Memanggil Pedang Suci

Kebangkitan (3)



Kebangkitan (3)

0Rhode sebenarnya sudah menduga bahwa Compostion Adornment berhubungan dengan ras Behermes Dugaannya semakin kuat setelah melihat apa yang terjadi pada Lapis. Kalau tempat ini memang merupakan peninggalan bersejarah dari ras Behermes, maka wajar jika para cendekiawan Ophenia ingin menggali tempat ini untuk menemukan peninggalan ras tersebut. Dengan mempertimbangkan kemampuan alkimia Keluarga Behermes, para cendekiawan Ophenia itu jelas ingin memperoleh pengetahuan mereka. Namun, Rhode tidak mengerti kenapa dia tidak pernah menemukan Composition Adornment di kota Behermes pada game Dragon Soul Continent? Kenapa senjata itu justru diciptakan oleh sekelompok cendekiawan Ophenia?     
0

Jika Rhode bertanya pada Lapis, dia tidak akan bisa menjawab. Saat ini, Lapis mirip dengan perpustakaan yang baru saja menerima 'sumbangan' beberapa buku tentang berbagai macam pengetahuan. Pertama-tama, Lapis harus membagi pengetahuan tersebut berdasarkan bidangnya, baru dia bisa mulai mencerna pengetahuan tersebut. Untuk saat ini, Rhode berusaha memfokuskan dirinya pada hal yang lebih penting.     

Tempat apa ini?     

Tempat ini sekilas mirip dengan gua bawah tanah biasa. Namun, Gillian tahu bahwa gua ini adalah 'area yang tersihir'. Sebelumnya, dia telah berusaha terbang ke atas untuk menemukan jalan keluar. Namun, setiap Gillian terbang, dia selalu kembali ke tempat semula. Oleh karena itu, dengan pengetahuannya yang luas, Gillian menyimpulkan bahwa gua ini adalah area yang disihir sehingga orang-orang tidak bisa keluar dari area tersebut. Pertarungan mereka dengan Rafah mungkin telah mengaktifkan area ini sehingga mereka terjebak. Kalau begitu, hanya ada satu cara meninggalkan tempat ini.     

"Untuk keluar dari tempat ini, kita harus menemukan titik pusat area ini. Kemudian, kita harus menghancurkan atau menutup titik tersebut."     

Sebagai pemain veteran, Rhode tentu tahu bagaimana caranya keluar dari area yang tersihir seperti ini.     

"Ayo."     

Karena gua bawah tanah ini tersihir, maka mereka pasti bisa menemukan titik pusatnya di sekitar sini. Rhode yakin bahwa mereka bisa meninggalkan tempat ini setelah mereka menemukan titik pusat tersebut. Meskipun demikian, dia merasa agak gelisah. Di tempat ini, dia tidak bisa berkomunikasi dengan Gillian dan Celia melalui telepati. Entah kenapa, Rhode juga tidak bisa memanggil rohnya yang lain di tempat ini. Ini adalah situasi yang sangat aneh bagi Rhode sehingga dia merasa tegang sekaligus sangat waspada. Dia merasa ragu sekaligus penasaran karena di dalam game, Spirit Swordsman jarang tidak mampu memanggil roh-rohnya. Bahkan jika mereka terjebak dalam penjara yang terbuat dari sihir para Mage, para Spirit Swordsman masih bisa memanggil roh-roh mereka. Namun, Rhode mengalami situasi seperti ini sekarang. Dia harus segera mencari tahu apa penyebabnya.     

Di sisi lain, Gillian juga menyadari hal ini. Untungnya, sebagai Kartu Inti, dia bukan sekadar roh yang suci lagi sehingga dia tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut. Gillian juga membuktikan bahwa dia masih bisa menggunakan kekuatannya di dalam area ini.     

-     

Meskipun jalanan gua bawah tanah ini terasa membingungkan, tapi Lapis mengetahui denah tempat ini dengan baik. Tidak seperti biasanya, Lapis kali ini berjalan di depan rombongan sambil menuntun Gillian. Sedangkan Rhode yang berjalan di belakangnya. Berdasarkan pengetahuan yang ia dapatkan dari ruang kontrol utama ras Behermes, Lapis mengetahui seluk beluk tempat ini. Dulu, tempat ini adalah tempat terlarang bagi Keluarga Behermes dan juga merupakan tempat kelahiran mereka. Selain itu, jauh di dalam lubuk hati Lapis, ada suara pelan yang menuntunnya agar melewati jalan yang benar.     

Lapis menjelaskan kondisi tubuhnya saat ini kepada Rhode dan Gillian sambil berjalan. Di saat yang bersamaan, dia juga meminta maaf pada mereka atas sikapnya yang 'kasar dan bodoh'. Bagaimanapun juga, Lapis telah menyembunyikan identitas aslinya dari Rhode. Oleh karena itu mereka sekarang ikut terlibat dalam masalahnya. Namun, Lapis lega karena Rhode sepertinya tidak keberatan dengan hal tersebut.     

Walaupun sudah berjalan cukup lama, mereka masih belum menemukan ujung dari gua bawah tanah yang gelap itu. Lapis yang dulu pasti akan merasa gelisah jika dihadapkan pada situasi yang sama. Namun, dia berjalan dengan penuh percaya diri karena pengetahuan dan informasi yang ada di dalam kepalanya. Meskipun demikian, Lapis sedang memikirkan hal yang lain saat ini.     

