Singgasana Magis Arcana

Menulis Lagu



Menulis Lagu

0

Lucien terus bermain. Dia hanya bisa menekan tuts satu persatu, karena keterampilan yang dibutuhkan dalam simfoni ini sangat jauh di atas kemampuannya yang masih level pemula. Lott, Felicia, dan Herodotus merasa seperti ada palu berat yang memukuli kepala mereka. Rasa gelisah dan marah mereka bertambah.

0

"Cukup!" Herodotus dan Lott berteriak pada saat bersamaan.

"Apa?" Lucien menoleh dan menatap mereka dengan lugu. "Pak Victor menyuruh kita berlatih dan aku sedang berlatih. Lalu, apa yang kalian lakukan di sini?"

"Lucien!" Sambil mengepalkan tangan, wajah Herodotus memerah karena marah. Namun dia terlalu pendek dan kurus untuk bertarung. Lucien sudah latihan bertarung sejak beberapa waktu yang lalu dan tinggi Herodotus cuma setelinga Lucien. Beberapa detik kemudian, Herodotus menggerakkan kepalan tangannya di udara. "Aku tidak mau dihukum Pak Victor karena menghajarmu." Dia lalu berbalik dan keluar dari ruang latihan.

"Maaf karena berisik." Lucien mengangkat bahu tapi dia tak mau berhenti. Dia meraih pena bulunya lagi dan menulis beberapa nada musik. Lagunya hanya berisi sebagian kecil dari karya agung tersebut dan kebanyakan masih berisi karya bodoh Lucien.

"Apa kau serius, Lucien?" Lott sedang menatap langit-langit ruangan sambil menggosok dahinya.

"Kau mau lihat?" Lucien hendak menyerahkan selembar kertas itu pada Lott tapi dia langsung menolak.

Lott menatap Felicia, "Ayo pergi. Aku akan gila jika ada di sini terlalu lama."

Felicia mengangguk. "Kau benar. Aku butuh udara segar ..."

Sesuai yang Lucien mau, dia akhirnya ditinggalkan sendiri di ruang latihan. Setelah mengunci pintu, Lucien kembali menulis lagu. Dia mulai menambahkan bagian lain dari Symphony No. 5 ke dalam lagu. Dia harap dapat menghasilkan versi jelek dari Symphony No. 5 dengan banyak kekurangan, jadi Victor bisa memperbaikinya kembali jadi sebuah karya simfoni yang sebenarnya.

Untuk menunjukkan kemajuannya, Lucien harus mempersiapkan banyak draf. Lucien juga perlu berlatih berkali-kali untuk memastikan permainannya yang buruk ini tidak sepenuhnya merusak lagu, setidaknya dia harus terlihat sedikit menghargai musik di depan gurunya.

Dalam beberapa jam selanjutnya, banyak draf yang berisi berbagai versi menumpuk di mejanya. Tumpukan itu jadi semakin tinggi dan tinggi. Karena memainkan banyak bagian dari lagu itu terus menerus, Lucien kini mandi keringat.

......

Saat langit jadi lebih gelap, Lucien sedikit meregangkan tubuhnya dan kemudian meninggalkan ruang latihan dengan setumpuk kertas tebal di tangannya.

Lott, Felicia, dan Herodotus sedang duduk di aula sambil menonton Pak Victor memimpin orkestra. Saat Lucien datang, mereka serempak memutar mata dengan jijik. Sebaliknya, Lucien tersenyum lebar pada mereka. Felicia menggelengkan kepala sambil menghela napas panjang.

Setelah duduk di kursi penonton yang empuk, Lucien menutup mata dan terus memikirkan karyanya. Setengah jam kemudian, latihan telah selesai. Victor dan Rhine turun dari panggung dan berjalan di depan mereka. Pak Victor terlihat jauh lebih baik sekarang.

"Bagaimana latihan kalian semua siang ini? Ada masalah?" tanya Victor.

