Memanggil Pedang Suci

Roh-Roh di Hujan Malam Hari



Roh-Roh di Hujan Malam Hari

0Apa yang terjadi?     
0

Semua orang menoleh saat mendengar jeritan Anne termasuk Rhode.     

"Ada apa Anne?"     

"Ketua. Anak ini. Dia…"     

Anne menunjuk gadis di depannya sambil tergagap. Sementara itu, Lize dan Marlene tidak bisa menahan rasa penasaran mereka dan menyingkap jubah gadis itu. Wajah Lize dan Marlene berubah saat melihat apa yang ada di balik jubah itu. Akhirnya, mereka mengerti kenapa Anne menjerit.     

"Benar-benar keterlaluan!"     

Marlene berdiri dengan penuh amarah dan Lize terlihat syok berat.     

"Ini…Ini…."     

Dengan bantuan penerangan api unggun, Rhode juga akhirnya bisa melihat wajah gadis itu dari dekat. Dia juga merasa agak terkejut.     

Sebagian besar wajahnya tertutup. Rambutnya yang berwarna ungu gelap menutupi dahi dan mata kanannya. Sebuah topeng yang terbuat dari kulit menutupi hampir seluruh wajahnya. Topeng itu melilit kepala gadis tersebut dan terikat dengan erat oleh tali-tali kulit di bagian belakang kepalanya. Di balik topeng itu, juga ada beberapa lubang kecil yang membantunya bernafas. Selain itu, bagian bawah topeng tersebut terhubung dengan kerah kaku yang mengelilingi leher gadis itu. Kerah tersebut dirantai dengan sebuah kunci untuk mencegah orang lain membuka topeng itu.     

Apakah ini adalah model penyiksaan terbaru?     

Rhode mengerutkan keningnya. Akhirnya Rhode paham mengapa Lize, Marlene dan Anne bereaksi seperti itu. Lagipula, orang waras macam apa yang tidak merasa marah saat melihat seorang anak kecil disiksa dengan cara begini?     

"Ada apa?"     

"Jahat sekali! Bajingan macam apa yang tega berbuat seperti ini?!"     

Saat itu, anggota Starlight lainnya ikut berkumpul di sekitar gadis itu. Mereka semua terkejut saat melihat penampilan gadis itu. Mereka tidak tahu harus mengatakan apa. Shauna mengerutkan keningnya dan menoleh pada Randolf.     

"Randolf, ambilkan sebilah belati! Kita akan berusaha melepaskan topeng itu."     

"Baik."     

Mendengar perintah Shauna, Randolf mengangguk. Tapi sebelum dia mengambil belati tersebut, gadis itu tiba-tiba menahan ujung baju Randolf dan melambai-lambaikan tangannya dengan panik. Kemudian, dia menunjuk ke arah topengnya dan menggeleng.     

"Apa maksudmu?"     

Melihat tingkah laku gadis itu yang terlihat aneh, mereka semua bingung harus berbuat apa.     

"Apakah maksudmu….topeng ini…tidak boleh dibuka?"     

"…"     

Gadis itu mengangguk dengan penuh semangat. Kemudian, dia kembali menunjuk topengnya dan menggeleng. Karena terkejut, nafasnya mulai terengah-engah dan dia mulai terbatuk. Gadis itu membungkukkan badan dan menutupi mulutnya dengan satu tangan sambil terbatuk dengan keras. Seluruh tubuhnya gemetar.     

"Sini."     

Lize segera menghampirinya dan memeluk tangan gadis itu. Sesaat kemudian, cahaya putih terang mulai menerangi tubuh gadis tersebut. Gadis itu pun mulai tenang dan menatap Lize dengan wajah yang berterima kasih. Kemudian, dia melirik semua orang yang ada di sekitarnya. Mata gadis itu melebar ketika dia melihat Rhode. Tubuhnya bergerak sedikit seakan-akan ingin mengatakan sesuatu. Tetapi, dia terjatuh ke dalam pelukan Lize dan menutup matanya.     

"Bagaimana keadaannya?"     

Marlene bertanya dengan khawatir. Lize hanya menggeleng dan menghela napas saat mendengar pertanyaan Marlene.     

"Dia baik-baik saja. Mungkin hanya kelelahan. Lebih baik kita biarkan dia beristirahat. Hanya saja…"     

Suara Lize menghilang saat dia menatap gadis kecil itu.     

"Saat aku menggunakan sihir penyembuhanku barusan, aku menyadari bahwa tubuhnya sangat lemah. Sepertinya gadis ini belum makan sama sekali selama beberapa hari...Selain itu, dia juga terjangkit sebuah penyakit yang mematikan yang tidak akan bisa disembuhkan dalam waktu dekat."     

"Lalu kenapa dia tidak beristirahat dalam kondisi seperti ini?"     

Anne bertanya, dia merasa tidak percaya. Tidak hanya Anne, semua orang di gua tersebut juga memikirkan hal yang sama. Seharusnya, orang sakit beristirahat untuk memulihkan diri. Apapun alasannya, mereka tidak boleh memaksakan diri untuk bekerja apalagi di bawah cuaca yang buruk seperti ini. Selain itu, topeng yang terpasang di wajahnya juga mencurigakan. Kalau itu dipasang untuk menutup lukanya, topeng tersebut tidak seharusnya menutupi mulut dan hidungnya. Saat ini, di mata mereka, topeng tersebut lebih terlihat sebagai bentuk sebuah 'hukuman'. Demi Tuhan, dia hanyalah seorang gadis kecil. Apa yang telah dia lakukan sehingga menerima nasib seperti ini?     

