Singgasana Magis Arcana

Informasi Tidak Terduga



Informasi Tidak Terduga

0

Dengan langkah kaki yang tergesa-gesa dan alis yang mengerut, Lucien bertingkah seperti orang biasa yang baru pertama kali menemui kasus penculikan. Sementara itu, dia juga jauh lebih tenang daripada kebanyakan orang biasa. Dia tahu ke mana harus pergi dan apa yang harus dilakukannya sekarang.

0

Lucien mencoba untuk tetap fokus sambil berjalan, dia memisahkan kekuatan jiwa dari tubuhnya dan membuat kekuatan itu melayang di udara, seolah-olah jiwanya sedang memperhatikan tubuhnya. Lucien ingin melihat apa ada orang di kerumunan yang mengikutinya.

Namun, karena hari Minggu siang seringkali merupakan waktu tersibuk di Aderon, dan si penculik saat ini lebih kuat daripada Lucien, dia tidak menemukan sesuatu yang istimewa.

Gerbang antara distrik Aderon dan distrik bangsawan terbuka, namun, daerah ini sama sekali tidak ramai. Hanya beberapa orang miskin dari Aderon, yang melewati gerbang setelah dari gereja, untuk melakukan pekerjaan rendahan di tempat para bangsawan.

Dua penjaga berdiri di sana, sambil bersandar di dinding dengan malas-malasan. Mereka sedang memperhatikan para orang miskin sedang berjalan tergesa-gesa, dengan perasaan lebih unggul dibanding mereka. Para penjaga itu tidak punya harapan untuk menjadi kesatria sejati. Sejak mereka menjadi penjaga kota dan dimanjakan oleh kemakmuran di Aalto, mereka jadi lupa dengan banyak kemampuan bertarung yang pernah mereka pelajari dan latih sebelum ini.

Tiba-tiba, para penjaga melihat seorang pria muda tampan, dengan kemeja putih dan jas hitam yang rapi sedang mendatangi gerbang, yang mana sangat tidak biasa. Mereka langsung menghentikan Lucien dan bertanya,

"Tuan, apa tujuan Anda memasuki distrik bangsawan?"

Hati Lucien sedang dipenuhi kecemasan, yang membuat sikapnya tidak terlalu ramah.

"Kenapa kalian menanyaiku? Sejak kapan aku harus ditanyai dulu untuk melewati gerbang?"

Rander, salah satu para penjaga, langsung menyesali perbuatannya. Tanpa mengetahui latar belakang si pengunjung, sembarangan menghentikan pengunjung dapat membuat mereka terkena masalah. Karena bisa saja orang itu ternyata seorang bangsawan atau seseorang yang penting.

Sikap keras Lucien membuat penjaga itu semakin gugup. Dia buru-buru meminta maaf. "Maaf, Tuan. Kami sedang kesulitan mencari pengikut iblis dan terkadang bereaksi berlebihan. Maafkan saya, Tuan."

Lucien sedikit mengangguk. Saat dia hendak melewati gerbang, tiba-tiba dia berubah pikiran. Dia menoleh ke arah penjaga dan bertanya dengan suara pelan, "Bisa aku bertanya di mana tempat tinggal Tuan Urbain Hayne, kepala juru tulis balai kota? Aku teman sekelas putrinya, Felicia Hayne."

Karena kebetulan tahu di mana kepala juru tulis tinggal, Rander menjawab, "Tuan Hayne tinggal di salah satu rumah keluarga Hayne, di Jalan Noble nomor 158."

"Terima kasih," jawab Lucien singkat lalu berjalan melewati gerbang.

Di distrik bangsawan, di mana banyak kesatria dan bahkan kesatria agung tinggal, Lucien menduga bahwa si penculik dari Argent Horn tidak akan bisa mengikutinya terlalu dekat. Karena itu, dengan bertanya kepada penjaga, Lucien sengaja membiarkan si penculik tahu ke mana dia pergi. Jika si penculik masih tidak bisa mengikuti dia, itu berarti, dia sama sekali tidak mampu membuntuti Lucien dalam waktu yang lama, jadi Lucien bisa mencari kesempatan untuk menyingkirkan si penculik dan menjalankan rencananya sendiri.

