Singgasana Magis Arcana

Gerbang Saint



Gerbang Saint

0Ekspresi di wajah Inke mendadak berubah ketika dia mendengar suara pendeta tinggi. Dia mengambil satu langkah maju dan melihat ke arah Aska.     
0

Inke menunjukkan bahwa Aska lah yang membuat masalah, sementara itu dia berusaha melerai mereka.     

Aska—atau Lucien—sebenarnya sengaja membuat konflik. Lucien tahu kalau penjaga gerbang akan menghindari lingkaran sihir dan membawanya ke pojokan sepi, dan di sana Lucien akan punya cukup waktu untuk mengubah dirinya menjadi salah satu penjaga gerbang.     

Sang pendeta tinggi juga seekor sphinx, tapi keempat kakinya diselimuti dengan kain kafan. Dialah orang yang dilihat Lucien yang berada di samping Gerbang Saint. Saat ini, pendeta tinggi sedang menatap Lucien dingin dengan mata hitamnya.     

Lucien merasa tatapan pendeta tinggi itu menggelikan, tapi tetap saja dia menunduk, berpura-pura gugup dan takut. "Yang Mulia, saya melihat seorang pengawal makam sedang melanggar aturan. Dia berlarian. Saat saya menghentikannya, dia tidak menunjukkan hormat pada saya. Jadi ... jadi saya memberinya pelajaran tentang cara bersikap."     

Pendeta tinggi itu menatap Lucien lekat-lekat dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tatapannya sangat dingin dan membawa nuansa kematian.     

Lucien mengendalikan ototnya dan berpura-pura dia agak gemetaran. Dia membuat jantungnya berdetak lebih cepat, menunjukkan dia merasa cemas.     

Setelah memeriksa Aska dengan teliti, pendeta tinggi itu bertanya pelan, "Kau memakai sihir?"     

Nadanya datar dan tanpa emosi.     

"Dia mencoba ... melawan balik ... Saya tidak sengaja!" Lucien buru-buru menjawab dengan pura-pura terbata-bata. Sebenarnya, Lucien melakukannya dengan sengaja untuk membuat pendeta tinggi menyadari gelombang sihir.     

Jika Lucien hanya meninggalkan Aska di sana, dalam 10 menit, Helges pasti akan datang untuk mencari Fil, dan itu akan menjadi akhir segala rencana Lucien. sehingga dia harus menemukan kesempatan untuk mengirim 'Fil' kembali dulu.     

Lucien menggunakan Transformation dan mengubah Aska menjadi Fil. Ketika dia melakukannya, Lucien menggunakan dua macam mantra inheren milik sphinx untuk menyembunyikan gelombang sihir yang disebabkan oleh Transformation. Sehingga Inke, meski dia hanya di sekitar pojokan, tidak akan menyadarinya. Lucien berhasil mengubah dirinya menjadi penjaga gerbang, Aska, yang menggunakan sihir karena marah besar.     

Lucien tahu gelombang sihir selalu bisa dideteksi dengan lingkaran sihir di makam, dan itu merupakan bagian dari rencananya agar pendeta tinggi yang bertugas malam ini akan menghampiri mereka.     

Sang pendeta tinggi menatap mata Lucien seolah dia bisa melihat banyak hal. Di mata Lucien, sang pendeta tinggi melihat kecemasan, kegugupan, dan perasaan senang yang tersisa setelah memberikan pukulan pada pengawal makam.     

"Aska, kau tidak boleh menggunakan sihir kapanpun di makam kecuali ada musuh di sini," ujar pendeta tinggi dengan nada datar yang sama, yang mana membuatnya terdengar seperti mayat. "Temui aku setelah shiftmu selesai untuk hukuman cambuk."     

"Baik, Yang Mulia," ujar Lucien putus asa.     

"Kau bawa pengawal makam itu kembali pada timnya dan serahkan dia pada pemimpin tim untuk memutuskan hukumannya..." sambung pendeta tinggi. "Beritahu pemimpin tim untuk menemuiku juga nanti."     

Sang pendeta tinggi tidak akan membiarkan pengawal makam itu hanya tergeletak di atas lantai. namun pendeta tinggi sendiri terlalu terhormat untuk melakukan hal seperti itu. Segalanya berjalan seperti yang direncanakan Lucien.     

"Baik, Yang Mulia," jawab Lucien. benaknya dipenuhi oleh kegembiraan.     

Setelah pendeta tinggi kembali ke Gerbang Saint, Lucien melirik marah pada Inke dan berkata, "Jangan bicara padaku lagi, dasar kalajengking pengecut."     

Inke baru saja akan memberikan penjelasan mengenai perasaan bersalahnya. Tapi kalimat Lucien membuatnya kesal. Inke pun mendengus dan berkata, "Nikmati hukuman cambukmu!"     

Lucien dengan mudah mengacaukan hubungan antara kedua penjaga gerbang itu, jadi dia tidak perlu khawatir Inke akan menemukan kebenaran dari percakapan mereka. Sambil menyeret 'Fil' di lantai, Lucien berjalan kembali ke aula dengan suasana hati yang cukup baik.     

Di luar aula mencekam yang dipenuhi dengan peti hitam, Helges berteriak marah. "Apa yang kau lakukan padanya?!"     

Lucien melempar 'Fil' di lantai dan menjawab santai, "Kalajengking ini tidak sopan padaku. Jadi aku memberinya pelajaran."     

