Singgasana Magis Arcana

Siapa Aku?



Siapa Aku?

0Di panggung debat di depan Temple of War, pendeta lain semuanya terdiam setelah mendengar pidato Lucien.     0

Lucien yang mengenakan mantel putih sederhana, melihat sekitar dan berkata pada Nena dengan tenang, "Yang terhormat Nona Nena, bolehkah kita mengatakan kalau debat sudah selesai? Kelihatannya tidak ada yang ingin lanjut lagi."     

Nena agak kaget karena pertanyaan Lucien. Dia lalu melirik dingin pada Lucien dan berbalik pada para pendeta, "Apa kalian semua setuju?"     

Nob bermaksud menyangkal, tapi dia tidak bisa menemukan satu pun alasan.     

Otaknya berhenti bekerja. Tanpa dibarengi kehendak otak, mulutnya berkata, "Se ... setuju..."     

Pendeta lainnya juga sama.     

Akan ada tiga pemenang hari ini. Selain God of Revival, Fertility, and Redemption, mereka masih punya kesempatan.     

Nena sedikit melihat ke bawah untuk menyembunyikan ekspresinya. Lalu dia berujar dengan nada dingin, "Berdasarkan kalimat Lord of War yang berkuasa, pemenang dari debat hari ini ada tiga. Mereka bisa tinggal di Lembah Solna dan terus menyebarkan dakwah. Lalu pemenangnya adalah..."     

Tanpa sadar, dia menggunakan kata 'berkuasa' pada Lord of War.     

Para pendeta menahan napas, menunggu hasil akhir dengan gugup, termasuk para pendengar, seolah satu helaan napas saja bisa meniup hasil baiknya pergi.     

"... God of Revival, Fertility, and Redemption," kata Nena, mengumumkan hasil yang tak terlalu mengejutkan.     

Melihat betapa tenang Leviathan dan Francis, para pendengar yang hadir kurang lebih mulai percaya pada eksistensi Ell.     

Sikap seorang pendeta bisa mewakilkan sebesar apa rasa percaya mereka pada tuhan, begitu pula sekuat apa tuhan itu.     

"God of Moon."     

Karena sangat gembira, Nob bersujud dan mencium tanah. Dia tak bisa menahan diri untuk berdoa dan memuji tuhannya.     

"... dan Lord of Underworld."     

Volcan, pendeta Lord of Underworld, bersorak kencang. Dia memuji Lord of Underworld dan Lord of War.     

Namun pendeta lainnya tampak sangat pucat sekarang.     

Nena berkata datar, "Sebelum matahari terbenam esok hari, kalian yang kalah debat harus meninggalkan lembah. Orang-orang yang mengikuti mereka harus mengganti keyakinan. Orang yang tidak patuh juga akan diusir."     

"...!" Para pendeta dan pendengar melihat ke arah Nena dengan sangat terkejut dan marah. Meski mereka tahu harus pergi, tapi mereka tidak menyangka kalau mereka bahkan tidak boleh mempertahankan para pengikutnya.     

Lembah Solna adalah pulau yang kaya. Siapapun yang bersedia bekerja keras pasti bisa menghidupi diri sendiri. Begitu meninggalkan lembah, apa yang menunggu mereka jelas bukan hal menyenangkan. Sehingga, para pendeta paham kalau mereka pasti kehilangan sebagian besar pengikut sekarang.     

Sebagai pendeta, mereka tidak punya pilihan lain. Mereka harus berpegang teguh pada keyakinan masing-masing, atau mereka akan dilahap oleh kekuatan di dalam diri mereka.     

Ketika ditatap dengan tatapan amarah, Nena tetap tenang dan dingin. Dia perlahan mengangkat tangan kanannya, dan para prajurit langsung mengangkat senjata metal hitam mereka. Lapisan luar senjata dan armor hitam itu memiliki ketajaman dan memantulkan cahaya dingin.     

Pemandangan itu mengingatkan para pendeta akan sekuat apa Nena dan apa yang terjadi pada Politown. Mereka menunduk dan meninggalkan panggung. Dari sana, mereka mulai menggelandang.     

