Memanggil Pedang Suci

Ayo Bertarung!



Ayo Bertarung!

0Pria yang menggunakan jubah kamuflase itu berdiri. Wajahnya terlihat muram. Dia mundur beberapa langkah sambil menatap Rhode dengan waspada. Pria itu merasa agak gelisah karena dia tidak menyadari keberadaan Rhode di belakangnya. Di sisi lain, Rhode hanya berdiri dan menatapnya diam-diam.     
0

Kemudian Rhode menyipitkan matanya saat dia menyadari siapa musuhnya.     

Druid.     

Dalam game, para Druid adalah kelompok pecinta lingkungan yang fanatik. Mereka menganggap bahwa satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah menyatu dengan alam. Sebenarnya tidak ada masalah. Namun, cara untuk mewujudkan pandangan hidup mereka terbilang cukup aneh. Druid jarang menggunakan pakaian maupun peralatan yang dibuat oleh manusia. Mereka biasanya mengenakan jubah kamuflase. Mereka menggunakan cakar dan gigi untuk menyerang musuh. Selain itu, mereka bisa memerintah hewan buas dan serangga untuk membantu mereka bertarung. Para Druid menganggap siapapun dan apapun yang berusaha merusak alam sebagai musuh mereka.     

Para penduduk Dragon Soul Continent menganggap bahwa Druid sama dengan bandit meskipun tujuan mereka berbeda. Para bandit bertujuan untuk mencuri uang ataupun menculik wanita untuk dijadikan 'mainan' mereka. Sedangkan Druid sering menyerang pihak-pihak yang dianggap sebagai perusak alam. Mereka ingin membuat manusia-manusia sadar bahwa kekuatan alam adalah kekuatan terbesar dalam dunia ini.     

Beberapa orang menganggap bahwa keberadaan para Druid hanya membuat mereka merasa terganggu.     

Tapi, mereka tidak bisa diremehkan.     

"----!"     

Druid di depan Rhode tiba-tiba meraung. Raungannya tidak terdengar seperti raungan manusia. Dia membungkuk dan merentangkan kedua tangannya ke depan seolah-olah tangannya menjadi cakar hewan buas. Setelah itu, dia mulai mundur perlahan dan mengelilingi Rhode bagaikan seekor serigala yang menunggu kesempatan untuk membunuh mangsanya. Dia mengernyitkan hidungnya sambil mengamati Rhode dengan cermat. Namun, wajahnya terlihat agak bingung. Entah kenapa Rhode tetap tenang ketika membalas tatapan musuhnya. Dia tidak terlihat panik atau takut.     

Dia sepertinya bukan prajurit bayaran sembarangan. Pikir si Druid.     

Druid tersebut kemudian menggertakkan giginya dan meraung pada Rhode.     

Rhode pun mengangkat pedangnya.     

Druid itu menyipitkan matanya ketika melihat pedang Blood Tears sedang dipegang oleh Rhode. Wajahnya terlihat marah sekaligus jijik. Druid seperti dirinya membenci senjata-senjata buatan manusia. Menurut Druid, manusia benar-benar egois sehingga mereka tega mengubah mineral di dalam tanah sesuai dengan kehendak mereka. Yang mereka lakukan adalah dosa yang tidak bisa dimaafkan. Namun, Druid itu berusaha menenangkan dirinya karena masih ada yang harus dia lakukan. Di sisi lain, Rhode mengarahkan pedang Blood Tears pada Druid tersebut sambil berjalan ke arah kiri dengan pelan.     

Kemudian, dia memperlambat gerakannya.     

Di saat yang bersamaan, Druid itu menyadari bahwa dia telah kehilangan targetnya karena Rhode tiba-tiba berubah menjadi sebuah roh ethereal. Druid tersebut mengira bahwa itu hanyalah ilusi yang diciptakan oleh Rhode untuk membuat musuhnya bingung. Tapi dia kemudian merasa bahwa tubuhnya merasa sangat sakit.     

Druid itu pun bingung. Dia menggertakkan giginya untuk menahan rasa sakit. Di sisi lain, rasa sakit yang muncul mendadak itu membuat otaknya jernih. Dia segera menenangkan diri dan menatap Rhode dengan cermat. Namun dia masih tidak bisa menemukan lokasinya. Jantungnya berdetak dengan kencang. Druid itu merasakan gelombang adrenalin yang melewati tubuhnya. Udara di sekitarnya terasa berat sehingga dia merasa sesak. Otot-ototnya tegang seolah-olah sedang mengingatkan bahwa ada ancaman di hadapannya.     