"Lucien adalah masalah terbesarnya, Pak Victor!" Herodotus langsung menjawab. "Dia ... dia menulis sebuah simfoni! Seorang pemula! Bunyinya begitu mengerikan hingga kami semua pada akhirnya keluar dari ruang latihan!"

Lucien diam-diam merasa bahagia hingga dia hampir tak bisa menahan senyumnya lagi. Dia harus berterima kasih pada Herodotus karena sudah memberitahu Pak Victor mengenai apa yang dia lakukan tadi.

"Apa itu benar, Lucien?" Victor menatap Lucien dengan sangat terkejut, "Kau menulis sebuah simfoni?"

Sambil mengangkat sedikit salah satu alisnya, Rhine melihat Lucien dengan penuh minat.

Lucien mengangguk dengan serius, "Apa yang sudah aku lihat hari ini dan alami sebelumnya sedikit menginspirasiku, jadi aku ingin menulisnya."

Sebagai orang yang baik dan ramah, Victor tidak langsung memarahi Lucien karena sikapnya yang begitu angkuh. Dia malah bertanya pada muridnya, "Boleh aku lihat?"

"Aku juga mau lihat." Rhine menyela karena sangat penasaran. "Jika kau tak keberatan, Lucien."

"Tidak masalah." Lucien menyerahkan seluruh tumpukan kertas pada Victor.

Ketika Lucien melihat karya Lucien, dia tampak seperti menahan tawa yang siap meledak kapan saja. Sementara itu, Victor terlihat serius.

"Lucien," Victor mengembalikan draf Lucien, "aku tahu kau melakukan ini untukku dan aku menghargai usahamu. Tapi Lucien, menulis sebuah simfoni butuh dasar ilmu yang jauh lebih kuat dari apa yang kau pikir. Sebagai seorang pemula, aku sarankan kau mulai belajar dari teori yang paling dasar untuk beberapa tahun, sebelum kau benar-benar menulis apapun."

Victor bersyukur karena muridnya ini coba membantunya, setidaknya niat Lucien baik. Para murid lain kemudian sadar kenapa Lucien melakukan semua ini. Mereka tiba-tiba merasa kalau Lucien lebih licik dan lebih pintar dari yang mereka pikir.

"Baiklah ... meski karyamu masih sangat ... katakanlah, tidak sempurna, ada beberapa bagian penting di sana." Rhine coba menghibur Lucien. "Contohnya, bagian ini." Beberapa baris yang ditunjuk Rhine berasal dari Symphony No.5.

"Terima kasih, Pak Rhine." Lucien mengangguk sebagai apresiasi. Dia kemudian menoleh ke Victor. "Pak Victor, aku tahu kau tidak setuju dengan apa yang kulakukan, tapi aku masih ingin menyelesaikannya. Walaupun nanti hasilnya baik, buruk, atau bahkan mengerikan, ini karya musik pertama di hidupku."

Situasi serupa dengan ini sudah terjadi lebih dari sekali. Victor tahu betapa keras kepalanya Lucien itu. Di saat yang sama, Victor juga sangat lelah dengan urusan mengenai konsernya sendiri. Dia akhirnya mencoba untuk sepakat, "Jangan biarkan ini mempengaruhi latihan harianmu."

......

Setelah mendapat persetujuan Victor, Lucien mulai menulis lagu hampir tiap hari. Sambil menambah semakin banyak bagian dari Symphony No.5 ke dalam karyanya, kemajuan bertahap Lucien tersembunyi di balik bunyi yang kacau.

Dalam beberapa hari ini, Lott, Felicia, dan Herodotus sebisa mungkin menghindari Lucien . Sementara itu, Pak Victor mengurung diri di ruang kerjanya untuk mengerjakan simfoni terakhirnya. Tak ada yang menghiraukan Lucien.

Di minggu terakhir sebelum konser, setelah berkali-kali latihan, Lucien berhasil memainkan Symphony No. 5 versinya sampai selesai, walau versinya tak sama persis dan jauh lebih mudah dari karya agung aslinya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.