Singgasana Magis Arcana

Pembunuhan



Pembunuhan

0Perasaan itu hanya berlangsung kurang dari satu detik, seolah hanya peringatan palsu. Tapi cincin Congus Ring yang dipakai Lucien mengingatkannya kalau itu bukan ilusi.      0

"Lucien..." Alferris mencoba bicara pada Lucien, tapi dihentikan olehnya. Mata besarnya yang berwarna merah amber tampak bingung.     

Siapa? Siapa orang yang datang kemari, tempat di dekat gereja kecil di daerah penduduk kota, selarut ini?     

Tapi kekuatan berbahaya itu tak pernah kembali lagi. Jadi Lucien berujar pada Alferris menggunakan telepati, yang hanya akan menghasilkan gelombang sihir kecil, "Ada seseorang di dekat sini, setidaknya tingkat senior. Sekarang kelihatannya orang itu masuk ke Gereja Salvation. Kita harus menunggu di sini agak lama untuk memastikan Richard aman."     

Alferris mendadak bersemangat. Seorang musuh berarti pertarungan. Pertarungan berarti kemenangan. Lalu kemenangan berarti trofi!     

Sambil mengangkat cakarnya, Alferris mengusap liurnya.     

...     

Berdiri di depan salib, Richard memikirkan pembicaraan yang baru dia lakukan bersama seorang seorang pemuda. Semua pemikiran kacau yang terus mengganggunya jadi semakin teratur dan konsisten, membantunya membentuk ulang hati penuh keimanannya.     

Saat itu, dia merasakan kedamaian. Dia berdoa dalam diam, 'Tuhanku, jika Engkau pikir aku memelintir Cannon, biarkan cahaya suci melahapku, karena aku layak mendapatkannya.'     

Seiring waktu, Richard mulai diselimuti selapis cahaya suci, seolah dia adalah saint yang diberkahi oleh Tuhan. Dia membuka mata dan melihat ke atas lagi, pada salib, kemudian berujar dengan suara dalam, "Engkau adalah satu dan segalanya. Engkau adalah saat ini dan selamanya ... kurasa aku paham kenapa Gereja harus ada. Keberadaan Gereja harus melindungi keyakinan, bukan mengganggunya. Semua orang berhak mendapatkan pencerahan dari Cannon, selama mereka taat."     

Richard tak pernah merasa selega sekarang. Hatinya penuh kebahagiaan dan keyakinan, sementara jantungnya berdetak lebih cepat karena bersemangat. Dia bahkan merasa kalau sekarang bisa mencapai level 9 meski kemajuannya sedikit lambat selama satu dekade ini.     

"Semua adalah berkahmu. Hanya kebenaran yang abadi." Richard membentuk salib di dadanya.     

Di mata Lucien, Richard harusnya sudah naik ke level 9 sejak lama jika bukan karena bingung dan perjuangannya. Keyakinan sejati dan pemahaman mendalam dalam teologi bahkan bisa membawanya ke tingkat selanjutnya, yaitu kardinal saint, tingkat legendaris.     

Richard berdiri. Setelah semua pendeta sudah meninggalkan aula, dia menuju ke taman. Sembari menghirup udara segar yang bercampur aroma bunga, dia memikirkan tentang pembentukan ulang yang akan dia lakukan dan merasa sangat diberkahi oleh Tuhan.     

Tak peduli sesulit apa pembentukan ulangnya, tak peduli siapa yang akan muncul dan menghentikannya, Richard sudah bertekad untuk menyelesaikannya.     

Saat itu, dia merasakan seseorang berjalan menghampirinya.     

Itu adalah seseorang berjubah merah yang mengenakan biretta.     

"Octave?" Richard mengenalinya.     

Octave pernah mendengarnya berceramah di Rentato, dan dia adalah jubah merah sebelumnya yang bertugas di inkuisisi Holm.     

Octave memiliki ekspresi serius. Dia adalah seorang pria paruh baya yang alis hitamnya tebal dengan mata biru tajam. Dia tersenyum dan berujar, "Kau pasti sudah mendengar apa yang terjadi akhir-akhir ini. Aku agak bingung, jadi kupikir aku ingin bicara denganmu."     

"Kau memiliki kebencian di dalam hati, jadi kau menutup matamu?" tanya Richard menggunakan kalimat dalam Cannon.     

Octave membuat salib sebelum dia menjawab, "Ya. Aku takut kebencian itu akan menyerangku dan membuatku melupakan tujuan utama, untuk melayani Tuhan. Tapi, Tuan Richard, haruskah kita membiarkan iblis bebas dan terus menyuruh kita untuk menahan diri karena semua alasan itu? Bukankah ini adalah pengkhianatan terhadap pesan Tuhan?"     

