Memanggil Pedang Suci

Tempat yang Tersegel (10)



Tempat yang Tersegel (10)

0Namun, Rafah tidak menyangka bahwa serangannya akan gagal. Ketika cahaya itu melesat ke arah Rhode, tiba-tiba cahaya itu berubah arah dan berbalik ke bola kristal tersebut.     
0

"Bam bam bam!!"     

Beberapa ledakan terjadi. Setelah asap dan kepulan debu dari ledakan itu hilang, Rafah menyadari bahwa beberapa bola kristal telah hancur.     

Apa yang terjadi?     

Rafah bingung. Dia tidak menduga bahwa sorotan cahaya panas yang dikontrolnya tiba-tiba berubah arah begitu saja. Tapi dia tidak punya waktu memikirkan hal tersebut karena Rhode sudah mulai melaju ke arahnya.     

"Berani-beraninya kau!!"     

Rafah menjerit keras ketika melihat Rhode datang ke arahnya dengan berani. Setelah itu, dia mengubah tangan kanannya menjadi pedang cahaya yang tajam. Kemudian, Rafah mengayunkannya ke arah Rhode. Pedang cahaya itu jauh lebih besar daripada pedang Blood Tears. Selain itu, kecepatan Rafah juga cukup tinggi. Jika Rhode tidak bisa bertahan dari serangannya, maka Rhode pasti akan tewas. Namun, entah kenapa, Rhode masih terlihat tenang seolah-olah dia tidak menganggap serangan Rafah sebagai hal yang berbahaya.     

"Ketua!!"     

Lapis berteriak dengan cemas ketika pedang cahaya Rafah hampir mengenai wajah Rhode. Saat itu, cahaya merah terang tiba-tiba melesat melewati Lapis.     

"Bam bam bam!!"     

Beberapa ledakan terjadi dan mendorong pedang cahaya Rafah ke arah lain. Akibatnya, serangan Rafah agak meleset dari Rhode. Rhode pun memanfaatkan kesempatan itu dan mengayunkan pedang Blood Tearsnya ke tangan Rafah.     

"!!!"     

Sambil menjerit dengan keras, Rafah berjalan mundur dan berlutut di tanah sambil memegang pergelangan tangan kanannya. Tangan kanannya telah terbelah dan terjatuh ke tanah karena serangan Rhode. Pedang cahaya itu pun berubah menjadi sekumpulan debu yang menghilang entah kemana setelah kehilangan sumber energinya.     

Bagaimana bisa?     

Rafah merasakan rasa sakit yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Itu membuatnya takut. Rafah sadar kalau dia tidak memiliki tubuh fisik. Oleh karena itu, serangan Rhode seharusnya tidak akan melukainya. Dia hanyalah makhluk yang terbentuk dari kondensasi energi sihir. Satu-satunya hal yang bisa melukainya adalah sihir. Lalu, sebagai seorang Swordsman yang tidak memiliki sihir, bagaimana Rhode bisa melukainya?     

Entah bagaimana serangan Rhode bisa memberikan efek padanya.     

Selain itu, Rafah tidak hanya terluka. Serangan Rhode juga membuat Rafah merasa seolah-olah racun dingin sedang menggerogoti rohnya. Energi yang terasa dingin, seram dan kejam itu membuat tubuhnya mulai memudar.     

Sebelum Rafah bisa menyerang balik, serangkaian cahaya merah kembali melesat ke arahnya dan meledak. Rangkaian ledakan itu membatasi gerakannya.     

Saat itu, Rafah menyadari keberadaan musuhnya selain Rhode yang sedang melayang di udara.     

Dia adalah Gillian. Saat ini, dia sedang terbang sambil dikelilingi oleh beberapa bola api kecil. Gillian tersenyum sambil menunjuk Rafah dengan tangan kanannya. Rafah sadar bahwa Gillian yang sudah mengganggu pertarungannya dengan Rhode sejak tadi!     

"Enyah kau!"     

Dia pun melambaikan tangannya ke arah Gillian. Dalam sekejap, beberapa bola kristal berkumpul di sekitar Rafah dan dia pun menembakkan beberapa sorotan cahaya ke arah Gillian.     

Saat itu, sebuah pemandangan yang mengejutkan terjadi.     

Gillian tidak berniat menghindar dari serangan Rafah. Sebaliknya, dia mengulurkan jari dan melambaikannya dengan santai. Sontak saja, sorotan-sorotan cahaya itu berbalik seiring dengan gerakan jari Gillian dan mengarah kembali ke Rafah!     

Rafah sama sekali tidak menyangka bahwa serangannya akan berbalik menyerangnya sendiri. Dia segera menghindar. Rhode pun mengambil kesempatan itu untuk menyerangnya. Namun, gerakan Rafah cukup cepat sehingga dia juga bisa menghindari serangan Rhode.     

Tetapi, meskipun dia bisa menghindari serangan Rhode, entah kenapa efek serangannya masih terasa.     

Rafah tidak tahu bahwa Rhode menggunakan skill Dark Soul Blade saat ini. Itu adalah sebuah skill yang sangat ampuh untuk melawan musuh-musuh berbentuk roh. Dan benar saja, skill ini sangat ampuh ketika digunakan untuk melawan Rafah.     

