Singgasana Magis Arcana

Mengambil Risiko



Mengambil Risiko

0

Lucien memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Mungkin saya terlalu gugup berada di istana dan di depan Tuan Putri. Maafkan saya, Yang Mulia."

0

Pada saat yang sama, Lucien merasa lega, "Akhirnya ... sang putri bertanya."

Kecemasan, kegelisahan, dan kegugupan yang diperhatikan Natasha, semuanya sengaja ditunjukkan oleh Lucien.

Natasha mengangkat alisnya yang indah, lalu berkata kepada Lucien, "Jangan takut padaku karena aku seorang Putri atau kesatria, Lucien. Seorang pria dapat menghormati atau bahkan menyembah orang lain, tetapi tidak boleh terintimidasi. Itulah jiwa seorang pria, jiwa seorang kesatria."

"Saya akan berusaha. Meskipun latar belakang saya agak buruk, saya akan menjadi lebih baik." Lucien agak terkejut dengan komentar Natasha, tetapi dia masih menjawab dengan benar.

Natasha tersenyum dengan indah. "Kau tahu? Kau sudah lebih berani daripada kebanyakan orang. Banyak dari mereka bahkan tidak bisa berbicara dengan benar saat pertama kali bertemu denganku, sementara kau cukup berani untuk menatap kaki Silvia ketika kalian pertama kali bertemu. Mengesankan."

Natasha membicarakan hal itu dengan santai, seolah itu hanya lelucon.

"Saya ... saya benar-benar minta maaf. Itu pertama kalinya saya melihat stocking kain sutra ... saya jadi berlaku tak pantas ..." Lucien menjelaskan dengan canggung. "Saya bukan orang cabul ..."

Sudut kiri bibir Natasha naik. "Aku mengerti, Lucien. Baik lelaki maupun wanita sebenarnya seperti produk sampingan menarik yang berasal dari alkimia, dan tentu kau juga termasuk dalam hal ini. Stocking kain sutra itu berharga karena kerajaan sihir sudah hancur, dan alkimia kuno sudah hilang bertahun-tahun yang lalu."

"Saya senang Anda memahaminya, Yang Mulia." Lucien mengangguk.

"Tapi kau memandangi Silvia dengan cukup lama, yang mana tidak biasa. Apa kau benar-benar bukan orang cabul?" Natasha bertanya pada Lucien dengan penuh ketertarikan. Dia mengolok-olok Lucien.

"Saya bukan orang cabul. Saya bahkan belum pernah menyentuh tangan seorang gadis seumur hidup." Lucien mengakui itu untuk membuktikan kepolosannya.

"Oh ... aku ... paham ..." Natasha sengaja memanjangkan kalimatnya. "Itu sayang sekali untuk seorang lelaki berusia 17 tahun. Tapi itu sekarang tidak akan menjadi masalah setelah konser berakhir. Pasti ada banyak wanita yang akan tertarik padamu. Apa kau mau kuperkenalkan dengan beberapa wanita? Meskipun mereka semua akhirnya akan menikah dengan para bangsawan, tidaklah buruk untuk mempunyai kenangan manis sebelum menikah."

"Yang ... Yang Mulia, terima kasih atas kebaikan Anda, tetapi saya ingin mengabdikan diri pada musik dalam beberapa tahun ke depan. Anda tidak perlu memperkenalkan saya kepada wanita manapun." Lucien menolak dengan serius.

"Tidak perlu?" Sang putri belum puas bersenang-senang. "Jadi kau ingin mengejar mereka sendiri? Aku bisa mengajarimu beberapa rahasia untuk memenangkan hati seorang wanita muda. Aku ahli dalam hal itu. Silvia, kucing liar kecil itu, dia menyukaiku ..."

Camil tiba-tiba mulai batuk dan menyela Natasha.