"Dasar kau kalajengking hina! Aku pemimpinnya, dan jika dia butuh pelajaran, akulah yang akan memberikannya!" Helges sangat marah. Dia mengambil satu langkah maju dan menatap langsung ke mata Aska. Jaraknya hanya satu kepal dari Aska.     

"Lalu kenapa? Kau mau menghajarku?" Lucien tertawa keras. "Kau tahu? Pendeta tinggi ingin menemuimu setelah shiftmu. Kau dalam masalah, hahaha!"     

Kemarahan Helges mendadak lenyap dan suaranya agak bergetar. "Apa?"     

"Haha, nikmati hukuman cambukmu." Lucien meminjam kalimat Inke dan berbalik, bersikap khas Aska.     

Helges sangat kesal, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia hanya bisa berjalan mondar mandir.     

"Haruskah kita mencari pendeta untuk menyembuhkan Fil...? Jadi dia bisa bangun lebih cepat?" Seorang penjaga makam menghampirinya, mencoba menenangkan Helges.     

"Dasar kalajengking bodoh!" Helges mengangkat kaki depannya dan menendang si pengawal keras-keras. Kemudian dia menginjak Fil emosi untuk melampiaskan kemarahannya.     

Tidak ada yang berani membuat marah pendeta tinggi!     

...     

Dalam hening, Lucien dan Inke berdiri di depan Gerbang Saint dan menjalankan shift mereka.     

Sang pendeta tinggi juga kembali ke ruangan batu dan melanjutkan berdoanya.     

Waktu berjalan dengan cepat, dan makamnya semakin dingin. Kekuatan kematian mendidih dan meraung dari balik gerbang seolah ada makhluk undead berjumlah banyak sedang memukul gerbang dengan tangan pucat dan kurus mereka.     

Sambil diam, Lucien mulai mempertimbangkan bagaimana caranya dia bisa melewati gerbang.     

Rhine telah memberikan semua informasi yang dibutuhkan Lucien, termasuk rancangan lingkaran sihir di gerbang dan mantra-mantra. Bahkan sebagai vampire legendaris, Rhine tidak bisa melewati gerbang secara langsung.     

Lucien diam-diam menggunakan kekuatan spiritualnya dan memeriksa gerbang itu. Setelah meyakinkan kalau informasi yang dia dapatkan adalah benar, dia membuat rencana dasar.     

Dia baru akan menggunakan 'fluktuasi kekuatan yang terjadi ketika siang dan malam berganti' untuk menyembunyikan gelombang sihirnya.     

Segalanya berjalan lancar untuk Lucien, kecuali saat Helges dan timnya berpatroli, Helges menatap Lucien beberapa kali dengan kemarahan besar.     

Sebelum fajar, dalam kegelapan dan hawa dingin yang mengungkung, gerbangnya mendadak menjadi tidak nyata dan terdistorsi, seolah ia telah berubah menjadi sebuah gerbang bayangan yang menuju ke neraka!     

Dengan munculnya nuansa kematian yang kuat serta hawa dingin, Lucien bahkan merasa agak gemetar.     

Dia sangat terkejut ketika merasakan atmosfer familiar itu—atmosfer dari Dunia Arwah!     

Meski Lucien tidak mengenakan Sun's Corona, karena dia pernah masuk ke Dunia Arwah dan berurusan dengan specter tingkat senior beberapa kali, Lucien cukup sensitif untuk menyadari atmosfernya!     

Lucien punya banyak pertanyaan di kepalanya.     

Apakah Finks, sang Raja Sphinx, sudah tahu tentang keberadaan Dunia Arwah? Apakah itu alasan kenapa dia memilih tempat yang dekat dengan celah yang terhubung ke Dunia Arwah untuk membangun makamnya?     

Apakah itu berarti altar Kuo-toan dan istana bawah tanah Thanos juga memiliki celah tak jauh dari sana?     

Apakah Thanos tahu tentang keberadaan Dunia Arwah? Apakah kematiannya berkaitan dengan itu?     

Lucien menjadi lebih waspada dan takut tentang Dunia Arwah. Dia tahu kalau sekarang bukan waktunya untuk terlalu banyak berpikir. Dia mencoba fokus dan menunggu dengan sabar sampai pagi datang.     

Di cakrawala, warna oranye samar perlahan naik dan keagungan serta kemegahan matahari menembus kegelapan.     

Begitu matahari mulai terbit, sinar matahari entah mengapa menyinari puncak piramida.     

Di makam, kekuatan kematian yang mengerikan yang mengenai Gerbang Saint mendadak mundur seperti lelehan salju di bawah sinar mentari. Kekuatan itu mundur dengan cepat sampai menimbulkan gelombang kekuatan yang sangat hebat.     

Sang pendeta tinggi sangat fokus pada Gerbang Saint, sementara Inke sudah melihat ini berkali-kali, sehingga dia hanya melihat ke depan.     

Mendadak, tubuh Lucien beriak seperti air, dan sosok tembus pandang yang mencekam keluar. Di bawah lindungan tubuh sphinx itu, sosok tembus pandang tersebut perlahan merapal mantra dan mengendap-endap ke arah gerbang dari bawah.     

Namun di depan gerbang, Aska masih berdiri tegap.     

Mantra tingkat lingkaran lima, Persistent Image!     

Lalu mantra tingkat lingkaran empat, Gaseous Form!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.