Singgasana Magis Arcana

Di Saluran Pembuangan



Di Saluran Pembuangan

0

Dengan kemajuan terbarunya, Victor lebih percaya diri saat menghadapi tantangan sengit Wolf. Setelah kompetisi yang panas, Victor dan Wolf adalah dua pesaing tersisa. Menurut Victor, Wolf sudah kehilangan kesempatan karena dia menghabiskan terlalu banyak waktu mengkritik karya orang lain, alih-alih menginvestasikan energinya untuk belajar musik itu sendiri.

0

"Aku juga berpikir begitu, Wolf. Aku sebenarnya cukup senang dengan karya baruku. Apa kau mau memberi saran?" Victor telah mendaftarkan konser piano terbarunya di asosiasi. Tak ada kesempatan bagi Wolf untuk coba menjiplaknya.

Wolf pikir Victor masih sangat frustrasi dengan karyanya. Kepercayaan diri Victor saat ini sungguh diluar dugaannya. Wajah Wolf berubah pucat dan dia bergumam.

"Tidak juga, Victor. Aku lebih suka menyimpan rasa penasaranku. Kita lihat saja tiga bulan lagi."

Victor mengangkat bahunya dan tersenyum, "Baiklah. Aku sangat menantikan pendapatmu."

Wolf hanya ingin lepas dari topik ini. Dia melihat Lucien berdiri di samping dengan baju linennya yang murah dan tua. Dia mengangkat dagunya dan bertanya dengan jijik, "Sejak kapan kau berteman dengan orang dari daerah kumuh?"

Perilaku itu muncul sejak dahulu kala, ketika keluarga Wolf masih tergolong bangsawan. Sejak kakek buyutnya, keluarga Wolf kehilangan gelar. Tapi, itu tak mencegahnya untuk menganggap dirinya sebagai bangsawan. Dia memandang rendah para musisi seperti Victor yang berasal dari keluarga biasa, apalagi orang miskin seperti Lucien. Kesombongan bercampur dengan kebenciannya terhadap Victor. Di matanya, Lucien sebanding dengan tikus menjijikkan yang lompat ke meja makannya.

Lucien agak marah, tetapi dia sudah terbiasa dengan penghinaan semacam ini. Selama masih ada status sosial dan kekayaan di dunia ini, orang-orang akan dibagi menjadi tingkatan berbeda. Ada orang mulia dan rendahan, ada orang terhormat dan menjijikkan. Satu-satunya cara seseorang untuk mengubah keadaan adalah dengan berjuang mendapat kekuasaan dan kekayaan. Tetapi begitu seseorang berhasil, mereka kerap mengikuti kelompok itu dan jadi salah satu dari mereka yang memandang rendah rakyat biasa.

"Jaga ucapanmu, Wolf." Victor mengerutkan alisnya dan memperingatkan Wolf dengan serius, "Lucien adalah murid musik baruku. Dia … pemuda yang sangat berbakat." Sejujurnya, Victor membual tentang kemampuan Lucien. Dia belum yakin tentang bakat musik Lucien.

"Apa kau serius, Victor? Sungguh?" Wolf mulai tertawa begitu keras hingga dia hampir terjatuh, "Apa kau begitu gugup dengan penampilanmu hingga kau hilang akal?"

Walau merasa kurang percaya diri, Victor berusaha membalas.

"Aalto adalah Kota Mazmur, Kota Musik. Semua orang disini punya kesempatan untuk belajar musik. Banyak bard terkemuka yang berasal dari keluarga miskin. Bakat musik adalah pemberian Tuhan. Tuhan tak hanya memberkati orang kaya dan bangsawan."

Wolf menggelengkan kepalanya sambil terus tertawa, "Ayolah, Victor! Kau dan aku sama-sama tahu bakat dapat dengan mudah membangkitkan berkah dalam darah mereka. Kita menyebut orang seperti Putri Natasha dan Tuan Verdi berbakat, tapi muridmu … yang benar saja!

"Jika dia berhasil jadi musisi luar biasa di masa depan, aku akan minta maaf secara terbuka padamu dan muridmu di Kritik Musik. Aku juga takkan pernah mengadakan konserku sendiri."

Wolf membuat taruhan itu karena impuls, tapi dia juga cukup berhati-hati. Dia sengaja menambahkan kata 'luar biasa', karena memang sangat sulit untuk mendapat pengakuan sebagai seniman yang luar biasa.

Lucien dengar bahwa Putri Natasha, dikenal juga sebagai Violet Countess, adalah anak tunggal dari Grand Duke Orvarit. Gelarnya saat ini juga salah satu prasyarat untuk jadi Grand Duke di Duchy. Dia sangat berbakat dalam musik dan punya keterampilan luar biasa dalam bermain biola, seruling, dan harpsichord. Selain itu, putri berumur 25 tahun ini juga seorang Kesatria Agung tingkat lima yang terkemuka. Dia diharapkan jadi Kesatria Cahaya segera.