Secara logis, Rafah adalah roh yang terbentuk melalui kondensasi energi sihir. Sebagai roh, dia tidak memiliki tubuh fisik. Oleh karena itu, Dark Soul Blade mampu memberikan damage yang besar kepadanya. Sekarang, salah satu karakteristik khas Rafah sebagai roh justru berbalik menjadi kelemahannya. Rafah semula mengira bahwa dia akan kesulitan melawan seorang Swordsman. Namun, sekarang situasinya berkata lain. Selain itu, dia juga tidak mengerti bagaimana Gillian bisa mengubah arah serangannya. Secara umum, Rafah benar-benar bingung dengan cara bertarung musuh-musuhnya yang seperti itu.     

Tapi Rafah bukanlah orang bodoh. Dia segera kembali ke wujud aslinya ketika menyadari bahwa musuh-musuhnya lebih kuat dari dugaannya. Dengan bentuk raksasanya, dia tidak akan bisa melawan mereka berdua dengan efektif. Kemudian, Rafah mengayunkan kedua tangannya. Kondensasi energi cahaya yang mengelilingi tubuhnya seketika menyebar. Dalam sekejap, beberapa sosok cahaya muncul dan mengepung Rhode dari segala arah.     

"Gillian!"     

Rhode terlihat tetap tenang dalam situasi seperti ini karena dia tahu cara yang tepat menghadapi sosok-sosok cahaya ini. Dia pun segera memanggil Gillian.     

Sementara itu, Gillian segera mundur ketika mendengar panggilan Rhode. Di saat yang bersamaan, dia mengayunkan kedua tangannya ke depan. Bola-bola api kecil yang sangat banyak segera melesat ke arah bola-bola kristal yang ada di sekitar Rafah. Sesaat, rangakaian ledakan terjadi. Beberapa bola kristal hancur dalam ledakan tersebut. Di saat yang bersamaan, setengah dari sosok-sosok cahaya itu juga menghilang.     

Siapa sebenarnya mereka berdua?!     

Rafah mulai merasa ketakutan. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Rhode ternyata sekuat ini. Entah kenapa, setiap serangan Rhode ke arahnya sangat efektif. Tidak hanya itu, Rhode juga mengetahui rahasia dari ruangan ini. Bagaimana mungkin? Ruangan ini adalah ruangan yang dirahasiakan oleh Keluarga Behermes. Lapis sendiri bahkan tidak pernah memasuki ruangan ini sebelumnya! Lalu bagaimana caranya Rhode mengetahui rahasia ruangan ini?!     

Meskipun telah berpikir sekeras apapun, Rafah tidak bisa menemukan jawaban dari pertanyaan ini. Rhode ternyata sudah pernah menaklukkan dungeon ini berkali-kali dalam game hingga dia merasa bosan. Boss ini hanyalah roh berlevel 20 yang bisa mengontrol beberapa bola kristal sihir. Yang harus dia lakukan pertama kali adalah menghancurkan bola-bola kristal itu. Setelah itu, Rhode baru bisa memfokuskan serangannya pada boss tersebut. Kalau saja Rhode menghadapi boss ini sebelum dia mencapai tingkat Advanced Swordsman, dia mungkin akan merasa kesulitan. Namun, levelnya sekarang sudah di atas boss ini dan Gillian juga sudah mendampinginya. Intinya, ini terlalu mudah bagi Rhode.     

Sementara itu, Rafah merasa semakin takut. Dia sadar bahwa Rhode jauh lebih kuat dari dugaannya. Saat ini, dia tidak tahu bagaimana caranya mengalahkan Rhode. Rhode bahkan mengetahui kelemahan dari Central Core. Central Core adalah sebuah ruang sihir yang diciptakan dengan teknik alkimia oleh Behermes yang terdahulu. Mereka mengurung mayat mereka di dalam ruangan itu dan menggunakan kekuatan sihir dari bola-bola kristal untuk mempertahankan kehidupan mereka sebagai roh. Selain roh-roh yang menetap di Central Core, tidak ada satupun orang yang mengetahui hal ini. Namun, entah bagaimana Rhode menyadari hal tersebut. Dia bahkan mengabaikan keberadaan Rafah dan sosok-sosok cahayanya untuk menyerang bola-bola kristal tersebut!     

Ini tidak bisa dibiarkan!!     

Rafah tidak pernah sepanik ini. Dia menatap bola-bola kristal sihir yang redup secara perlahan akibat kehilangan kekuatan sihirnya di bawah serangan Rhode dan Gillian. Rafah tentu saja tidak bisa membiarkannya begitu saja!     

Apa boleh buat.     

Rafah tidak lagi merasa ragu. Dia melambaikan tangannya. Seluruh ruangan itu mendadak mulai bersinar dengan terang. Setelah beberapa saat, Rhode, Gillian dan Rafah terbungkus dalam sinar itu dan menghilang.     

Namun, mereka bertiga muncul kembali dalam sekejap. Tetapi kali ini, Rhode dan Gillian terlempar ke sudut ruangan. Saat itu, Rafah mulai melayang di tengah ruangan.     

"Musnahlah kalian!"     

Rafah berteriak dengan keras sambil mengangkat kedua tangannya. Beberapa saat kemudian, ruangan itu mulai bergetar saat kekuatan sihir yang besar meledak. Bola-bola kristal tersebut mengeluarkan cahaya yang menyilaukan.     

Lapis menjerit sambil menutup matanya.     

Di saat yang bersamaan, sebuah kekuatan misterius menghantam tubuhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.