"Yang Mulia, saya rasa topik ini agak aneh," kata Lucien. Dia merasa bahwa sang putri sangat akrab dan ramah, tetapi percakapan mereka selalu cenderung mengarah ke arah lain.

Natasha melirik Camil yang duduk di sisi lain, lalu bertanya sambil terkejut, "Memangnya kenapa? Ini hanya percakapan biasa antara laki-laki."

Lucien akhirnya menyadari masalahnya. "Benar, pembicaraan antara laki-laki, tetapi Anda adalah wanita bangsawan, Yang Mulia."

"Itu tidak masalah, Lucien." Natasha mengangkat bahunya. "Sebenarnya aku bisa mengajarimu lebih banyak tentang bagaimana mengejar seorang wanita, dibandingkan ajaran banyak pria lain."

Lucien tidak tahu harus berkata apa.

"Baiklah, baiklah ..." Dia melambaikan tangannya dan tersenyum, "Lihatlah wajah gugupmu, Lucien. Mari kita kembali ke musik."

Dia senang bahwa Lucien tidak seperti kebanyakan bangsawan lainnya. Kebanyakan dari mereka langsung menolak untuk membicarakan hal ini, dan menganggap ini sebagai topik pembicaraan yang tidak pantas.

"Soal keterampilan bermain yang baru saja kita bahas ..." Lucien sedikit lega.

"Aku punya pertanyaan." Natasha bersikap seperti murid yang baik.

"Silakan." Lucien menunggu pertanyaan itu.

"Kau yakin tidak membutuhkan saranku untuk mengejar wanita?" Natasha tertawa dengan nyaring.

"..." Lucien terdiam.

Satu jam berlalu. Natasha terinspirasi dan terus mengerjakan penulisan musiknya. Camil berdiri dan mengantar Lucien keluar.

Di depan gerbang, Camil berkata kepada Lucien dengan suara rendah, "Tentang sang Putri ... Jangan jadi tukang gosip."

Lucien mengangguk dengan serius.

...

Setelah makan siang, Lucien datang ke tempat Victor dan menunggu Felicia dengan sabar.

"Pak Athy, tolong taburkan sedikit belerang di ruang tamu, karena akan ada banyak nyamuk di Bulan Panen ini."

"Baiklah." Athy mengangguk.

Felicia tiba setengah jam lebih awal di hari itu. Dia tahu bahwa Lucien pasti sedang menunggu Moonlight Rose-nya. Di sudut ruang tamu, dia mengeluarkan tas hitam unik yang disulam dengan pola api, lalu menyerahkannya kepada Lucien.

"Empat puluh gram Moonlight Rose kering. Moonlight Rose ini sudah ditumbuk menjadi debu. Tas khusus ini bisa membuat Moonlight Rose Dust tahan lebih lama. Kau bisa mengembalikan tas ini padaku ketika kau selesai menggunakannya."

"Terima kasih banyak, Felicia." Lucien membuka tas hitam kecil itu dengan penuh kegembiraan. Di dalamnya ada bubuk putih halus yang bersinar seperti mimpi indah.

Setelah sekilas menimbang tasnya, Lucien memasukkannya ke kantong. "Aku akan membayar sisanya secepat mungkin, Felicia."

"Kuharap begitu. Itu tabungan pribadiku." Felicia tersenyum, lalu dia sedikit mengendus, "Kenapa aku mencium bau belerang di sini?"

"Untuk mengusir nyamuk dan serangga," jawab Lucien dengan santai.

...

Lucien membuat lebih banyak kesalahan daripada biasanya di siang ini meskipun dia berusaha keras untuk tetap fokus. Untungnya, Pak Victor tidak mengatakan apa-apa tentang hal itu. Dia berpikir mungkin Lucien perlu waktu untuk menyesuaikan dirinya dengan perubahan besar dalam hidupnya, yang dikarenakan kesuksesan konser.

