Memanggil Pedang Suci

Akhir yang Tidak Sempurna



Akhir yang Tidak Sempurna

0Ketika energi spiritual itu telah mencapai puncaknya,Rhode mengayunkan pedang Blood Tears ke bawah. Para prajurit bayaran yang dililit oleh Tentakel Kegelapan hanya bisa panik saat melihat serangan Rhode dan menunggu kematian. Tidak peduli seberapa kerasnya mereka meronta, mereka tetap tidak bisa melepaskan diri dari cengkraman Tentakel Kegelapan. Kemudian, suasana di ruangan itu seketika menjadi hening. Ketika tebasan cahaya Rhode menghabisi musuh-musuhnya, mayat-mayat para prajurit bayaran tersebut jatuh satu per satu.     
0

Carmen menahan napas ketika menatap hal yang mengerikan itu. Saat ini, dia putus asa sekaligus menyesal.     

Bagaimana bisa hal ini terjadi?     

Kenapa semuanya menjadi seperti ini?     

Kenapa nasibnya begini?     

Pertanyaan-pertanyaan itu berputar dalam benak Carmen. Tapi apa gunanya menyesal sekarang? Dia telah gagal melaksanakan misinya. Tempat ini akan menjadi kuburannya.     

Itulah yang ada dalam pikiran Carmen terakhir kali. Kemudian, sebuah cahaya keemasan yang terang menusuk dan merobek tubuhnya.     

Rhode menghela napas lega.     

Dia merasa agak pusing ketika menurunkan pedangnya. Rhode telah menggunakan semua energinya untuk melancarkan serangan. Saat ini, dia menggunakan cadangan kekuatan jiwanya untuk mempertahankan keberadaan roh-rohnya. Meskipun demikian, Rhode lega karena dia bisa menghabisi semua musuhnya.     

Atau benar begitu?     

Tiba-tiba, cahaya keemasan yang terang melesat menuju Rhode.     

Tubuh Rhode tiba-tiba tegang. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat ke depan. Saat itu, dia melihat panah yang diselubungi oleh cahaya keemasan melesat ke dadanya. Dan sesaat kemudian, panah itu berada tepat di depan dadanya.     

Rhode merasa bulu kuduknya berdiri.     

Waktu seakan-akan telah terhenti. Dia menatap panah yang melayang ke dadanya.     

Meskipun demikian, Rhode tidak merasa panik.     

Menuruti instingnya, Rhode segera mengangkat pedang Blood Tears di depannya. Di saat yang bersamaan, dia mengulurkan tangan kirinya untuk memunculkan kartu hitam di dadanya.     

Sosok Ksatria Centaur menghilang dalam sekejap dan muncul lagi di hadapan Rhode. Dalam waktu satu detik, Rhode berhasil melakukan semua ini menurut instingnya.     

Dan akhirnya, panah emas itu menembus Ksatria Centaur dan membentur pedang Blood Tears.     

"!!!"     

Rhode merasa tubuhnya bergetar hebat seakan-akan ada tangan raksasa yang sedang menggoyang-goyangkan tubuhnya. Semuanya menjadi putih. Di satu titik, Rhode bahkan berpikir bahwa dia sudah mati. Dia tidak bisa merasakan apa-apa. Yang bisa dia lakukan hanyalah memegang pedang Blood Tears yang ada di depannya sekuat tenaga. Kemudian, dia kehilangan kesadaran.     

-     

Setelah beberapa saat, Rhode kembali sadar.     

Pandangannya yang semula kabur mulai jelas kembali. Tidak lama kemudian, dia melihat langit-langit dari Mystery Hall. Rhode menyadari bahwa ruangan yang semula terlihat indah dan mistik telah hancur berantakan. Rune-rune misterius yang terukir di dinding telah hilang dan berubah menjadi puing-puing.     

Apa yang terjadi?     

Rhode menggeleng dan berusaha untuk berdiri. Dia mengerang dan kembali terduduk. Dia merasakan sakit yang menusuk dadanya. Beberapa tulang rusuknya sepertinya patah.     