Ketua…     

Lapis menyentuh bibirnya dengan lembut. Dia merasa bahwa wajahnya menjadi panas. Ya Tuhan, ini pertama kalinya dia merasa senang seperti ini. Di sisi lain, Lapis juga menyesal karena telah menampar Rhode. Saat itu, dia menamparnya berdasarkan insting saja. Sebenarnya, dia sama sekali tidak berniat untuk menamparnya. Walaupun dia terkejut dengan ciuman Rhode yang mendadak, Lapis sadar bahwa dia tidak memiliki sedikitpun amarah di dalam hatinya. Sebaliknya, setiap dia mengingat ciuman tersebut, entah kenapa dia merasa jantungnya berdebar-debar. Wajahnya terasa panas. Dia bisa merasakan sensasi yang luar biasa dari ciuman tersebut di bibirnya.     

Ah, apa yang kupikirkan?     

Lapis tiba-tiba tersadar dari lamunannya. Dia segera menggeleng untuk menyingkirkan pikiran tersebut. Namun, hal itu lebih sulit dari dugaannya. Setiap kali dia melihat Rhode atau mendengar suaranya, Lapis akan kembali teringat dengan ciuman tersebut.     

Jadi…ini rasanya dicium?     

Sekujur tubuh Lapis terasa lemas ketika dia mengingat ciumannya dengan Rhode. Saat itu, dia merasa seakan-akan nyawanya telah keluar dari tubuhnya. Pikirannya terasa kosong. Lapis harap bahwa perasaan yang nyaman dan menyenangkan ini akan bertahan di dalam hatinya selamanya .     

"Kamu memang keterlaluan, Tuanku."     

Sambil memandang punggung Lapis, Gillian berbisik pelan.     

"Aku bisa melihat bahwa Lapis masih belum benar-benar sadar saat ini. Bagaimanapun juga, Tuanku telah 'mencuri' ciuman pertamanya?"     

"Aku kan sudah meminta maaf. Lagipula, dia sudah menamparku. Jadi kurasa sekarang kita impas."     

Rhode membalas kritikan Gillian dengan santai.     

"Apa lagi yang harus ku lakukan, Gillian? Menikahi Lapis? Dan seingatku, bukankah kau juga mencuri ciuman pertamaku? Hati-hati. Mungkin aku akan menuntutmu nanti."     

"Oh, ayolah, Tuanku. Kau tahu sendiri bahwa itu bukanlah ciuman pertamamu."     

Gillian membalas perkataan Rhode sambil melambaikan ekornya.     

"Lagipula, tubuhku adalah milikmu sepenuhnya, Tuanku. Apa lagi yang kau inginkan dariku? Kau terlalu serakah."     

Gillian tertawa nakal sambil menatap Lapis. Kemudian dia menoleh pada Rhode dan menyipitkan matanya.     

"Tapi kalau dipikir-pikir lagi, reaksi Lapis benar-benar menarik. Sepertinya dia tidak membencimu, Tuanku. Kau mungkin bisa mengajaknya tidur bersamamu suatu hari nanti! Seperti pepatah yang mengatakan…'Taklukkan seorang wanita dan kau bisa menaklukkan dunia'. Tuanku harus memamerkan kejantanan untuk bisa menaklukkan dunia ini!"     

"Aku tidak pernah mendengar pepatah itu."     

Rhode mengerutkan alisnya saat mendengar ucapan Gillian. Ketika dia ingin membantah perkataan Gillian, dia menyerah.     

Di sisi lain, Rhode mengakui bahwa dia tidak membenci Lapis. Walaupun dia tidak secantik Gillian, Lapis adalah gadis yang manis dan polos. Oleh karena itu, Rhode 'bersedia' menciumnya. Tapi mengajaknya bersetubuh? Itu adalah masalah yang berbeda. Walaupun sebenarnya Rhode tidak keberatan, karena dia sudah pernah melakukannya berkali-kali dengan lawan jenis. Namun, sama seperti Anne, Rhode memilih untuk mengambil 'jalan aman'….     

Ketika Rhode dan Gillian sibuk mengobrol di belakang, Lapis tiba-tiba berhenti berjalan. Dia menatap terowongan dengan ragu. Beberapa saat kemudian, dia berbicara.     

"Aku-Aku rasa titik pusatnya ada di depan."     

"Oh?"     

Rhode mendongak ketika mendengar ucapan Lapis. Dia sadar bahwa mereka telah sampai pada ujung gua. Rhode mendadak menjadi waspada.     

Saat ini, ada sebuah pintu besi besar yang siap dimasuki di hadapan mereka.     

"Lapis, tetaplah di belakangku."     

Rhode menghunus pedangnya dan melindungi Lapis dari depan. Walaupun Lapis telah mendapatkan Composition Adornment saat ini, dia menjelaskan bahwa saat ini dia belum mengetahui cara menggunakannya. Dalam situasi yang aneh sekaligus berbahaya ini, musuh bisa saja menyerang mereka dari mana saja dan kapan saja. Oleh karena itu, tempat ini bukanlah tempat yang tepat untuk melatih skill dan penggunaan senjata. Rhode harus tetap melindunginya untuk saat ini.     

Sementara itu, muka Lapis merona merah saat dia bersembunyi di belakang punggung Rhode. Kemudian dia mengulurkan tangan dan memegang ujung pakaiannya. Dengan perlindungan Rhode, Lapis merasa sangat aman.     

Di saat yang bersamaan, dia tidak menyadari tatapan Gillian yang terlihat menggoda.     

"Hati-hati. Bersiaplah untuk bertarung."     

Setelah memberikan peringatan kepada mereka berdua, Rhode berjalan ke depan dengan pelan. Dia mencengkram pegangan pintu besi tersebut dan menarik napas dalam-dalam.     

Rhode mendorong pintu itu dan membukanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.