Singgasana Magis Arcana

Perubahan (II)



Perubahan (II)

2Dalam sinar bulan yang menerangi tanpa henti, sebuah garis hitam tipis muncul, lantas semakin membesar.      0

Itu adalah sebuah pedang panjang yang diselimuti dengan api hitam. Api hitam tersebut membara sangat terang, seolah bisa melahap apapun.     

Francis melihat api hitamnya. Itu adalah satu-satunya lubang hitam di langit yang menarik semua cahaya ke dalamnya. Bahkan waktu pun melambat dan memadat di dalam lubang gelap tersebut.     

Tapi dia kemudian menyadari kalau itu hanya ilusi, karena dia melihat cahaya redup yang murni keluar dari kegelapan.     

Pada akhirnya, kegelapan sekali lagi menguasai segalanya, lalu menghilang dalam satu detik.     

Ketika bulan perak muncul lagi, di bawah sinarnya yang berkilau, Lucien sedang melayang di udara. Pale Justice miliknya terlempar ke seberang sungai, yang mana sekarang sedang menancap di tanah di sebelah Natasha. Tubuh bagian kiri Lucien menggantung lemas, sementara wajahnya seputih kertas. Satu serangan itu telah menghabiskan seluruh kekuatan yang dikumpulkan oleh Alterna, begitu juga kekuatan darah Lucien setelah dia berubah. Kini Lucien telah kembali ke sosok aslinya.     

Temple of War dan puncak gunung di mana kuil tersebut berada sama-sama hilang. Di udara, Congus masih melayang diam, sementara Rudolf II sudah jatuh ke atas tanah. Neracanya juga tidak ada. Mungkin neraca itu hanya sebuah proyeksi.     

Angin malam berembus sepoi-sepoi. Jubah dan mantel sihir hitam Congus sedikit bergetar dan berubah menjadi serpihan kecil. Tengkorak di balik jubahnya tampak. Kemudian, seolah tengkoraknya meleleh, cairan putih menetes jatuh ke tanah, mengambil sedikit hawa kehidupan terakhir dari tanah.     

Seluruh tulang-belulang Congus sudah rusak. Ketika tengkoraknya retak, dua titik cahaya kecil di dalam rongga matanya langsung lenyap. Namun di bawah tengkorak putih itu, muncul tengkorak emas, yang memiliki kekuatan sangat dahsyat. Di rongga mata tengkorak emas, cahaya kecil itu menyala lagi.     

"Kau tak akan bisa kabur." Congus, si tengkorak emas, berkata pada Lucien dengan nada mencekam. Dua baris giginya bergerak.     

Kemudian, tengkorak emas itu pun retak. Di dalam tengkorak, ada cincin tua. Dalam detik selanjutnya, tengkorak emas dan cincinnya lenyap bersamaan.     

Jantung Lucien mendadak mencelos. Congus memiliki tempat untuk membangkitkan dirinya kembali di dekat sana!     

Lucien paham Alterna tidak bisa membunuh Congus, dan Rudolf II menggunakan satu serangan itu saat Alterna masih memulihkan diri. Namun karena dia sekarang menghadapi proyeksi Rudolf II, Lucien masih berharap kekuatan Alterna akan memberikan sedikit waktu yang berharga untuknya.     

Lucien berharap Congus kembali ke phylactery di dalam dunia utama setelah tubuhnya benar-benar hancur. Namun, keadaan tidak berjalan seperti yang Lucien inginkan.     

Tapi Lucien tidak panik. Dia adalah seseorang dengan sifat Secretive, dan dia sudah bertemu dengan Natasha. Lucien hanya harus berhati-hati menyembunyikan dirinya, lalu menemukan Kongres Sihir. Paling tidak, Congus butuh satu setengah jam untuk kembali. Lalu yang paling penting adalah...     

Lucien menoleh untuk melihat ke arah serpihan padat warna hitam, putih, dan abu-abu yang melayang di udara. Begitu Alterna menghisap serpihan itu, Congus pasti berusaha menjauh dari Alterna sejauh mungkin.     

Saat kekuatan Alterna pulih lebih jauh, Alterna akan bisa melenyapkan Congus sepenuhnya!     

Dengan senyum mencekam di wajahnya, Bero sang God of Sun, mendadak jatuh ke atas tanah dan berubah menjadi setumpuk abu.     

Ell, Natasha, Camil, Francis, Daniel, dan lainnya sudah tidak bisa bergerak. Meski Asin menjadi spectre, tetap saja masih punya sedikit kesadaran, dan tahu kalau dia harus menjauh dari Lucien.     

"Aku lapar..." kata sebuah suara pada Lucien.     

Tangan kiri Lucien terulur dan menarik Lucien untuk berdiri. Di udara, tangan kiri Lucien menekan salah satu serpihan, kemudian sisa serpihan itu perlahan bergabung bersama.     

