Memanggil Pedang Suci

Saran Walker



Saran Walker

0"Apa yang kau lakukan, Tuan?"     
0

Wanita itu sama sekali tidak terkejut ketika Rhode tiba-tiba menahan pergelangan tangannya. Ketika Rhode melihat wanita itu tersenyum, dia menyipitkan mata dan mempererat pegangannya.     

"Oh…jadi kau menyadari bahwa aku adalah 'Tuan'?"     

"Ya…tentu saja, Tuan."     

Ketika Rhode mempererat pegangan tangannya, wanita itu mulai terlihat kesakitan dan senyumnya berubah menjadi senyum terpaksa. Untuk meringankan rasa sakit, dia menyandarkan tubuhnya pada Rhode sambil menonjolkan dadanya. Dadanya yang putih dan besar menonjol terlihat dari celah kecil di antara kerahnya. Namun, perhatian Rhode justru tertuju kepada kalung gading perak yang tergantung di leher wanita tersebut.     

Wanita itu berusaha melepaskan diri dari pegangan Rhode sambil berkata, "Aku hanya ingin melihat gadis kecil ini dari dekat. Dia manis sekali."     

Dia menoleh lagi pada Christie tapi dia tidak berusaha mendekat ke arahnya. Sebaliknya, dia melangkah mundur. Wajahnya terlihat marah dengan perlakuan Rhode yang kasar. Tapi ekspresi itu segera menghilang dalam sekejap. Kemudian, wanita itu mengangkat bahunya sambil tertawa dengan pelan.     

"Kau tidak perlu tegang, Tuan. Aku hanya wanita biasa. Itu bukanlah perlakuan yang pantas untuk seorang wanita. Tapi ku akui aku juga sedikit kasar, jadi…aku akan segera pergi."     

Wanita itu pun tersenyum kecil dan mengangguk ke arah Christie. Kemudian, dia menjauhi mereka berdua. Rhode menatap sosoknya yang menjauh dan menundukkan kepalanya. Dia sadar bahwa wanita itu menyelipkan sebuah kertas ke tangannya. Setelah itu, dia kembali menoleh pada Christie sambil tersenyum dengan ramah.     

"Apakah kau ingin mengunjungi tempat lain, Christie?"     

-     

Hari sudah sore saat Rhode dan Christie akhirnya kembali ke markas.     

Mereka jarang bisa bersantai seperti ini. Christie menghabiskan waktunya untuk beristirahat di kamar dan jarang keluar. Kalaupun dia keluar, Christie biasanya hanya keluar ke taman markas. Sedangkan Rhode menghabiskan waktu untuk mengurus kelompok prajurit bayarannya sekaligus mengerjakan berbagai misi. Oleh karena itu, acara jalan-jalan ini adalah kesempatan untuk bersantai dari rutinitas mereka sehari-hari. Namun, dibandingkan dengan Christie yang terlihat bersemangat, Rhode terlihat agak lelah. Sebagai lelaki, dia merasa sangat bosan berbelanja. Tapi, bagi Christie yang merupakan seorang gadis, berbelanja adalah hobi.     

Tapi, Rhode segera kembali ke markas agar Christie tidak jatuh sakit. Walaupun dia merasa senang, tubuh Christie masih belum cukup kuat untuk berjalan-jalan dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, dia tidak punya pilihan lain selain pulang dan beristirahat.     

Setelah mengantarkan Christie kembali ke kamarnya, Rhode berjalan menuju ruang santai di lantai pertama untuk beristirahat. Setelah menghabiskan waktu seharian untuk berbelanja, Rhode merasa lelah secara mental, sedangkan Christie merasa lelah secara fisik. Sebagai seorang lelaki, dia tidak paham mengapa hasrat wanita untuk berbelanja begitu menggebu-gebu.     

Ketika Rhode memasuki ruang santai, ada orang lain di sana.     

"Yo, Nak."     

Walker sedang duduk di meja yang bersebelahan dengan jendela. Dia melambaikan tangan kepada Rhode.     

"Kau sudah kembali, eh?"     

"Ya."     

Rhode mengamati ruangan tersebut. Dulu, ruangan ini adalah ruang rekreasi bagi para bangsawan, tapi ruangan ini sekarang hanya diisi oleh beberapa meja dan juga beberapa gentong anggur di pojok ruangan. Sebagian besar prajurit bayaran sedang keluar sehingga ruangan ini hampir kosong.     

"…Aku tidak menyangka bahwa kelompok kita akhirnya mampu berkembang pesat seperti ini. Saat ini, sudah cukup banyak prajurit bayaran yang bergabung dalam kelompok ini…"     

Walker meneguk minumannya dan menatap ke luar jendela.     