Nena berkata pada Lucien, Nob, dan Volcan tanpa melihat pada mereka, "Dakwah kalian harus mematuhi hukum yang dibentuk oleh Temple of War. Kalau tidak, kalian akan diusir juga."     

Lalu dia langsung berbalik dan pergi.     

Melihat Nena pergi, Francis mengirim pesan rahasia pada Lucien dan berkata dengan santai, "Kelihatannya Nona yang Terhormat sudah punya niat untuk membunuh kita, atau kalau kubilang, Lord of War punya rencana membunuh kita. Kalau tidak, kita tidak akan diperlakukan seperti ini. Mungkin deskripsi kita tentang Ell yang agung membuat mereka merasa tidak tenang..."     

Topiknya cukup serius, tapi dia terdengar tak begitu peduli.     

Lucien masih memainkan perannya dengan baik. Dengan dicampur dengan sedikit keterkejutan, Lucien bertanya, "Apa yang harus kita lakukan kalau begitu?"     

"Bicara lagi nanti. Akan ada perubahan baru," kata Francis. Dia meminta Lucien untuk bertemu dengan Ell, Jacob, dan Anheuse di hotel.     

Lucien mengangguk serius. Dia berpikir apakah ini ada hubungannya dengan pendeta lain.     

Mereka turun dari panggung, dan para pengikut langsung mengerumuni mereka. Mata mereka memiliki sorot penuh harapan dan keselamatan.     

Mereka semua pengikut Lord of Fire and Destruction. Mendengar kalimat Lucien, mereka lebih condong pada God of Revival, Fertility, and Redemption daripada Avando, karena apa yang mereka inginkan adalah harapan untuk naik ke Pulau Suci, daripada ketakutan dari Avando yang haus darah.     

Francis tersenyum, tapi tidak mengatakan apapun. Dia menunggu jawaban Lucien.     

Lucien berujar dengan nada yang menenangkan, "Ell yang agung selalu mengampuni. Tuhanku tidak akan membuang dunia yang penuh dengan penderitaan ini. Sebaliknya, Tuhanku bersedia melayani sebagai jembatan, menghubungkan dua dunia untuk menyelamatkan kalian dari siklus penderitaan tanpa batas. Mewakili Tuhanku yang berkuasa, selama kalian berdoa dan mengakui dosa dengan khusyuk serta berbuat kebaikan, doa kalian akan didengar.     

"Ini juga salah satu kekuasaan Tuhanku: 'Percayalah, dan Tuhan akan ada di hatimu'. Saya tidak lebih tinggi dari Anda, sebaliknya, saya hanya mendengar instruksi Tuhan lebih awal daripada Anda. Saya akan menjadi mentor Anda, membimbing untuk melihat Ell yang agung di dalam hati kalian lalu diselamatkan. Saya bukan pendeta, namun seorang pemrakarsa."     

Lucien punya prinsip: Dia tidak pernah mau mengambil harta dari para pengikut. Meski bukan pertama kalinya dia menggunakan divinitas untuk mencapai tujuannya, dia tak pernah berniat mengubah dirinya menjadi pengeruk keuntungan terbesar.     

Jika bukan karena ada Francis dan Anheuse di sana, Lucien akan berbagi dengan mereka tentang bagaimana dia memahami superego, ego, dan id.     

Lalu Lucien berpikir apakah dia terlalu banyak bicara tentang kedamaian batin. Mungkin, dia sedang membentuk sesuatu seperti Budhisme.     

Mendengar kalimat Lucien, para penganut nyaris menangis. Mereka tak pernah mendengar hal seperti itu sebelumnya dari seorang pendeta. Dalam kebanyakan kasus, mereka ketakutan dan diancam.     

Francis sedikit terhibur. Di matanya, Leviathan adalah pemuda polos yang baru bergabung dengan Kongres Doa Rahasia tapi punya keyakinan sendiri. Namun Francis paham karena pemuda yang membuat pidato barusan pasti punya pemahaman sendiri akan divinitas.     

"Pemrakarsa yang terhormat, bagaimana cara kami berdoa? Bagaimana cara kami bisa melihat Ell yang agung di dalam hati kami?" tanya salah satu pengikut.     

