Singgasana Magis Arcana

Setiap Elf adalah Pohon



Setiap Elf adalah Pohon

0"Tamu yang terhormat, kalian mencariku?" Melihat Heidi dan Katrina berjalan menghampirinya, dia menunjuk diri sendiri dengan bingung.     0

Dengan senyum hangat, Heidi berkata, "Nodanielle, kalimatmu soal keseimbangan alam luar biasa dan menarik!"     

Dia sudah merasakan kalau Nodanielle cukup hangat, jadi dia menyapanya seperti teman lama alih-alih memanggilnya nona.     

Mendengar pujian tulus dan tanpa basa-basi dari Heidi, Nodanielle langsung tersipu. Dia mengibaskan tangannya dengan canggung. "Aku hanya mengatakan soal doktrin yang diajarkan para sesepuh."     

"Namaku Heidi. Ini rekanku, Katrina. Kami baru tiba di hutan hari ini. Senang berkenalan denganmu." Heidi bersikap lebih hangat lagi.     

Dia tak se-introvert Annick, dan dia mengenalkan timnya pada Nodanielle.     

Kecemasan di hati Nodanielle langsung hilang saat dia melihat kalau tamunya bersahabat dan tak mengancam. Pembicaraan mereka jadi natural.     

"Yah, kami kemari untuk menginvestigasi elf yang terkena dampak atas permintaan Yang Mulia. Kami punya beberapa pertanyaan mengenai Tracy padamu." Setelah basa-basi, Heidi langsung menuju topik.     

Nodanielle akhirnya berujar murung setelah hening sesaat, "Heidi, Katrina, silakan tanya apapun yang kalian ingin tahu. Kuharap kalian bisa menemukan sumber kerusakannya dan mengembalikan Tracy. Bahkan jika mereka tak bisa disembuhkan, paling tidak mereka terbebas dari penderitaan."     

"Apa Tracy menunjukkan keanehan sebelum terkena dampak?" Katrina menanyakan pertanyaan standar yang sudah mereka setujui.     

Sebagai Elf Matahari, Nodanielle memiliki kulit lembut dan rambut pirang cerah, membuatnya terlihat cantik di bawah sinar matahari. Tapi tak ada sedikit pun senyum di wajahnya. Dia menjawab, "Paling tidak untukku, tak ada hal yang terlalu aneh sebelum kejadian. Teman-teman dan aku berburu, memetik buah, membetulkan tempat-tempat di hutan di mana keseimbangannya bisa rusak, merasakan alam, dan membaca buku klasik yang ditulis setelah zaman mitos...     

"Segalanya sangat tenang dan damai, seolah hidup indah itu akan berlangsung selamanya. Tapi saat pagi, aku mendadak menyadari kalau tato di kulit Tracy penuh dengan hawa kebencian dan pembantaian ... Hanya saja, segalanya baik-baik saja di awal. Kami menarikan tarian spesial yang dia pelajari dan berpamitan saat malam."     

"Tarian spesial?" Heidi menulis jawaban Nodanielle di catatan, minatnya atas tarian itu dideskripsikan sebagai 'spesial'.     

Nodanielle mengangguk. "Dia bilang kalau Nona Martha yang mengajarinya. Haruskah aku menunjukkannya padamu?"     

Heidi dan Katrina menjawab bersamaan, separuh karena investigasi, dan separuh karena penasaran. "Boleh!"     

Nodanielle melangkah mundur dan mulai menari meski tak ada musik.     

Tariannya punya banyak gerakan aneh yang nyaris bertentangan dengan biofisika. Hanya elf dengan tubuh yang lembut dan lentur yang bisa melakukannya.     

"Meski gerakannya aneh, tariannya memang indah..." Heidi menggerakkan tangan kiri dan kakinya, merasakan desakan untuk mempelajari tariannya. Tapi dia langsung menepuk pipinya dengan menyesal dan berpikir untuk mengonsumsi ramuan untuk menstimulasi kekuatan darahnya. Kalau tidak, dia tak mungkin bisa mempelajari tariannya.     

Katrina mengetuk untuk Nodanielle dan berujar lewat sambungan telepati, "Tarian ini memberiku perasaan aneh. Lebih baik kita bawa topik ini saat rapat malam."     

Saat menari, Nodanielle jadi sedih seolah teringat oleh temannya. Dia belum tersadar sampai cukup lama dan berujar pelan, "Apa tarian ini baik-baik saja?"     

