Singgasana Magis Arcana

Perjanjian Iblis



Perjanjian Iblis

0Sang pendeta suci berteriak marah dan mengacungkan scepternya pada Gerbang Saint. Garis bersinar dengan cepat di gerbang batu abu-abu itu, membentuk kumbang yang wujudnya aneh.     
0

Mendadak Gerbang Saint mengeluarkan cahaya kuat bagaikan matahari kecil. Cahayanya sangat menyilaukan sampai pendeta tinggi itu mengeluarkan air mata. Untuk sedetik, ia tidak bisa melihat apapun.     

Dalam cahaya menyilaukan, gerbang itu perlahan terbuka. Asap hitam yang mendidih ditekan.     

...     

Lucien mendadak jadi sangat waspada ketika dia mendengar gerbangnya terbuka. Dia tak tahu apa yang terjadi, tapi dia yakin para sphinx sudah tahu kalau ada seseorang di balik gerbang.     

Haruskah dia mengaktifkan gulungan level sembilan itu? Lucien masih memegang Pale Justice dengan satu tangan, dan tangan lainnya memegang gulungan dari Fernando. Ketika otaknya bekerja sangat cepat untuk memikirkan solusi yang memungkinkan, Lucien melihat ke sekitar tempat itu. Saat dia melihat peti emas di tengah, Lucien dapat ide.     

Saat itu masih belum jadi momen yang tepat untuk menyia-nyiakan gulungan berharga tersebut.     

Gerbangnya perlahan terbuka, dan cahaya menyilaukan tampak.     

Lucien menggunakan tangan kiri yang memegang gulungan, lalu mengambil item lain dari kantong sihirnya. Di tengah, ada sebuah salib, dikelilingi dengan sinar matahari. Itu adalah Sun's Corona milik Maskelyne!     

Karena Finks sudah kembali tidur, bersembunyi di celah Dunia Arwah tidak terlalu berbahaya sekarang!     

Perasaan hangat dan lembut dari kekuatan suci menenangkan Lucien, meski celah dimensi yang menghubungkan ke Dunia Arwah berada tepat di atas peti emas tersebut.     

Celah hitam meliuk-liuk itu menggantung di atas peti seolah ada pedang tajam yang menggantung di atas Finks.     

Sambil memegang Pale Justice, Sun's Corona, dan gulungannya, Lucien memaksa tubuhnya yang berat melompat ke dalam celah.     

Ketika pendeta suci berjalan masuk dan melihat seluruh tempat dengan kekuatan spiritualnya, ia tidak menemukan apapun di sana!     

"Dasar penista yang hina!" Hrotos berteriak marah, dan semua sphinx di luar bersimpuh di atas lantai lagi.     

Meski pendeta suci itu tidak menemukan apapun di sana, ia mencium bau orang asing. Hrotos pikir itu adalah bau penyusup yang sudah kabur.     

Sambil mengangkat scepter emas miliknya, Hrotos mengeluarkan raungan mencekam. Salah satu matanya berubah secerah matahari, dan mata satunya secerah bulan perak.     

Dalam matanya yang menakutkan itu, kejadiannya terulang. Sang pendeta suci melihat pria misterius mengenakan tudung hitam menyusup ke dalam tempat itu, menebas peti emas, dan ketika dia melompat ke depan, dimensinya terdistorsi.     

Mantra tingkat lingkaran sembilan, Retrospective Sight.     

Meski Hrotos tidak bisa melihat detailnya, ia bisa melihat apa yang dilakukan pria itu di sana.     

Si penyusup telah mencegah Finks, sang raja agung, agar tidak kembali hidup!     

"Yang Mulia Hrotos, di mana penyusup itu sekarang?" tanya pendeta tinggi setelah sangat memberanikan diri.     

"Dia kabur," ujar pendeta suci dengan nada dingin, yang suaranya seolah datang dari neraka. "Dia mencoba merusak tubuh raja kita untuk mencegahnya kembali hidup."     

"Kalau begitu..." Sang pendeta tinggi panik.     

"Kekuatan raja agung itu tidak sesederhana yang serangga kecil itu bayangkan," ujar Hrotos sembari menatap peti emas. "Aku masih bisa merasa bahwa raja mengamati kita. Aku masih bisa merasakan kekuatannya yang dahsyat."     

Kemudian Hrotos menaikkan scepternya dan mencoba menemukan lebih banyak petunjuk.     

Cahaya matahari bersinar, tapi mendadak cahayanya meredup. Hrotos terkejut. "Dia tidak ada di dunia ini?!"     

Tidak ... itu tidak akurat. Hrotos bisa merasakan keberadaan orang itu, tapi ia tidak dapat menemukannya!     