Akhirnya, kelas berakhir pukul enam sore. Lucien kembali ke gubuknya di Aderon, lalu menaruh beberapa barangnya di sebuah kotak kecil dan memasak makan malam. Setelah semua itu, dia membuka surat itu lagi.

"Tuan Evans, kerja bagus di depan sang Putri hari ini. Kami harap Anda bisa lebih tenang, karena kegugupan Anda membuat Anda sedikit mencurigakan. Dengan bakat Anda, kami yakin itu tidak terlalu sulit."

Para pengikut ajaran sesat itu tidak bertanya apa-apa tentang percakapan Lucien dengan sang Putri dan apa yang dilihatnya di istana. Lucien tahu mereka berusaha membuatnya percaya bahwa mereka mengendalikan segalanya.

Lucien memasang wajah yang khawatir, lalu dia melipat surat itu dan memasukkannya ke dalam kotak kecil. Kemudian dia membawa kotak itu, dan pergi ke rumah sewaannya di distrik Gesu.

Di dalam rumah, Lucien meletakkan kotak itu di kamar tidur utama, lalu mengeluarkan sebuah buku musik. Sepertinya dia akan tinggal di sini malam ini.

Ketika hari sudah larut, Lucien berbaring di tempat tidur dan segera berdiri lagi, dia tampak agak kesal. "Seprai ini sangat lembab! Brian harusnya mencari seseorang untuk mengeringkan seprai ini dulu sebelum memintaku pindah!"

Kemudian dia keluar dari kamarnya dan pergi dari rumah, sambil meninggalkan kotak kecil itu di tempat barunya.

...

Setelah menutup jendela dan mengunci pintu, Lucien berbaring di ranjang kecil di gubuknya.

Sepuluh menit kemudian, Lucien melompat dari tempat tidur lagi dan mengutuk, "Dasar Nyamuk sialan!"

Lucien mengambil belerang dari dalam peti dan menaburkannya di setiap sudut tempatnya. Dia ingin semua nyamuk dan serangga yang mengesalkan itu untuk pergi menjauh sekarang.

Kemudian dia kembali ke tempat tidur dan menutup matanya dengan puas.

Di malam hari, Lucien bisa merasakan dengan samar keberadaan kekuatan gaib di gubuknya, seolah sepasang mata sedang menatapnya di udara.

Tanpa bantuan Nyamuk Aalto Tigorid, para pengikut ajaran sesat itu akhirnya mulai memantaunya secara langsung dengan menggunakan kekuatan iblis mereka.

Lucien berpura-pura tidur dan menunggu dengan sabar. Satu jam kemudian, mata sihir itu menghilang, tetapi kemudian kembali lagi.

"Durasinya sekitar satu jam." Pikir Lucien.

Seperti dugaannya, satu jam kemudian, mata itu menghilang lagi. Mungkin para penculik itu mengira kalau Lucien hanya sedang tidur atau mereka mungkin hanya berganti giliran. Sepuluh menit kemudian, Lucien merasakan kehadiran mata itu lagi.

Tiga puluh menit kemudian, mata itu tiba-tiba menghilang untuk ketiga kalinya.

Lucien tahu bahwa sekaranglah saatnya untuk bertindak!

Dia melompat keluar dari tempat tidurnya dengan cepat, lalu mengacaukan selimut dan seprainya untuk memberikan kesan yang salah kepada para penculik, bahwa dia masih tidur di tempat tidur.

Akhir-akhir ini, ada beberapa penjaga malam yang berpatroli pada malam hari di Aderon, dan mereka dapat dengan mudah merasakan keberadaan kekuatan jahat. Lucien tahu bahwa para pengikut sesat itu tidak akan mengambil risiko untuk ditemukan oleh gereja.

Lucien mengambil kesempatan ini dan menyelinap ke laboratorium sihir bawah tanahnya.

Lucien sadar bahwa seluruh rencananya ini sangatlah berisiko, namun, dalam situasi saat ini, dia tidak punya pilihan lain.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.