubungan mereka bukan seperti majikan dan anak buah. Lagipula, bagaimana orang sekuat Gillian bisa menjadi anak buah Rhode? Marlene yakin bahwa identitas asli Gillian bukanlah anak buah Rhode. Dia mungkin saja kekasihnya.     

Tebakan Marlene bukanlah tanpa alasan. Mereka telah mendampingi Rhode cukup lama. Tapi Marlene tidak pernah melihat Rhode mendekati gadis – gadis di kelompok ini, termasuk dirinya sendiri. Dia selalu bersikap sopan dan menjaga jarak dengan mereka. Namun, Rhode terlihat lebih santai di hadapan Gillian. Bahkan dia menjewer telinganya.     

Situasi seperti ini cukup umum di kalangan para bangsawan. Sebagian besar bangsawan selalu bekerja sama demi kepentingan mereka sendiri seperti mengatur perjodohan anak-anak mereka. Jika identitas Rhode memang sesuai dengan dugaan Marlene, tidak mengherankan jika dia mampu menjadikan orang sekuat Gillian sebagai anak buahnya.     

Kalau itu memang benar, apa yang harus Marlene lakukan?     

Marlene terkejut ketika memikirkan hal tersebut. Namun, dia segera menenangkan diri dan memperlihatkan wajah yang serius.     

"Kalau begitu, aku permisi dulu, Tuan Rhode. Aku perlu waktu minimal dua hari untuk membereskan kamar ini sesuai dengan permintaanmu. Sementara itu, aku akan mencarikan seseorang untuk menyiapkan kamar sementara bagi Tuan Rhode."     

Setelah mengatakan itu, Marlene membungkuk dan pergi.     

Apa yang terjadi?     

Rhode terkejut saat melihat sosok Marlene yang menjauh. Dia menyadari bahwa suasana hati Marlene telah berubah. Tapi Rhode tidak tahu apa penyebabnya. Sebelum dia sempat bertanya, Marlene sudah terlanjur meninggalkan ruang kerjanya.     

"Haahh!!"     

Ketika Rhode bingung, Anne yang selama ini diam tiba-tiba menghela napas lega dan duduk di lantai. Dia diam-diam menoleh ke arah koridor dan membelai dadanya.     

"Hahh..Akhirnya. Anne benar-benar ketakutan."     

"Ada apa, Anne?"     

Rhode menyadari tingkah laku Anne yang aneh. Kepribadian Gillian kurang lebih sama dengan Anne, sehingga dia menduga bahwa mereka berdua akan cepat akrab. Namun, dia tidak menyangka bahwa Anne hanya terdiam di sekitar Gillian sejak tadi. Saat ini, Anne seperti baru saja lolos dari kematian.     

"Anne juga tidak tahu."     

Anne hanya menggeleng dan berdiri ketika mendengar pertanyaan Rhode. Kakinya agak bergetar dan dia masih terlihat ketakutan.     

"Ketika Anne melihat kak Gillian, Anne merasa seolah-olah seekor hewan buas mengerikan sedang melototi Anne dan ingin memakan Anne. Anne begitu takut sehingga Anne hanya terdiam. Benar-benar aneh. Anne bahkan tidak tahu kenapa Anne merasakan seperti itu…Pokoknya, Anne takut. Jadi Anne lebih baik tidak membangkang pada kak Gillian."     

"Oh?"     

Alis Rhode mengerut ketika mendengar jawaban Anne. Namun, dia tidak heran karena Anne adalah setengah hewan buas, sedangkan Gillian adalah hewan buas. Gillian memiliki aura yang sangat kuat sehingga dia juga memberikan tekanan pada ras-ras tertentu. Karena darah hewan buasnya, Anne merasa tertekan di dekat Gillian karena dia bisa merasakan aura Gillian yang memancar dari tubuhnya.     

Namun, kata-kata yang diucapkan Anne selanjutnya membuat Rhode kaget.     

"..Tapi…Christie sepertinya tidak takut dengan kak Gillian…" Anne mengangkat tangannya malu-malu dan berbicara. Setelah terdiam selama beberapa saat, dia melanjutkan ucapannya. "Dan…entah kenapa aku merasa kak Gillian tidak asing bagiku. Rasanya aku pernah bertemu dengannya. Walaupun aku sendiri tidak ingat…"     

Ada apa ini?     

Rhode semakin bingung saat mendengar ucapan Anne.     

Kemunculan Gillian sepertinya telah membawa kejutan yang lebih besar dari dugaan Rhode.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.