Kemudian Octave mengutip Cannon, "... Karena keyakinan, dia tak menunjukkan rasa takut saat menghadapi iblis dan api. Dia melempar diri ke dalam kerumunan musuh paling berbahaya dan tidak ada jalan keluar..."     

Dia menanyakan pertanyaan itu pada dirinya dan juga pada Gereja.     

Richard menggeleng. "Apa itu jahat? Kenapa bangsawan yang dibunuh itu jahat?"     

"Dia mendengarkan Suara Arcana. Dia bekerja dengan para penyihir untuk mendapatkan uang." Octave meninggikan suaranya.     

Richard menunjuk pada Cannon di tangannya. "Tuhan hanya menyuruh kita untuk tidak serakah, tidak bohong, tidak berlaku sesuka hati, dan tidak bersikap tak hormat pada nyawa. Bagian mana dari dia yang salah?"     

"Dia berbohong," jawab Octave.     

Richard tersenyum. "Orang yang berbohong tidak akan naik ke Mountain Paradise, tapi bergentayangan di sini dan dihukum oleh petir dan api. Cannon tak pernah mengatakan orang yang bohong layak dihukum mati."     

"Dia bekerja dengan penyihir! Dia mendengarkan Suara Arcana!" Octave tidak tahu harus mengatakan apa lagi.     

Richard membalas dengan tenang, "Selama penyihir tidak dinilai jahat oleh Cannon, Cannon tak pernah mengatakan kalau dia tak diperbolehkan bekerja dengan penyihir."     

"Bagaimana mungkin penyihir tidak jahat? Doktrin mengatakan..." Octave mengutip kalimat lagi.     

Richard hanya tersenyum, sampai Octave perlahan memelankan suara.     

"Karena kau mau mengikuti Doktrin, kuasumsikan kau menghormati keputusan Gereja. Kenapa kau marah?"     

Wajah Octave jadi cerah dengan perspektif baru itu. "Begitu, ya. Aku bukannya tidak setuju dengan Gereja, bukan pada Doktrin, tapi pada paus dan pendeta kepala yang berdiri tinggi dalam kesucian tapi terus salah mengartikan kalimat Tuhan. Mereka menjauh sehingga tak lagi bisa menyampaikan pesan yang benar! Tuan Richard, aku tahu kau selalu melawan revisi Doktrin. Tolong keluarlah dan bangunkan mereka! Kita harus meminta mereka melanjutkan Doktrin asli."     

"Bagaimana jika paus menolak?" tanya Richard. Dia baru saja melakukan kesepakatan, jadi dia langsung menyadari indikasi dalam kalimat Octave.     

"Jika dia menolak, maka kita akan memilih paus baru! Aku yakin kardinal agung sebanyak itu memiliki pendapat yang sama!" kata Octave menggebu-gebu. "Di dalam hatiku, Tuan, kau adalah kandidat terbaik!"     

"Ini bukan apa yang kita inginkan. Cara terbaik melakukannya adalah membiarkan setiap penganut taat menginterpretasikan Cannon. Itulah justifikasi keyakinan!" Richard menggeleng.     

Octave agak terkejut. Dia tidak menyangka kalau keyakinan Richard lebih radikal daripada dirinya.     

Octave terus mencoba membujuk Richard, tapi Richard tak mau mendengar. Richard sudah memutuskan untuk melakukan reformasi diri.     

Pada akhirnya, Octave berujar frustrasi, "Kalau begitu aku akan meninggalkanmu sendirian dulu, Tuan. Kuharap suatu hari nanti kau akan setuju dengan kami, dan kami akan selalu menunggumu agar menjadi salah satu dari kami."     

Kami? Richard agak mengernyit, namun tidak bertanya.     

Setelah Octave pergi, Richard kembali untuk mengembangkan proposal reformasinya.     

Sementara itu, di ujung koridor, Octave mendadak berhenti berjalan. Ada senyum menakutkan di wajahnya, sementara di tangannya ada gulungan coklat berisi kekuatan dahsyat.     

Selalu lebih mudah mengendalikan orang mati karena mulutnya tertutup selamanya.     

Richard yang dibunuh oleh penyihir adalah pemicu yang bagus daripada Richard yang masih hidup!     

Saat Octave menyobek gulungan, kekuatan dahsyat menyeruak. Dalam sekejap, warna abu-abu menjalar di tubuh Richard dan memengaruhi seluruh ruang dalam radius tertentu.     