Setidaknya, pria misterius itu tidak ada di dimensi yang diketahui Hrotos.     

...     

Setelah melompat melewati kelambu berat di pintu masuk Dunia Arwah, Lucien merasakan suasana stagnan mematikan yang familiar. Di sana hanya ada warna hitam, putih, dan abu-abu.     

Namun, dia masih ada di tempat yang sama, dan satu-satunya perbedaan adalah hanya pada warna.     

Tidak, tidak semua warna. Lucien terkejut ketika dia melihat garis merah redup yang menyelimuti peti emas berwarna abu-abu. Garis-garis itu menjalar ke seluruh lingkaran sihir di tempat tersebut.     

Meski warna merah kecoklatannya agak redup, ia tetap mencolok di dalam dunia hitam-putih, dan tidak mungkin Lucien bisa mengabaikannya begitu saja. Di atas peti abu-abu, juga ada bola cahaya berwarna merah darah. Bola itu berdetak bagai jantung di dunia yang sangat mencekam.     

Setelah menutup mata, Lucien sadar dia tidak bisa merasakan bola cahaya itu dengan kekuatan spiritualnya. Tapi ketika dia membuka mata, bola cahaya itu ada di sana!     

Selain itu, ada banyak hal yang berubah di dalam bola cahaya tersebut.     

Lucien penasaran bola cahaya apa itu. Di matanya, garis-garis tersebut menarik kekuatan Finks. Dia mencoba sebaik mungkin untuk tidak menghabiskan waktu di sana demi menginvestigasi, termasuk mengambil salah satu garis, atau melihat bola cahaya itu lebih dekat. Biar bagaimanapun, scepter tingkat senior bisa saja datang ke sana sewaktu-waktu!     

Setelah mengembalikan pedangnya, Lucien menghilangkan mantra yang meningkatkan kekuatannya dan merapal mantra pertahanan baru pada dirinya sendiri. Kemudian dia mendorong Gerbang Saint dari dalam hingga terbuka.     

Tidak ada makhluk undead level delapan atau sembulan di sana, karena semua pendeta suci dan pendeta tertinggi bisa membangun makam mereka sendiri.     

Di sebelah gerbang itu juga berdiri dua sphinx. Mereka adalah pengawal dunia bawah yang dibalut dengan perban.     

Kedua pengawal itu mengeluarkan teriakan tanpa suara dan menyerang Lucien dengan gerakan kaku, seperti dua patung yang dingin.     

Karena terkena efek cahaya hangat, kedua pengawal itu mendadak jadi kaku dan mereka terdiam di tempat. Kemudian mereka berubah menjadi dua tumpukan abu seolah mereka sudah layu selama ribuan tahun.     

Mantra suci level enam, Exorcist Halo!     

Lucien cepat-cepat berlari ke bawah menyusuri koridor, dan lingkaran cahaya itu masih ada di sekitarnya.     

Makam di belakang gerbang merasakan cahaya silau yang amat sangat, dan sebuah kekacauan mendadak terjadi. Di dalam dunia hitam-putih, begitu banyak pengawal dunia bawah yang membawa tombak kembali hidup dan mengejar Lucien dengan serangga hitam kecil tak terhingga bagaikan gelombang banjir.     

Seluruh makam agak bergetar ketika lingkaran cahayanya menyentuh ujung ombak serangga dan kemudian menyebar. Serangga hitam itu terbakar menjadi asap, dan pengawal berwarna abu-abu putih langsung lenyap menjadi abu.     

Koridornya sudah dibersihkan. Lucien berlari cepat menyusuri koridor dan dia sudah sangat dekat dengan pintu masuk makam.     

Mendadak, pengawal berbadan besar dan tinggi yang matanya berkilau dengan sinar putih melompat. Dengan dikelilingi dengan lingkaran cahaya kematian dan memegang pedang raksasa, ia menerjang ke arah Lucien dari pojokan.     

Lucien tidak mencoba menghindari serangan itu. Sebagai gantinya, dia mengaktifkan Sun's Corona sebelum lapisan pelindung di depannya terbelah.     

Sebuah pilar cahaya yang tebal tertembak dari langit-langit dan langsung mengenai pengawal dunia bawah itu. Si pengawal langsung terdekomposi menjadi titik-titik cahaya hitam dan mereka menguap dengan sangat cepat.     

Ketika pilar cahayanya hilang, hanya tersisa sebuah lubang dalam di lantai. Serpihan hitam adalah sisa-sisa dari si pengawal.     

Mantra suci level delapan, Sunburst!     

Dengan memanfaatkan kesempatan, Lucien keluar dari makam dan melihat langit kelabu dari Dunia Arwah dan gurun tanpa warna.     