Lucien memasang senyum lembut. "Anheuse, pemrakarsa kita yang lain, akan memberitahu cara berdoa nanti. Sebelum berdoa, kalian harus belajar bagaimana cara memisahkan perasaan dulu, termasuk kegembiraan, kepedihan, dan kekhawatiran."     

Doa spesifik harus dimodifikasi setelah debat hari ini.     

"Dipisahkan..." ulang para pengikut dengan sepenuh hati.     

"Mudah saja. Anda hanya perlu menarik napas panjang lalu membuangnya ... Benar, untuk mengeluarkan perasaan..." Lucien mengajarkan pada mereka.     

Lucien tidak bisa berada di sana terlalu lama. Sehingga, setelah menyerahkan para pengikut pada Anheuse, dia kembali ke hotel bersama Francis menggunakan kereta yang ditarik lembu.     

"Untuk menyelamatkan mereka, kita harus menyelamatkan batin mereka dulu." Francis mengangguk di dalam kereta dalam perjalanan pulang. Dia tersenyum dan berkata, "Kupikir debat itu adalah kesempatan untuk mendiskusikan divinitas dan kemanusiaan, substansi universal dan primer, kesimpulan umum dan yang belum bisa dinalar manusia. Tapi ternyata isinya hanya menyombongkan tuhan masing-masing. Kerjamu bagus."     

"Tuan Francis, Anda mengajarkan banyak hal pada saya," kata Lucien. "Tapi karena Lord of War terlibat, kita tidak bisa mengincar God of Moon lagi."     

Francis menggeleng. "Ini juga kesempatan. Kau akan tahu."     

Saat kereta lembunya hampir tiba di hotel, gumpalan kertas dilempar keras melewati kelambu. Lemparan itu secepat anak panah dan hanya berjarak satu inchi dari wajah Lucien.     

Saat itu, Francis mengangkat tangan kanannya dan menangkap kertasnya dengan cukup mudah.     

Lucien sedikit menyipit. Lucien meyakini Francis setidaknya adalah tingkat senior.     

Seseorang di jalanan membuat teriakan pelan yang mengejutkan, lalu menghilang di kerumunan.     

Seolah Francis memang menunggu gumpalan kertas itu, dia bahkan tidak memeriksanya dulu sebelum membukanya. Setelah membaca pesan, dia menyeringai. "Ini dia."     

Lucien mengambil kertasnya dan melihat pesan di dalamnya.     

'Kepala pendeta Lord of War, Nena, telah memberikan perintah pada God of Moon dan Lord of Underworld, meminta mereka untuk menyerangmu malam ini demi memaksa Ell yang agung menunjukkan diri, jadi mereka bisa membunuh Ell yang agung. Salah satu dari kami berenam yang membuat kontribusi terbaik malam ini akan mendapatkan tempat yang tersisa. Tapi aku lebih ingin bekerja dengan God of Revival, Fertility, and Redemption, karena Lord of War adalah diktator yang tak bisa diprediksi. Jika Ell yang agung setuju, kita akan bertemu di tengah sungai di luar kota.'     

Di bagian bawah ada simbol matahari.     

"Kerja sama? Atau jebakan?" tanya Lucien.     

Francis mengedikkan bahu. "Entah. Baiklah, ayo masuk ke kamar dulu."     

Lucien masuk ke dalam kamar dan melihat Ell berdiri di sebelah jendela. Sambil mengenakan jubah putih, sikapnya yang mengesankan, sekokoh pegunungan. Entah mengapa Ell tampak berbeda sekarang.     

Ell berbalik ketika Lucien masih agak bingung. Tidak ada lagi api di matanya. Sebagai gantinya, matanya sekarang sedalam dan sehitam kematian. Ell memasang senyum ringan. "Sampai hari ini, saat aku mendengar debatnya, aku akhirnya sadar kalau Ell di masa lalu bukan Ell yang sebenarnya. Sekarang akhirnya aku telah bangkit dari kekacauan dan tempat tersembunyi."     

Lucien dan Francis terkejut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.