"Tidak ada gelombang sihir, tidak ada aroma kekuatan suci, dan tak ada intipan dari sosok aneh, tapi bukan berarti tariannya baik-baik saja. Lebih baik kau tak menarikannya sampai investigasi selesai." Heidi mengingatkan teman elf barunya yang dia sukai.     

Setelah Nodanielle mengangguk, Katrina kembali bertanya, "Apa Tracy menunjukkan perubahan emosi atau perubahan pendapat sebelum terkena dampak?"     

Mengingat-ingat, Nodanielle berkata, "Dia agak sedih karena dia belum bisa naik tingkat dalam waktu lama. Jadi dia memberitahuku kalau dia ingin menjadi druid agar bisa menjaga keseimbangan alam dengan lebih baik."     

Untuk menjaga keseimbangan alam dengan lebih baik ... Mengernyit, Heidi menulis jawaban Nodanielle dan bertanya, "Kau druid?"     

"Ya, aku baru saja menjadi Pelindung Alam, atau druid tingkat menengah dalam bahasa kalian." Nodanielle jelas sangat bangga atas identitasnya sebagai Pelindung Alam.     

Elf tidak mengklasifikasikan levelnya dengan rendah, menengah, tinggi, dan level satu, level dua, level tiga seperti manusia, tapi kategorinya mirip. Penjaga Alam adalah druid tingkat murid, Kawan Alam adalah druid tingkat rendah, Pelindung Alam adalah druid tingkat menengah, dan Pemegang Tongkat merupakan druid tingkat senior (termasuk level 9).     

Heidi cukup tertarik dengan druid dan memeriksanya lebih awal.     

"... Setiap elf bisa melihat keindahan alam, jadi mereka bisa menjadi Penjaga Alam tanpa kesulitan. Lalu kami harus mengubah pemahaman mengenai alam ke dalam keyakinan kami dan menerapkan keyakinan itu dalam kehidupan. Begitu keyakinan kami melebur dengan alam, kami akan membentuk Jantung Alam yang mirip dengan dunia kognitif kalian. Karena namanya diambil dari inti pohon elvish, itu adalah fondasi untuk mengeluarkan kekuatan kami..." Nodanielle tak merahasiakannya.     

Mereka pun berpisah setelah mengobrol sedikit lebih lama.     

Saat malam, Heidi dan Katrina kembali dengan catatan penuh dan bertemu Jurisian, Felipe, Annick, dan Sprint.     

"Tarian spesial ... Nona Martha..." Jurisian mengulang. "Lebih dari 70% kerusakan berhubungan dengan tarian spesial. Tiga puluh persen dari mereka mempelajarinya dari Nona Marthe, lalu lainnya belajar dari tempat yang tak kita ketahui."     

Felipe berujar pelan, "Mungkin itu adat elf. Mereka semua adalah penari handal."     

"Pokoknya, kita harus menemui Nona Martha besok," kata Jurisian.     

Saat itu, Annick berujar malu-malu tapi serius, "Apa mungkin tariannya seperti Ritual Pemanggilan Spesial Viken, yang tak ditemukan keanehan pada permukaannya, tapi menanamkan ide pada orang yang mempelajarinya?"     

Setelah memecahkan kasus seperti itu, Heidi sangat sensitif. Dia mengangguk hati-hati. "Ada kemungkinan. Kebencian Alam. Aku ingat kalau salah satu iblis purba bernama Kebencian!"     

"Masalahnya adalah 80% elf yang terkena dampak mengikuti Kesimbangan Alam dan 20% sisanya bimbang antara dua fraksi. Hanya sedikit elf dari Keseimbangan Alam terkena dampak. Kalau tidak, Elvish Court pasti menyadari ada yang aneh..." Jurisian menatap data dan mengusap jembatan hidungnya.     

...     

Setelah memeriksa Jantung Alam, Lucien, Natasha, dan Atlant pergi ke penjara dengan dipimpin Malfurion serta Lankshear, berharap bisa menemukan petunjuk dari elf yang terkena dampak.     

Penjara elf terbuat dari batang pohon. Namun batang pohonnya berwarna abu-abu dan sekokoh besi.     

Lankshear meminta dua elf yang menjaga penjara untuk membuka gerbang. Lolongan pilu dan mengerikan langsung terdengar, bagaikan tangisan hewan buas saat malam.     

Dua penjaga itu mau tak mau merasa sedih. Di dalam adalah rekan-rekan mereka, bukan hewan buas!     