Mendadak, suara angin di telinga Lucien lenyap. Warna di mata Lucien pun turut lenyap. Apa yang dia lihat hanyalah ruang yang dipenuhi dengan warna hitam, putih, dan abu-abu. Apapun yang jaraknya lebih dari satu meter terlihat kabur. Lucien merasa seolah dia ada di ruang terisolasi, bahkan kecepatan berpikirnya melambat.     

Francis berusaha keras melihat ke arah Lucien yang melayang diam di udara. Dia melihat, jika di tangan kiri Lucien, warna perak sedang bertarung melawan campuran warna hitam, putih, dan abu-abu. Mata Lucien tampak tidak fokus, seolah dia kehilangan jiwa.     

Kali ini, Daniel sang Fire of Purification, menengok. Sebuah senyum misterius muncul di wajahnya. Kemudian dia berdiri perlahan dan terbang ke arah Lucien dengan pedang di tangannya.     

"Kau terlalu luar biasa," kata Daniel, tapi suaranya jelas milik Rudolf II. "Kau tahu kalau proyeksiku tak akan mati semudah itu, tapi kau tetap mengambil serpihan esensinya."     

Namun, kekuatan dari proyeksi lebih lemah daripada tingkat legendaris. Kekuatan yang dimiliki sebuah proyeksi berdasarkan wadah yang ditempatinya.     

Di distrik bangsawan di Kota Hussum, Sophia sedang duduk di atas kasur, sembari menatap neraca hitam putih di depannya. Dia menonton pertarungan di Temple of War menggunakan item suci dan hubungan yang dia miliki dengan proyeksi ayahnya. Namun, kalimat ayahnya membuat Sophia agak bingung.     

Lucien Evans tahu kalau proyeksinya tidak akan mati semudah itu? Bagaimana dia tahu?     

Sophia tak akan pernah melupakan apa yang terjadi di istana bawah tanah Sun's King tiga tahun lalu. Dia mencari penyihir misterius itu dalam waktu lama untuk membalas dendam, tapi tak mendapatkan satu pun petunjuk. Kemudian, dia perlahan mengabaikannya dan mulai fokus memperkuat dirinya.     

Sebelum meninggalkan Kongres Sihir, Lucien sudah menyerahkan dua mantra sihir yang dia gunakan di istana bawah tanah. Karena prinsip dua mantra sihir itu cukup sederhana, banyak penyihir juga menciptakan mantra serupa berdasarkan prinsipnya. Sebagai hasilnya, pihak intel Gereja mengabaikannya. Makanya, Sophia melewatkan petunjuk paling penting untuk melacak si penyihir misterius itu.     

Namun sebagai seorang legendaris, Rudolf II langsung mengenali Lucien Evans. Biar bagaimanapun, Lucien tidak mencoba menyembunyikan kekuatan spiritualnya sama sekali.     

Rudolf II bicara pada Lucien dulu untuk menunjukkan ini bukan serangan diam-diam. Sambil mengangkat pedang panjang bernama Fire of Purification, Rudolf menebas Lucien yang berada di tengah sinar bulan.     

Gerakan pedangnya sangat aneh. Tapi kekuatannya, di bawah sinar bulan, sangat positif, di mana di sana ada kejujuran, kebaikan, keadilan, dan kebajikan.     

Ketika pedang putih yang memiliki ukiran api hanya tinggal satu inchi dari kepala Lucien, pedang panjang yang tampak biasa melesat secara horizontal dan menghadang serangan Rudolf II.     

Dentangan pedang itu nyaring. Fire of Purification terpental ke belakang, begitu pula pedang yang tampak biasa itu.     

"Kau masih bisa bergerak?" kata Rudolf II yang terkesima pada gadis cantik yang berdiri di depannya. Gadis itu tampak serius.     

Meski tidak heran Natasha masih hidup karena dia bukan target utama Life Ritual milik Congus, tapi merupakan sebuah keajaiban jika dia masih bisa bertarung.     

"Karena, sejak awal, Lucien sudah mengingatkanku kalau kekuatan seorang legendaris akan datang. Aku sudah bersiap-siap," kata Natasha. Mata ungu keperakannya menatap lekat pada Rudolf II, lalu menggenggam pedang di tangannya. "Dua benda hancur, tapi yang diambil adalah kekuatan Camil. Selama Life Ritual, kekuatanku bahkan pulih dari pertarungan sebelumnya."     

Sambil memegang Pale Justice di tangannya, yang mana diberikan Lucien padanya dengan sengaja, Natasa berdiri di antara Lucien dan Rudolf II. Duplikat Shield of Truth dan Sword of Balance level delapannya sudah hancur. Pale Justice selamat karena sifat uniknya terhadap kekuatan Necromancy.     

"Jadi dia tahu Congus ada di sekitar sini..." Rudolf II menghela napas.     