"Saat itu, ketika kau dan Lize mengundangku untuk bergabung dalam kelompok ini, banyak prajurit bayaran yang mencemooh kalian berdua. Heh…kelompok yang hanya berisikan tiga orang? Bisa apa mereka?" Walker tertawa. "Dulu aku juga berpikiran begitu. Aku juga berharap bahwa kau akan gagal. Ah, tapi sayang…kau telah mengecewakanku…"     

Suara Walker perlahan-lahan menghilang dan dia mengangkat gelas anggurnya.     

"Nak, sebenarnya apa tujuanmu? Aku telah menjadi prajurit bayaran dalam waktu yang lama. Aku telah bertemu dengan macam-macam orang. Orang sehebat dirimu pasti memiliki aspirasi yang tinggi dan tujuan yang mulia. Ayolah, tidak mungkin kau membangun kelompok ini hanya untuk mencari kesenangan dalam berpetualang, kan?"     

"…"     

Rhode tidak menjawab. Dia hanya mengangkat bahunya.     

"Tentu saja aku memiliki rencana tersendiri, Pak Tua."     

"Yang kau perlu lakukan hanyalah diam dan lihat. Lagipula, kau sudah tua. Jadi kau lebih baik tidak usah banyak bergerak, kan?" Rhode menyeringai.     

"Tch."     

Walker mendecakkan lidahnya ketika mendengar ucapan Rhode yang mengejeknya. Tapi wajahnya kemudian berubah menjadi serius.     

"…Aku tidak peduli apa tujuanmu. Tapi kau harus mempersiapkan mental karena tidak semua orang yang ada di sini akan bertindak sama sepertimu. Jika ambisimu terlalu besar bagi mereka, hal itu hanya akan membuat mereka semakin tertekan. Ku harap kau bisa mengingat hal ini. Bagaimanapun juga, kita juga manusia yang memiliki batas."     

Wajah Walker terlihat muram. Dia menundukkan kepalanya sambil menghela napas. Kemudian, dia berdiri dan berjalan menuju gentong-gentong anggur yang ada di pojok ruangan. Rhode menatap Walker sambil terdiam.     

"Aku pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya."     

Saat mengisi gelas anggurnya, Walker melanjutkan ucapannya.     

"Waktu itu, aku masih muda dan penuh dengan semangat. Aku berpikir bahwa aku bisa mendapatkan segalanya. Tidak ada yang bisa menghentikanku. Saat merasa tidak puas, aku pun terus berusaha meningkatkan kekuatan kelompokku." Walker berbicara dengan wajah yang sayu. Dia menatap langit-langit dan terus berbicara. "Kejayaan kelompok kita akan menjadi legenda yang akan diceritakan turun temurun. Kita akan menjadi lebih kaya dari para raja. Bahkan para Bard akan menyanyikan lagu tentang kita."     

"Begitulah pikiranku dan teman-temanku pada saat itu. Sayangnya, kenyataannya berbeda. Tidak semua orang tertarik untuk mewujudkan ambisiku. Mereka tidak peduli dengan uang ataupun ketenaran. Mereka tidak tertarik mengambil resiko dengan menjalankan berbagai petualangan berbahaya demi melindungi umat manusia. Mereka tidak berani berhadapan dengan kematian. Bagaimana jika mereka mati begitu saja tanpa meraih pencapaian apapun? Atau lebih buruk lagi, bagaimana kalau mereka mati dan hidup kembali sebagai mayat hidup? Oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk hidup nyaman dan memperoleh uang seadanya. Dulu aku merasa dikhianati tapi sekarang rasanya aku yang terlalu konyol pada saat itu…"     

Walker tersenyum pahit.     

Rhode terdiam setelah mendengar ucapannya. Dia tidak pernah mempertimbangkan hal ini sebelumnya, namun sekarang kata-kata Walker membuat Rhode merenungkan hal tersebut.     

Bagaimana masa depan kelompok ini?     

Jika semuanya berjalan dengan lancar sesuai rencana, maka kelompok Rhode akan menjadi guild setelah Festival Pertengahan Musim Panas berakhir. Lize dan Anne telah bekerja keras demi mencapai tujuan tersebut. Itu adalah salah satu mimpi terbesar para prajurit bayaran. Tapi apa yang akan mereka lakukan setelah itu? Apakah mereka hanya akan bermalas-malasan setelah mencapai tujuan mereka?     