Rander menatap Lucien dari belakang, lalu mengeluh kepada penjaga lainnya. "Meskipun pria itu berpakaian seperti seorang bangsawan, dia bahkan tidak tahu di mana kepala juru tulis tinggal. Mungkin ada sesuatu antara lelaki banci ini dan Nona Hayne ... siapa yang tahu ..."

...

Ini kedua kalinya Lucien datang ke distrik bangsawan. Dibandingkan dengan malam berbadai ketika Baron Laurent meninggal, distrik bangsawan tampak jauh lebih menarik hari ini. Pohon-pohon hijau berbaris di kedua sisi dan bunga-bunga tumbuh subur. Di antara pepohonan, ada rumah-rumah besar dan mewah. Banyak dari rumah-rumah itu yang punya gaya arsitektur yang berbeda — beberapa mirip dengan gaya barok, yang lainnya punya gaya religius, sementara beberapa meniru desain arsitektur yang suram dan berlebihan dari kerajaan sihir kuno. Seringkali hanya ada satu rumah di setiap persimpangan jalan.

Lucien tampak agak aneh di jalan, karena dia berpakaian pantas tetapi malah berjalan kaki. Beberapa wanita dan pria bangsawan yang lewat dalam wagon mereka melirik Lucien dengan terkejut. Mereka yakin bahwa Lucien bukanlah seorang bangsawan.

Tiba-tiba, sebuah wagon berhenti di samping Lucien. Jendela wagon itu terbuka dan di dalamnya duduk seorang wanita muda yang anggun dengan tubuh ideal dan berwibawa. Dia mengenakan topi kain hitam yang menutupi sebagian wajahnya. Dia tertawa dan bertanya, "Apa kau Tuan Evans? Konser tadi malam sangat menakjubkan. "

Meskipun cemas, Lucien mempertahankan sikap sopannya. "Terima kasih, Nona. Bisakah saya mengetahui nama Anda?"

"Aku Yvette Hill, teman Felicia." Yvette melirik Lucien dengan penuh ketertarikan, "Apa kau mencari Felicia, Tuan Evans?"

Terkecuali keluarga Violet, keluarga Hill, bersama dengan keluarga Hayne dan Rafati, adalah tiga keluarga bangsawan yang paling berpengaruh di Duchy Orvarit. Masing-masing dari ketiga keluarga ini memiliki seluruh shire sebagai wilayah kekuasaan mereka.

Lucien baru saja mengenali lambang yang ada wagon. Lambang itu terdiri dari tombak-tombak dan beruang grizzly. Dia menjawab dengan hormat, "Benar, Nona."

"Yah ... kalau begitu kau mungkin harus menunggu sebentar, Tuan Evans." Senyum Yvette sangat memesona. "Karena konser tadi malam sukses besar, Felicia masih berdoa di Katedral Emas, untuk berterima kasih atas berkah Tuhan. Omong-omong, panggil saja aku Yvette. Aku penggemar musikmu, Tuan Evans."

"Kalau begitu panggil saja aku Lucien, Nona Yvette," Lucien tersenyum, "Aku bisa menunggu Felicia untuk kembali di luar rumahnya."

"Jika kau tidak keberatan, Lucien, aku bisa memberimu tumpangan." Yvette melepas topi kainnya, dan wajahnya yang cantik terlihat sepenuhnya. "Kau dua tahun lebih muda dariku. Kau benar-benar seorang jenius."

Pelayannya membuka pintu wagon, dan mempersilakan Lucien untuk masuk. Sepertinya Yvette sama sekali tidak khawatir bahwa ini mungkin akan merusak reputasinya sebagai wanita bangsawan.

Lucien tidak menolak. Sebagai anggota keluarga Hill, Yvette juga bisa mendapatkan Moonlight Rose. Jika Felicia menolak permintaan Lucien, berteman dengan Nona Yvette akan menjadi kesempatan kedua bagi Lucien.

Lucien memasuki wagon, lalu aroma manis dan memikat menyelinap ke hidung Lucien.

"Luar biasa ... Seorang jenius memang berbeda," kata Yvette dengan puas. "Kebanyakan pria yang pernah kuundang sebelumnya adalah orang munafik. Mereka ingin masuk, tetapi tidak berani."