Rudolf II mengangkat pedangnya, lalu memberikan serangan baru secepat tetes hujan dalam badai yang menghantam tanah. Ruang di sana semakin panas, seolah segala hal kotor di dalam dimensi mulai terbakar.     

Kekuatan Daniel sang Fire of Purification, sudah meningkat sampai ke level kesatria emas karena proyeksi Rudolf II.     

Namun Natasha hanya fokus dalam bertahan, dan pertahanannya sempurna.     

Pedang logam terus bertabrakan, bagaikan barisan nada.     

Natasha adalah kesatria level tujuh. Bahkan dengan Pale Justice, kekuatan dan pertahanannya hanya mencapai level delapan. Namun kemampuan bertarung dan kekuatan darahnya yang spesial telah memberikan kompensasi akan celah antara kekuatan proyeksi Rudolf II dan kekuatannya. Selain itu, Rudolf II sendiri juga tidak ahli bertarung sebagai seorang kesatria, dan dia kini tidak bisa merapal banyak mantra karena serangan Alterna sebelumnya.     

Setelah satu menit, dua sisi masih bertarung tanpa ada yang memperlihatkan sisi dominan.     

"Kau memang sangat berbakat di antara para generasi muda." Rudolf II mengangguk dan melanjutkan, "Tapi kalau kau terus menghalangiku, aku akan membunuhmu."     

Natasha mendengus. "Apa kau pernah melihat kesatria sejati kabur dari medan perang?"     

"Kalau begitu aku akan membiarkanmu mati sebagai kesatria yang hebat," balas Rudolf II.     

Sayap putih merekah di belakang Rudolf II lagi. Tapi kali ini, sayapnya tidak tampak tebal dan lebih redup.     

Titik cahaya melayang keluar dari sayap dan bergabung bersama. Sebuah buku tebal mulai terbentuk. Rudolf II menebas pedangnya ke bawah, kemudian bukunya membuka ke halaman spesifik.     

Angel King! Sang Juru Tulis di Mountain Paradise!     

Senyum lenyap dari wajah Natasha. Dengan ekspresi sangat serius, Natasha langsung mengayunkan pedangnya. Seolah langit baru saja retak, celah-celah ilusi muncul di sekitarnya. Celah itu bertindak sebagai tameng dan menghalangi serangan dari Fire of Purification.     

Dang! Suaranya sangat keras, sampai-sampai Sophia, yang sedang menonton dari kejauhan, mau tak mau menutup telinganya.     

Sophia melihat tangan Natasha sedang pendarahan hebat. Namun sepasang tangan itu masih memegang pedangnya erat, dan Natasha masih berdiri di sana. Sophia sangat terkesan. Dia tahu kalau kakak lelakinya diam-diam jatuh cinta pada Natasha, dan kini dia tahu alasannya.     

Kemudian, dalam kekagumannya, Sophia melihat jika di belakang Natasha, tubuh Lucien bergerak sedikit. Dia sudah kembali hidup!     

Namun, apa yang paling mengejutkan Sophia adalah tongkat yang bertakhtakan Sun Stone besar di tangan Lucien, kini diacungkan ke arah Rudolf II.     

"Itu dia!" teriak Sophia. Tubuhnya bergetar pelan. Rasa takut yang mendalam masih ada dalam benaknya.     

"Brengsek!" umpat Sophia.     

Lucien merasa dia baru saja bangun dari mimpi panjang setelah bertahun-tahun. Jiwanya sudah mencapai tingkat lingkaran tujuh, seiring dunia kognitifnya yang berkembang semakin jauh. Namun tak ada perubahan di sekitarnya. Lucien ingat situasi yang dia hadapi sebelum ini. sehingga, Lucien buru-buru menenangkan diri dan merapal Confinement menggunakan Sun Staff.     

Seberkas cahaya melesat, namun serangan ganas Rudolf II terus berlanjut. Natasha nyaris tak bisa istirahat untuk mengambil napas.     

Tapi Rudolf II kebal terhadap mantra Confinement! Lucien pernah mempelajari kalau beberapa orang tingkat legendaris yang sangat kuat memang kebal terhadap mantra seperti Confinement dan Maze, tapi dia tak pernah menemuinya. Lucien berpikir kalau itu karena apa yang ada di hadapannya hanyalah proyeksi Rudolf II.     

Di tangan kiri Lucien, cahaya perak sedang menekan warna campuran hitam, putih, dan abu-abu, namun Alterna butuh waktu cukup lama untuk menyerap seluruh kekuatannya. Sehingga, tanpa ragu, Lucien mengeluarkan tabung tanpa warna dan mulai merapal.     

"Itu—!" Sophia buru-buru berteriak, seolah dia mencoba memperingatkan ayahnya. Dahinya dipenuhi dengan bulir keringat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.