Lucien, Natasha, dan Atlant berdiri di luar penjara, mengamati elf yang terkena dampak lewat jeruji.     

Di sana ada gadis elf yang cantik, tapi tatonya memanjang dari leher dan lengan sampai ke sekujur tubuhnya. Selain itu, warnanya bukan hijau segar seperti tato elf biasa, melainkan memancarkan warna merah aneh dan mengintimidasi.     

"Seperti pola di punggung laba-laba berwajah manusia..." kata Natasha lewat sambungan telepati.     

Memang benar kalau tato dan kulit elf ini menunjukkan kalau dia akan berubah menjadi laba-laba!     

"Aku akan membunuhmu!"     

"Demi dunia yang hijau dan damai!"     

"Semua makhluk berakal harus mati!"     

Gadis elf yang terkena dampak melompat ke jeruji dan mendelik pada Lucien, lalu matanya melebar. Tak ada tanda-tanda kecerdasan di dalam pupilnya, melainkan warna merah beku dengan nuansa brutal dan penghancur. Selain itu, dia membuka mulut dan menggigit batang. Sepertinya hanya itu satu-satunya cara dia menyerang karena tak bisa menggunakan kemampuannya.     

Giginya yang rapi dan putih seperti tulang sekarang.     

"Dia adalah pengikut Keseimbangan Alam..." Malfurion mengenalkan gadis elf itu pada Lucien.     

Lucien dan Atlant sudah pernah melihat yang lebih parah. Tanpa terpengaruh, mereka memeriksa kondisi gadis elf itu dengan sihir.     

Waktu berlalu. Lucien menekan dampak kerusakan pada gadis elf dan berkata, "Aku yakin ini berkaitan dengan kontaminasi pohon elvish, tapi tak tahu apakah ini sebab atau akibatnya. Lagipula, ramalanku mengatakan kalau semua elf yang terkena dampak memiliki kesamaan di permukaannya. Itulah kunci untuk memecahkan masalah kita."     

"Aku akan meminta Iristine untuk menginvestigasi bersama penyihir. Apa kau mau melihat-lihat celah abyssal denganku?" tawar Lankshear.     

Tanpa keberatan, Lucien mengangguk.     

Saat itu, mata gadis elf mendadak berubah jernih ketika kekuatan kerusakannya ditekan oleh Lucien. Dia memegangi kepalanya karena kesakitan. "Kenapa ini terjadi?"     

"Kenapa ini terjadi?"     

Warna hijau terang memancar dari tubuhnya dengan nuansa gaib samar.     

Ekspresi Lucien berubah. Dia bermaksud menghentikannya, tapi Malfurion menghela napas. "Dia menderita. Biarkan dia membebaskan dirinya sendiri. Masih ada elf terdampak lain yang bisa kita investigasi..."     

Gadis elf itu menyanyikan melodi indah:     

"Setiap elf adalah pohon. Kami datang dari alam dan kami kembali ke alam..."     

"Kami lahir dari gabungan cinta, dan kami kembali dalam damai dan tenang. Kami menyanyi untuk hutan. Kami memuja kehidupan..."     

Begitu lagunya menggema, cahaya hijau di tubuhnya semakin pekat. Kemudian, Malfurion membuka pintu penjara.     

Gadis elf itu melangkah keluar seolah sedang menari, sebelum dia membungkuk dalam pada Lucien, Natasha, dan Atlant.     

"Setiap elf adalah pohon. Kami mengakar di tanah dan bernapas di langit..."     

"Kami menjaga alam dan menjaga keseimbangan..."     

Dia berusaha terbang keluar. Cahaya hijau di tubuhnya melahapnya, dan dia turun perlahan ke tanah. Saat itu, mata dua penjaga di sana sudah berubah merah.     

"Setiap elf adalah pohon..."     

Lagunya semakin lama semakin tak terdengar, tapi tetap menggema di hutan. Ketika cahaya hijaunya hilang, sebuah pohon yang tinggi dan indah muncul di hutan.     

Setiap elf akan berubah menjadi pohon setelah mati. Itulah mengapa mereka sangat suka hijau.     

"Kita harus menemukan sebab kerusakan ini!" Menyaksikan pemandangan seperti itu, Natasha mengepalkan tangan kanannya dan berujar pada dirinya sendiri.     

Lucien memejamkan mata dan menghadap pada Lankshear. "Ayo lihat celah abyssal."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.