Rhode tentu tidak ingin hal itu terjadi. Menurutnya, mengubah status kelompoknya sebagai guild hanyalah permulaan. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan teritori pribadi. Kemudian, Rhode akan membangun pasukan yang cukup kuat untuk melawan Negara Cahaya dan Negara Kegelapan serta menghadapi pertempuran-pertempuran selanjutnya. Bagi Rhode, ini bukanlah hal yang sulit dilakukan, karena dia telah menghadapi 'bencana' itu sebelumnya. Dia tentu saja tidak berniat untuk kalah kedua kalinya. Tapi peringatan dari Walker membuat Rhode sadar bahwa dia telah berasumsi ideologi seorang pemain seperti dirinya pastilah mirip dengan ideologi seorang NPC.     

Para pemain biasanya tidak takut melakukan tindakan berbahaya seperti menyelesaikan misi ataupun menaklukan dungeon yang berbahaya. Mereka selalu mengejar berbagai pencapaian seperti menemukan barang atau persenjataan yang langka, meningkatkan status kelompok mereka menjadi guild dan sebagainya. Bahkan memperoleh teritori pribadi adalah salah satu pencapaian terbesar yang ingin diraih oleh para pemain veteran. Tapi, para NPC memiliki motivasi yang sangat berbeda dibandingkan dengan para pemain. Mereka cenderung lebih waspada dan memilih untuk 'bermain aman' ketika melaksanakan berbagai misi karena mereka lebih menghargai nyawa dibandingkan dengan para pemain. Salah satu alasan utamanya adalah karena mereka hanya memiliki 'satu' nyawa, sedangkan para pemain bisa dihidupkan kembali di dalam game.     

Rhode mengetahui masa lalu Walker dari penjelasan dalam game, tapi itu hanyalah informasi umum. Rhode mengira bahwa Walker putus asa karena cedera yang dialaminya. Tapi setelah mendengar cerita Walker, Rhode mulai menduga bahwa penyebab sebenarnya adalah karena Walker merasa sangat kecewa dengan teman-teman seperjuangannya.     

Dia menggunakan ambisinya untuk memotivasi teman-temannya, namun teman-teman Walker nampaknya tidak tertarik dengan hal-hal tersebut. Di sisi lain, Rhode berusaha menarik para prajurit bayaran ke dalam kelompoknya dengan iming-iming perlengkapan dan kekuatan kelompok yang mumpuni. Apakah metode Rhode akan membuahkan hasil?     

Dia tidak tahu. Namun, Rhode tahu bahwa begitu perang dimulai, tidak akan ada yang bisa kabur darinya. Tapi dia yakin bahwa orang-orang tidak akan mempercayai ceritanya tentang 'masa depan'. Saat ini, para penduduk Kota Deep Stone sudah merasa puas dengan keadaan yang damai seperti ini. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa Negara Cahaya dan Negara Kegelapan akan segera berperang. Kedua negara itu akan mengincar Kerajaan Munn sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan mereka. Rhode tahu bahwa keadaan damai seperti ini tidak akan bertahan lama.     

"Terima kasih atas saranmu, Pak Tua."     

Rhode berdiri saat dia menyadari bahwa dia mungkin kembali mempertimbangkan hal ini.     

"Sama-sama, Nak. Lagipula, itu hanyalah gerutuan orang tua dan hanya itu nasihat yang bisa ku berikan kepadamu. Akhirnya, kau sendiri yang harus memutuskan untuk menurutinya atau tidak. Aku hanya orang tua yang tidak lama lagi akan mati sehingga aku tidak mempedulikan hal tersebut."     

Setelah meminum segelas anggur, Walker juga terlihat lega. Dia menyeka mulutnya dan menatap Rhode yang hendak pergi.     

"Oh, kau mau keluar? Jam segini?"     

"Aku ada urusan di Glorious Star. Katakan pada Marlene dan yang lainnya setelah mereka kembali dari latihan bahwa mereka tidak perlu menungguku malam ini."     

"Glorious Star?"     

Ketika mendengar jawaban Rhode, Walker terkejut. Kemudian dia tersenyum licik.     

"Heheheh, kau sudah tidak tahan lagi, ya Nak? Wanita-wanita di tempat itu benar-benar mempesona. Sebagai seorang pria, wajar saja jika kau ingin pergi ke sana. Itu adalah tempat terbaik di kota Deep Stone. Setiap hari, kau selalu ditemani oleh gadis-gadis cantik, tapi kau hanya bisa melihat mereka. Aku salut kau masih bisa menahan gairahmu selama ini. Tenang saja, aku tidak akan memberitahu mereka kemana kau pergi. Jika Nona Lize atau yang lainnya bertanya, aku hanya akan berkata bahwa kau sedang pergi mengurus sesuatu yang penting."     

Rhode menggelengkan kepalanya saat mendengar kata-kata Walker.     

Meskipun demikian, Walker benar. Rhode memang pergi untuk mengurus sesuatu yang penting.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.