Yvette mencondongkan tubuhnya ke depan, dan dadanya yang besar dan montok setengah terlihat di depan Lucien.

Namun, Lucien benar-benar sedang tidak berminat. Sedikit memalingkan pandangannya, Lucien memaksakan senyum, "Tetaplah pada jalanmu sendiri. Biarkan orang-orang yang tidak ada kaitannya denganmu mengatakan apa saja yang mereka mau. Itu tidak penting."

"Menarik. Aku suka itu." Mata Yvette berbinar sejenak. "Kau lebih menarik daripada yang kukira, Lucien."

Wagon mereka bergerak dengan perlahan. Di dalam wagon, Yvette dengan santai membicarakan musik dengan Lucien, dan sengaja melakukan sedikit kontak fisik dengan Lucien. Sayangnya, pikiran Lucien benar-benar sibuk soal kasus penculikan, dan dia sepenuhnya mengabaikan rayuan wanita bangsawan ini. Yvette sangat kecewa.

Setengah jam kemudian, wagon Yvette akhirnya berhenti di depan sebuah rumah mewah berlantai tiga. Pada saat yang sama, wagon milik Felicia juga tiba.

"Lucien? Kenapa kau bersama Yvette?" Felicia menatap teman sekelasnya dengan bingung.

Lucien turun dari wagon, lalu menjawab, "Aku tengah mencarimu ketika aku bertemu dengan Nona Yvette. Dia dengan ramah menawariku tumpangan."

"Apa yang sudah kau lakukan, Yvette?" Felicia tampak agak marah.

"Apa yang bisa kulakukan?" Yvette menyeringai di dalam wagonnya. "Jangan khawatir, Felicia. Aku lebih suka penyihir misterius dibandingkan musisi."

"Apa maksudmu? Sejak kapan kau mengubah tipe priamu?" tanya Felicia dengan terkejut.

"Sejak tadi malam," jawab Yvette dengan penuh kerinduan. "Tadi malam selama konser, aku mendengar Kardinal Sard dan grand duke berbicara tentang seorang penyihir misterius bernama 'Professor'. Aku sangat penasaran dengannya ... soalnya aku belum pernah mencoba tidur dengan seorang penyihir. Aku ingin tahu ... Kira-kira seperti apa wajah orang-orang suram, yang selalu menyembunyikan wajah mereka dengan tudung jubah. Akan terlihat seperti apa ketika mereka telanjang di tempat tidur, dan bagaimana reaksi mereka ketika melihat seorang wanita cantik ..."

Sebagai putri bungsu dari Earl Hill, dia memenuhi syarat untuk duduk di balkon yang sama dengan grand duke.

"Yvette ..." Felicia tak bisa berkata-kata. Meskipun Yvette dan Felicia adalah teman baik, Felicia tidak pernah paham dengan keterbukaan Yvette terhadap pria. Sebagai seorang wanita bangsawan yang amat mandiri di Aalto, Yvette bahkan jauh lebih terbuka daripada para nyonya dan nona bangsawan di istana Tria.

Lucien sangat terkejut. Bukan karena keterbukaan Yvette, tetapi karena gereja dan grand duke sudah mengetahui nama samarannya, 'Professor'.

Apa ada yang tertangkap malam itu? Atau apa ada mata-mata antara para penyihir ... Lucien berpikir, dengan punggungnya yang terlapis tipis keringat dingin. Lucien baru saja mau membeli beberapa ramuan sihir dari penyihir lainnya, untuk meningkatkan kekuatannya, supaya bisa menyelamatkan Joel dan keluarganya. Untungnya, dia mendengar percakapan antara para wanita bangsawan ini. Sungguh informasi yang sangat berharga!

"Aku harus pergi sekarang, sampai jumpa." Yvette senang melihat ekspresi terkejut di wajah Felicia dan Lucien. Wagon Yvette berbalik lalu pergi.

Felicia melihat Lucien masih menatap wagon seperti tidak sadar diri, lalu mengejeknya.

"Kau ingin jadi bagian dari koleksi Yvette, 'kan?"

Dia kemudian berhenti sejenak, lalu bertanya, "Kenapa kau datang mencariku hari ini, Lucien?"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.