Tidak hanya itu, dia melihat bahwa tangan kanannya terkilir. Pakaiannya terlihat sobek dan kotor. Kulitnya terkupas mulai dari ujung jari hingga siku dan memperlihatkan daging serta darah yang ada di baliknya.     

Ketika Rhode mengamati kondisi sekelilingnya, dia terkejut ketika menyadari bahwa dia tidak terbaring di tanah. Sebaliknya, dia menempel ke dinding. Hal ini membuat Rhode merasa agak takut. Sepertinya efek ledakan tadi telah melemparkan tubuhnya ke arah dinding. Tubuhnya pasti sudah hancur lebur jika dia hanya manusia biasa. Untungnya, karena ras campuran, Rhode memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada manusia biasa.     

Mayat-mayat tersebar di mana-mana. Tidak ada satupun yang berhasil selamat. Rhode dapat melihat Anne yang terbaring di ujung ruangan, dadanya terlihat naik turun. Sepertinya dia masih hidup, walaupun kehilangan kesadaran. Celia dan Ksatria Centaur telah menghilang ketika Rhode kehilangan kesadarannya.     

Apa yang terjadi?     

Rhode tidak habis pikir. Dia melirik pinggangnya dan merasa lega karena spatial bagnya selamat. Meskipun demikian, dia masih tidak bisa menebak apa yang terjadi di sini. Menurut apa yang diketahuinya, tidak ada prajurit bayaran kelompok Diamond yang bertahan hidup dari serangannya. Lalu siapa yang menyerang dirinya? Dia sempat berpikir bahwa prajurit bayaran lain menyerangnya dengan peralatan magis. Namun, kemungkinan ini terlalu kecil. Dia memastikan bahwa tidak ada prajurit bayaran lain di sekitar sini yang masih hidup dan Sphere of Mystery juga masih aman di dalam spatial bagnya.     

Kalau begitu, apakah dia memasang perangkap di sini?     

Rhode menggeleng dan membuang pikiran itu jauh-jauh. Gagasan itu terdengar tidak masuk akal, karena dia mengenal tempat ini dengan baik dan dia yakin bahwa tidak ada jebakan di sini. Selain itu, kalau memang benar ada jebakan, kenapa tidak terjadi apa-apa ketika dia mengambil Sphere of Mystery? Kenapa jebakan itu justru aktif ketika dia baru menghabisi seluruh anggota kelompok prajurit bayaran Diamond?     

Satu-satunya kemungkinan yang terpikirkan oleh Rhode adalah ada seseorang yang sedang membuntutinya dan menunggu kesempatan emas untuk membunuhnya. Inilah kemungkinan yang paling masuk akal karena Rhode selalu waspada dan tidak mendeteksi ada seseorang yang mengikutinya. Jika orang itu bisa menghindari deteksi Rhode, berarti dia lebih kuat darinya. Rhode cukup beruntung bisa bertahan hidup dari serangan orang itu.     

Meskipun demikian, Rhode merasa bahwa musuhnya tidak benar-benar berniat untuk membunuhnya. Jika dia serius, dia pasti sudah mati.     

Lalu apa tujuannya?     

Setelah memikirkannya sejenak, Rhode menggeleng dan memutuskan untuk mengesampingkan hal ini terlebih dahulu. Tidak ada gunanya memikirkan hal yang tidak ia ketahui jawabannya. Saat itu, Rhode tiba-tiba mendengar suara Anne. Anne berdiri dan penampilannya terlihat agak berantakan.     

"Argh…apa-apaan ledakan tadi…" Dia menggeleng dan agak terhuyung-huyung. Kemudian dia melirik Rhode. "Ah! Ketua!!"     

Anne, yang telah tersadar, segera menghampiri Rhode dengan wajah yang terkejut.     

"Apakah kau baik-baik saja?!" Anne bertanya dengan panik.     

Selama ini, dia belum pernah melihat Rhode terluka. Oleh karena itu, Anne menjadi panik. Meskipun demikian, Anne segera mengangkat perisainya dan melindungi Rhode dari depan. Kemudian, dia mengamati keadaan sekelilingnya dengan perasaan waswas.     