Sebuah ancaman kematian lebih tepatnya.     

"!!!"     

Saat itu, si Druid akhirnya bergerak.     

Dia melolong seperti serigala. Kemudian tiga hingga empat serigala muncul dari kedalaman hutan. Mereka memamerkan cakar dan taring serta berusaha menyerang Rhode.     

Tapi Rhode tiba-tiba bergerak.     

Si Druid mengira bahwa Rhode tidak akan bisa menghadapi serangan serigala-serigala itu. Bagaimanapun juga, dia sedang fokus bertarung dengannya. Si Druid yakin bahwa Rhode akan lengah karena dia merasa Rhode sedang menatapnya dengan tajam. Tatapan Rhode membuat Druid tersebut merasa tertekan. Druid harus menyerang Rhode terlebih dahulu agar dia bisa melepaskan diri dari tekanan tersebut.     

Benar saja. Tekanan itu tiba-tiba menghilang.     

Namun sebelum si Druid dapat menghela napas lega, dia melihat pemandangan yang luar biasa di depannya.     

Wajah Rhode terlihat datar ketika dia mengayunkan pedang Blood Tears ke arah serigala-serigala yang menyerangnya. Dengan matanya yang tajam, Druid melihat bahwa pedang tersebut semakin tajam seiring dengan gerakan Rhode. Tapi sebelum dia dapat mengamatinya lebih cermat, Rhode tiba-tiba menghilang.     

Entah bagaimana, ketika Rhode melangkah ke depan, dia tiba-tiba muncul di belakang salah satu serigala dan menusuknya dengan pedang Blood Tears.     

Serigala itu menyadari serangan Rhode dan membalikkan bada. Dia berusaha menghindar dari serangan tersebut, tapi sia-sia. Serigala itu terjatuh ke tanah dan tidak bergerak sama sekali.     

Rhode bahkan tidak menatap serigala itu ketika dia menusuknya. Sebaliknya, dia berjalan ke depan dengan mulus bagaikan sungai yang mengalir.     

Apa-apaan?     

Druid itu memandang Rhode dengan tatapan kosong ketika dia sedang memecahkan kepala serigala tersebut. Kemudian, Rhode kembali menghilang. Druid itu benar-benar bingung. Dia merasa bahwa cara bertarung Rhode sangat tidak wajar. Dia tidak pernah melihat gaya bertarung seaneh itu. Pada serangan pertama, Rhode berada di depan serigala itu. Namun setelah dia melangkah ke depan, dia tiba-tiba muncul di belakang serigala tersebut.     

Kemudian, setelah membunuh serigala pertama dengan cara yang aneh, Rhode tiba-tiba muncul di hadapan serigala lain dalam sekejap. Rhode seperti sedang berteleportasi. Serigala-serigala itu bahkan tak berkutik di hadapan Rhode.      

Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Rhode?     

Druid itu mulai merasa takut. Ketika dia melihat serigala lain takluk di tangan Rhode, dia berani bersumpah bahwa Rhode 'belum' menyentuh serigala itu sama sekali. Pedang Rhode hanya menyerempet serigala tersebut dan bahkan tidak memotongnya.     

Apakah dia menggunakan sihir?     

Namun, Druid itu segera mengusir pikiran tersebut. Sebagai Druid, dia mampu merasakan gelombang energi sihir di sekitarnya tapi dia tidak merasakan apa-apa dari gerakan Rhode. Itu artinya dia hanya bergantung pada skill swordsmanshipnya.     

Namun…bagaimana manusia seperti dirinya mampu bertarung dengan cara seperti ini?     

Nyatanya, Dark Dance Swordsmanship memang bukan swordsmanship buatan manusia.     

Dark Dance Swordsmanship adalah swordsmanship buatan Peri Gelap yang hidup di bawah tanah dan memiliki hubungan dekat dengan para iblis. Kemampuan bertarung mereka jauh di atas orang-orang yang tinggal di bumi. Lingkungan bawah tanah yang keras telah memaksa mereka untuk memaksimalkan potensi mereka. Dari situlah, Dark Dance Swordsmanship tercipta.     

Di dalam game, Dark Dance adalah satu-satunya Swordsmanship yang mampu mencapai Rank S. Selain itu, damage criticalnya juga mencapai Rank A. Swordsmanship ini mengandalkan kecepatan untuk menghabisi musuh-musuhnya. Namun, para pemain harus memiliki status kecepatan yang tinggi untuk mempelajari Dark Dance Swordsmanship. Selain itu, swordsmanship ini juga memiliki kelemahan. Kecepatannya yang tinggi memberikan beban yang terlalu berat untuk tubuh. Para pemakai swordsmanship ini juga harus memiliki fleksibilitas tubuh yang tinggi. Oleh karena itu, para pemain yang mengandalkan Dark Dance Swordsmanship biasanya tidak pernah menggunakan baju pelindung yang berat.     