Segalanya yang ada di area itu berhenti bergerak di bawah kekuatan mantra tingkat lingkaran 9, Time Stop.     

Octave lantas menyobek gulungan hitam lagi. Kekuatan sihir yang menyembur langsung menarget Richard dan melenyapkan semua mantra suci pertahanan yang dimiliki Richard. Kekuatan itu juga punya kesempatan merusak item yang digunakan Richard.     

Mantra tingkat lingkaran 9, Cracking (Advanced)!     

Namun, saat Octave mengeluarkan gulungan terakhir, Orb of Ultimate Destruction, sebuah sosok mendadak muncul di hadapannya.     

Sosok itu menunjuk ke arahnya, kemudian semua item suci yang dia kenakan langsung pecah berkeping-keping, termasuk jubah merah, dan bagian tubuhnya!     

Octave sangat tidak siap. Dia kehilangan kemampuan untuk bertindak baik secara fisik maupun mental.     

Dengan Alkimia Baru, mantra Lucien, Elemental Order, kini jadi lebih kuat, mendekati tingkat lingkaran 9.     

Meski lingkaran suci menutupi sebagian besar gelombang sihir dari mantra, karena Lucien sangat dekat dengannya, dia masih bisa merasakannya dan kini datang untuk menyelamatkan nyawa Richard. Untuk menghindari ketahuan oleh sosok tingkat legendaris di Rentato, Lucien memutuskan tidak menggunakan Congus Ring.     

Di mata Lucien, apa yang dilakukan Octave barusan sia-sia. Gulungan tingkat senior bahkan lebih langka daripada item tingkat senior, karena mereka hanya bisa digunakan satu kali, dan materialnya sulit ditemukan.     

Dengan kata lain, pada dasarnya Octave mencoba membunuh Richard menggunakan banyak uang.     

Lucien menunjuk ke arah Octave lagi. Dia bermaksud menurunkan kekebalan sihir Octave, baru membawanya kembali menggunakan Petrification agar bisa diinterogasi.     

Saat itu, seseorang mendadak melompat keluar dari kegelapan, dan pedangnya langsung menebas ke leher Lucien!     

Octave tidak sendirian. Ada kesatria cahaya lain yang memiliki kekuatan darah Elimination!     

Dia tahu Lucien, dan Lucien juga mengenalnya. Kesatria agung itu adalah pemimpin penjaga malam sebelumnya dari Inkuisisi Aalto, Lend!     

Kini Lend sudah menjadi kesatria cahaya level enam, dan dia mengenali Lucien. Dikendalikan oleh amarah, Lend tak bisa menahan diri lagi.     

Karena kekuatan darah Elimination, mantra pertahanan Lucien akan dihilangkan!     

Ujung pedangnya menebas tubuh Lucien, namun tubuhnya berubah menjadi busa. Dengan senyum menakutkan, Lucien perlahan lenyap.     

Illusion! Jantung Lend mencelos. Dia buru-buru memosisikan pedangnya untuk pertahanan.     

Namun saat itu, makhluk raksasa muncul di belakangnya. Mata merah besarnya menatap Lend lekat. Mulutnya pun terbuka, lalu napas naga yang membekukan dan membuat kaku keluar.     

Di bawah tekanan hebat dari makhluk paling kuat, pikiran Lend kosong sesaat.     

Sementara itu, Lucien muncul lagi di samping Octave, dan dia langsung melompat ke arah jubah merah level 8.     

Octave sadar Lucien sudah merapal Baler's Transformation. Dia mendengus dalam hati. Penyihir mengubah dirinya menjadi kesatria cahaya, sebodoh apa itu?     

Jadi dia memasang lingkaran suci pertahanan di depannya untuk melawan serangan Lucien. Selama dia bisa keluar dari tempat itu, dia bisa melapor pada Gereja kalau Richard sedang bersekongkol dengan Fallen Angel!     

Namun, yang sangat mengejutkan Octave, tangan kiri Lucien sudah langsung menembus lingkaran suci. Kepalan tangannya diselimuti dengan lapisan cahaya bulan serta campuran warna hitam, putih, dan abu-abu.     

Octave tak tahu apa itu.     

Dia menyangka sedang berada di dalam mimpi.     

Tinju kiri Lucien menghantam sisi wajah Octave. Dalam sekejap, darah menyembur dan giginya jatuh.     

Octave pingsan.     

Lucien mengendalikan kekuatannya, kalau tidak dia pasti sudah meninju Octave sampai otaknya keluar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.