"Tidak ada siapa-siapa di sekitar sini. Ku pikir kita aman."     

Rhode memberitahu Anne sambil mengamati keadaan sekelilingnya.     

Beberapa saat kemudian, luka Rhode mulai membaik dan dia bisa berjalan lagi. Kemudian Rhode berjalan terhuyung-huyung ke tengah ruangan. Setelah berpikir sejenak, dia kembali menggelengkan kepalanya. Dia tidak tahu apa yang terjadi namun Rhode yakin bahwa mereka berdua aman saat ini.     

"Ayo, Anne. Jangan lupa pungut setiap barang jarahan yang kau temukan selama perjalanan pulang."     

Beberapa saat kemudian, Anne dan Rhode hilang dari Hall of Mystery. Tempat itu pun hening tanpa kehadiran mereka.     

Dan tiba-tiba, sebuah cahaya terang bersinar entah darimana asalnya.     

"Aku masih tidak paham, Nona Muda. Kenapa kau tiba-tiba menyerang pemuda itu?"     

Seorang pria tua muncul dan bertanya dengan penuh rasa penasaran sambil mengelus jenggot putihnya.     

"Karena aku mendapatkan dorongan untuk menyerangnya."     

Seorang gadis malaikat ikut muncul di samping pria itu sambil tertawa. Dia berjalan menghindari mayat-mayat di bawah kakinya dengan elegan seakan-akan sedang berdansa. Wajahnya dihiasi dengan senyuman yang lebar.     

"Kecantikan sejati bisa dilihat dari seberapa lama mereka bisa bertahan hidup. Kelemahan tidak bisa bersanding dengan keindahan. Dan untuk menjawab pertanyaanmu, aku menyerangnya karena aku mendapat dorongan untuk melihat apakah permata indah itu bisa melewati ujianku."     

"Hahhh…"     

Pria itu menghela napas sambil menepuk dahinya dengan tangan kanan.     

"Jadi kau menggunakan 'Holy Arrow' untuknya? Nona muda, bukannya aku mau ikut campur. Tapi jika Tuan Rhode adalah manusia biasa, dia pasti sudah hancur berkeping-keping…Jika Rhode juga….apa niatmu sebenarnya?"     

"Aku tahu itu, Tuan Amund."     

Gadis malaikat itu tertawa nakal dan memutar tubuhnya dengan anggun sebelum melompat ke tengah ruangan.     

"Tapi sungguh sayang jika dia tidak bisa melewati ujianku. Walaupun aku tidak ingin kehilangan koleksi berhargaku…tapi setidaknya aku mampu melihat keindahan itu di saat-saat terakhirnya. Itu bukanlah hal yang buruk untukku. Bukan begitu, Tuan Amund?"     

"…"     

Amund hanya terdiam. Dia memegang tongkatnya dan menatap ke tengah ruangan Mystery Hall.     

"Tapi, apa kau yakinmembiarkan mereka merebut Sphere of Mystery dari tempat ini?"     

"Kenapa tidak? Mereka sudah selayaknya mendapat hadiah atas kerja keras mereka."     

Gadis itu berhenti berjalan dan mengamati mayat-mayat yang bertebaran di lantai ruangan. Keningnya agak berkerut dan wajahnya terlihat tidak senang.     

"Setidaknya Tuan Rhode sudah menghukum mereka terlebih dahulu. Orang-orang ini memang pantas dihukum mati atas pengkhianatan mereka. Berani-beraninya mereka mencoba mencuri Sphere of Mystery dan menjualnya ke Negara Cahaya. Tapi berhubung mereka sudah tidak bisa membuat kekacauan lain, maka aku tidak akan mengeluh."     

Gadis itu bersenandung dengan pelan. Sesaat kemudian, kobaran api suci tiba-tiba keluar dari bawah kakinya. Dalam sekejap, Mystery Hall diselimuti oleh api suci. Dan ketika api itu menghilang, tidak ada satupun mayat yang tersisa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.