Tuan Vendi, keponakan Grand Duke dan juga anggota keluarga Violet, baru saja jadi seorang Kesatria Agung tingkat lima dan menjabat sebagai komandan utama Pengawal Kota di Aalto saat ini.

Setelah berkomentar, Wolf langsung berbalik dan meninggalkan aula.

Victor menggelengkan kepala dengan jijik. "Lucien, abaikan saja dia. Semua tahu Wolf benar-benar bajingan. Pekerjaanmu dimulai besok. Seminggu libur sehari. Kau dapat mengatur hari liburmu dengan pengurus perpustakaan. Aku harus pergi ke Odeon sekarang."

Lucien mengangguk dan melihat Pak Victor meninggalkan aula. Kemudian, dia berbalik ke Elena dan menyerahkan kontraknya kembali padanya. "Terima kasih, Elena," katanya.

Ada lesung pipit kecil yang manis di pipi kiri Elena. "Sama-sama, ini tugasku. Seperti yang dikatakan Pak Victor, jangan dengarkan Pak Wolf. Dia selalu seperti itu … memandang rendah kebanyakan orang di asosiasi, kecuali beberapa direktur yang punya jabatan."

"Aku tak sabar ingin melihat rahang Pak Wolf yang tinggi jatuh ke atas karpet sampai lubang dengan para direktur bangsawan." Lucien mengangkat bahu sedikit dan tersenyum.

Elena mulai terkikik karena kata-katanya.

Saat Lucien hendak pergi, Elena menghentikannya. Tangan kanannya mengepal menjadi kepalan kecil dan wajahnya tampak serius.

"Aku percaya padamu, Lucien! Kau bisa jadi musisi yang luar biasa! Pak Wolf akan sangat menyesali taruhannya."

Sejujurnya, Lucien tak menganggap serius taruhan itu. Tapi, dia juga mengangkat kepalan tangannya seperti Elena dan menjawab, "Pasti."

...

Tak ada kehidupan malam di Aderon. Pada pukul sembilan malam, sebagian penduduk di sini sudah tidur, kecuali beberapa pemabuk yang masih berkeliaran. Semua orang harus bersiap untuk bekerja keras esok hari.

Lucien memberi tahu Joel dan Alisa jika dia mendapat pekerjaan baru saat makan malam. Kemudian, dia kembali ke gubuknya untuk meditasi dan mempersiapkan percobaan sihirnya.

Dia menutup pintu dengan perlahan. Lalu, dia menyelinap keluar dari gubuknya dan berjalan menuju salah satu pintu masuk ke saluran pembuangan. Masih butuh waktu cukup lama bagi Lucien untuk belajar bagaimana membuat jalan rahasia seperti yang dilakukan si penyihir.

Setelah memastikan tak ada yang melihat, Lucien melangkah ke dunia bawah tanah.

Bau busuk dan dinding berlendir masih sama, menjijikkan dan suram. Tapi, mereka takkan mencegahnya belajar sihir. Sambil berjalan di saluran pembuangan, Lucien membuat peta di perpustakaan jiwanya dan coba menemukan sudut yang tepat untuk memulai percobaan.

Dia juga mengikis lumut di dinding dan memasukkannya di saku. Ini disebut Lumut Cahaya, reagen untuk sihir murid Extinguishment.

Semakin dalam Lucien pergi, semakin mengerikan tempat ini. Di bawah sana, Lucien tak pernah bertemu gelandangan, seperti yang dikatakan Corella. Suara langkah kakinya terdengar semakin keras di dalam selokan. Lucien bahkan dapat mendengar napasnya sendiri.

Akhirnya Lucien menemukan tempat yang ideal, jalan bercabang. Jalan depan ditutup oleh batu besar, sedangkan jalan yang belok ke kiri menuju jauh ke dalam kegelapan. Lucien dapat dengan mudah menyadari jika ada yang mendekat dari posisi ini.

Lucien mengambil sedikit belerang dari sakunya sambil mengingat struktur sihir. Kemudian, dia mulai merapal mantra aneh dan bubuk itu jatuh melalui jari-jarinya. Wajahnya tampak serius dan aneh dalam cahaya dingin.

  1. Countess, gelar kebangsawanan Eropa (wanita) yang memiliki bermacam-macam status
  2. Grand Duke, penguasa monarki yang memiliki peran penting dalam bidang politik, militer, ataupun ekonomi, tetapi tidak cukup besar untuk dipandang sebagai kerajaan

Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.