Rhode benar-benar merasa senang saat ini.     

Di sepanjang jalan, dia sudah tidak sabar menemukan seseorang yang akan menjadi target latihannya. Sayangnya, anak-anak buahnya tidak cukup kuat meladeninya. Selain itu, Rhode tidak ingin membunuh mereka tanpa sengaja karena Dark Dance merupakan swordsmanship yang mematikan. Jadi dia hanya bisa bersabar.     

Akhirnya, seseorang datang untuk menjadi 'samsaknya'.     

Rhode mendengus dingin ketika dia menghabisi serigala terakhir.     

Namun, mereka hanyalah hidangan sampingan bagi Rhode. Masih ada 'hidangan utama'.     

Wuushh!!     

Angin bertiup.     

Rhode tiba-tiba mundur dan bergerak ke samping. Ketika dia membalikkan badan untuk menghindar, tinju besar hampir mengenainya dan menghantam tanah dimana dia berdiri. Kakinya mati rasa ketika dia merasakan kekuatan tinju itu. Meksipun serangan Druid itu gagal, dia tidak berniat berhenti menyerang Rhode. Dia berdiri secara perlahan dan menatap Rhode yang berdiri di depannya.     

Saat ini, jubah kamuflase Druid itu telah berubah menjadi baju pelindung berwarna keemasan. Kepalan tangannya membesar sehingga hampir seukuran bola basket. Ini adalah salah satu skill spesial dari para Druid. Dengan kekuatan jiwa mereka, mereka mampu meminjam 'kekuatan alam' untuk sementara.     

Meskipun demikian, Rhode tidak peduli.     

"Bagus sekali!"     

Rhode, yang baru saja menghindari serangan Druid, tidak merasa panik. Sebaliknya, dia mengepalkan tangannya sambil berteriak senang.     

Rhode bisa merasa bahwa dia semakin mahir menggunakan Dark Dance Swordsmanshipnya. Awalnya, dia masih belum terbiasa dengan swordsmanship tersebut. Namun, lama-lama dia mulai terbiasa menggunakannya.     

Rhode mengangkat pedangnya. Di saat yang bersamaan, Druid itu juga bergegas maju ke arahnya sambil mempersiapkan tinjunya. Kemudian, dia meninju sambil berteriak. Seketika, gelombang kejut melesat dari arahnya. Gelombang itu sangat kuat sehingga pohon-pohon di sekitar mereka mulai bergetar. Namun, Rhode kembali menghindari serangannya dengan skill yang aneh itu. Druid itu benar-benar merasa bingung karena di saat tinjunya hampir mengenai Rhode, Rhode malah maju. Tapi Druid itu merasa pandangannya menjadi kabur dan tinjunya pun meleset.     

Di saat yang bersamaan, cahaya merah terang berkilat.     

Rhode muncul di samping Druid itu dan mengayunkan pedangnya untuk memotong tangan kanan Druid tersebut. Si Druid itu pun segera mundur untuk menghindari serangan Rhode. Ketika si Druid itu berpikir bahwa dia telah berhasil menghindari serangan itu, pergelangan tangannya merasa sakit.     

Apa yang terjadi?     

Druid tersebut menggerakkan tangan kanannya. Entah kenapa, tangannya mati rasa! Tapi tidak ada luka sama sekali di tangannya. Tangannya juga masih menempel dengan lengannya dan tidak ada darah yang terlihat. Namun tangannya mati rasa dan tidak bisa digerakkan.     

Ini pasti gara-gara pemuda itu!     

Tapi Druid itu terkejut ketika mendongak karena tidak ada siapa-siapa di depannya.     

"Kenapa? Apa kau sudah tidak bisa bertarung? Sayang sekali."     

Saat itu, suara Rhode terdengar dari arah kanan si Druid dan membuatnya terkejut. Dia menoleh dan menatap Rhode dengan waspada.     

Akhirnya dia sadar bahwa Rhode bukanlah musuh yang bisa dia kalahkan.     

"Jangan sungkan-sungkan. Bertarunglah dengan serius. Kalau tidak kau akan mati di sini, Tuan Druid."     

Walaupun nada Rhode terdengar datar, si Druid menggigil ketakutan ketika mendengar suaranya. Dia hanya bisa pasrah dan menunggu nasibnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.