"Itu bukanlah hal yang harus kita khawatirkan sekarang."     

Rhode akhirnya berbicara.     

"Shauna, buatlah api unggun tambahan dan rebuslah air panas. Lize, Marlene, Anne, kalian bertugas mengurus gadis ini. Dengan air yang direbus Shauna, tolong seka tubuh gadis itu. Dia tidak akan bisa tidur dengan tenang dalam keadaan basah akibat hujan seperti itu. Sedangkan untuk domba-dombanya…Aku akan menyuruh orang lain untuk mengurusnya. Kurasa hewan-hewan itu tidak akan membuat masalah. Shauna, aku akan menyuruh Walker menggantikan tugas jagamu. Khusus malam ini, kau sebaiknya dampingi gadis itu. Sedangkan yang lainnya,… kalian lebih baik segera beristirahat."     

Tidak ada orang yang membantah perintah Rhode. Mereka semua segera membubarkan diri dan kembali ke tempat masing-masing. Walker menggantikan Shauna sebagai penjaga dan prajurit-prajurit bayaran lainnya mulai saling mengobrol dengan pelan sebelum tidur.     

Marlene menuntun Lize dan Anne menuju api unggun yang lain di dalam gua untuk membersihkan tubuh gadis itu dengan air hangat. Tidak hanya itu, Marlene bahkan membuat sebuah dinding pasir dengan sihirnya sebagai penghalang untuk menutupi mereka.     

-     

Ketika mereka selesai merawat gadis itu, malam sudah larut.     

Setelah dirawat, gadis itu tertidur dengan nyenyak. Marlene dan Anne berbaring di dekatnya dengan mata yang terpejam. Mereka berdua merasa lelah setelah melalui hari yang panjang. Shauna duduk di samping gadis-gadis itu sambil menatap api unggun yang ada di hadapannya.     

"Tuan Rhode, apakah kau belum tidur?"     

Rhode membalikkan badan dan melihat Lize yang berdiri di belakangnya. Dia memegang jubah gadis itu dan ingin mengeringkannya.     

"Aku akan tidur sebentar lagi. Bagaimana keadaan gadis itu?"     

"Lebih buruk dari bayanganmu…"     

Lize mengerutkan keningnya. Saat membersihkan tubuhnya, Lize menemukan banyak luka memar yang di tubuh gadis tersebut. Dia tahu bahwa itu adalah luka memar bekas pukulan dan hantaman benda keras. Marlene, Lize dan Anne tidak bisa membayangkan seberapa kejamnya orang yang menyiksa gadis itu. Bahkan Marlene yang biasanya terlihat tenang dan berwibawa tidak bisa menahan amarahnya dan bersumpah membakar hidup-hidup siapapun orang yang berani melakukan hal tersebut.     

"Kondisi tubuhnya benar-benar buruk. Dan…kelihatannnya penyakit gadis itu susah disembuhkan. Aku sudah berusaha sebaik mungkin, tapi sia-sia saja…"     

"Begitu…"     

Rhode mengangguk dan menepuk pundak Lize dengan ringan.     

"Lebih baik kau juga beristirahat. Kita akan sampai di desa High Cliff besok. Gadis itu mungkin adalah salah satu penduduknya…."     

Meskipun dia berkata demikian, Rhode sebenarnya merasa tidak yakin. Dia tidak mengingat apakah ada NPC yang mirip dengan gadis itu di desa tersebut. Penampilannya terlihat mencolok dan dia tidak mungkin bisa melupakannya. Rhode mencoba mengingat kembali semua misi yang dia selesaikan di desa High Cliff, namun dia tetap tidak bisa mengingat apapun.     

Apakah dia adalah salah satu NPC yang dimasukkan pada versi beta game (masa percobaan sebuah game, dimana pengembang akan merilis versi awal dari sebuah game kepada sejumlah pemain tertentu untuk mengetes game tersebut)? Biasanya pengembang memang mengubah NPC-NPC di dalam game saat merilis versi akhir game tersebut. Jika gadis ini adalah salah satu NPC yang dihapus pada versi beta, tidak mungkin dia bisa ditemui oleh para pemain. Tapi seingat Rhode, desa High Cliff seharusnya belum bisa diakses oleh para pemain pada versi beta.     

Ataukah ada yang tidak beres?     

"Aku mengerti, Tuan Rhode?"     

Lize mengangguk. Kemudian, setelah merasa ragu, Lize berbicara kepada Rhode.     

"Tapi aku terkejut, Tuan Rhode…Aku tidak menyangka bahwa kau punya pengetahuan-pengetahuan seperti itu."     

"Yah, bisa dibilang aku pernah menangani masalah yang mirip sebelumnya. Jadi aku sudah terbiasa sekarang."     

Rhode membalas perkataan Lize dengan santai. Tapi kemudian dia mengerutkan keningnya.     

"Tapi itu dulu sekali…"     

Rhode menghela napas dan mengalihkan pandangannya ke arah mulut gua.     

Hujan di luar semakin deras.     

"…Sebaiknya kau juga beristirahat, Lize."     

"Ya, Tuan Rhode."     

Mendengar jawaban Rhode, Lize terpaku sejenak. Lize menangkap sekilas kerinduan di mata Rhode. Tapi dia tidak bertanya lebih jauh. Lize hanya mengangguk dan meninggalkan Rhode tanpa mengatakan apapun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.