Namun, apa yang Lucien lihat di malam, termasuk garis merah gelap, lingkaran sihir tersembunyi, dan bola cahaya redup, masih terngiang di kepalanya. Kelihatannya mereka semua menarik kekuatan Finks, dan mungkin Rhine juga mencuri kekuatannya.     

Lucien penasaran siapa yang memasang itu semua sejak awal. Dia punya tebakan, tapi bola cahaya berwarna merah itu masih menjadi misteri besar untuknya.     

Namun, dia tidak berani menyia-nyiakan lebih banyak waktu di sini. Lucien mengaktifkan topeng transformasi dan mengubah dirinya menjadi salah satu makhluk undead paling umum di Dunia Arwah untuk mencari pintu keluar.     

...     

Di kastel Viscount Nour di Provinsi Marimburg, Kekaisaran Gusta.     

Sang viscount menutup pintu rapat-rapat dan mengaktifkan jebakan sihir, kemudian dia berjalan menuju ruangan rahasia di dalam ruang belajarnya. Di dalam ruangan itu, ada barisan wanita cantik dengan umur bervariasi sedang terbaring, dengan wajah merona bagaikan mawar. Mereka tampak seolah hanya tidur.     

Cara viscount melihat mereka yaitu dengan pandangan yang menggebu-gebu dan 'gila'. Seolah dia sedang mengapresiasi sebuah artefak yang rapuh, Nour mengulurkan tangan kanannya dan mengusap salah satu wajah perempuan di sana dengan lembut—yang berumur sekitar 13 atau 14 tahun. Dia merasakan dingin di kulitnya.     

"Mereka tidak pernah paham ... Mayat adalah hal terbaik di dunia ini. Wanita dengan kecerdasan itu berkhianat, berbohong, mereka membuat masalah ... hanya mayat yang sempurna! Hawa dingin yang kau rasakan saat menyentuh mereka, lalu otot lembutnya ... Ini adalah seni!" gumam viscount itu dengan nada menggebu.     

Setelah diubah menjadi vampire oleh seorang countess, Nour jadi necrophilia. Vampire lainnya sangat menghinanya, jadi dia harus bersembunyi di lingkungan manusia agar bisa menikmati hobinya.     

Mendadak, dia merasakan kekacauan di udara, dan yang mengejutkannya, Nour sadar dia tidak bisa bergerak lagi. Di cermin di seberang ruangan, dia melihat seorang pria misterius yang mengenakan tudung hitam sedang berdiri di sana.     

"Apa ... yang ... kau ... inginkan?" Bahkan tenggorokannya jadi sangat kaku.     

Nour sangat takut. Dia tahu orang itu pasti penyihir tingkat senior, karena jebakan sihir necromantic tingkat lingkaran ketiga sangat kuat.     

"Aku bermaksud meminjam sedikit darahmu dan membuatmu tidur untuk beberapa saat," ujar Lucien jijik. "Tapi sekarang ... harus kukatakan kalau aku akan mengambil kepalamu."     

Setelah meninggalkan Dunia Arwah lewat celah lain, Lucien mencoba menemukan persembunyian vampire di lingkungan manusia. Karena Pangeran Dracula masih mengejar Rhine, mengubah dirinya menjadi vampire lain dan kembali ke Night Highland adalah jalan keluar terbaik Lucien.     

"Tidak!" teriak Nour tidak terima, tapi suara yang dihasilkan entah kenapa terdengar konyol.     

Cahaya terang menyilaukan Nour dan para mayat di belakangnya.     

...     

Antiffler, Kekaisaran Holy Heilz, kota termegah di dunia.     

Sambil berdiri di pojokan dan menatap dinding kota megah yang dibangun untuk mencegah invasi para raksasa, Beaulac Von Anjou, kerabat dekat keluarga Gorse, tampak sedikit murung.     

"Tuan Muda, kita harus pergi sekarang." Seorang pria kurus memakai jaket hitam berjalan ke arahnya.     

Beaulac berbalik dan mengangguk singkat. "Aku tahu, Giz. Kuharap kita bisa mendapatkan sesuatu kali ini."     

"Master Beaulac, sang duke masih akan bertahan untuk beberapa saat." Giz menatap ke arah pemuda yang terlihat cemas, lalu tersenyum.     

Sebagai salah satu keluarga yang paling terkenal dan bertahan lama di Kekaisaran Holy Heilz, keluarga Gorse hari ini masih memiliki dua kesatria emas dan sedang bertanggung jawab pada kekesatriaan mereka sendiri—The Order of the Gorse. Sejak anak lelaki tertua duke tertua meninggal beberapa tahun lalu, Beaulac menjadi salah satu kandidat paling menjanjikan untuk mendapatkan titel itu karena kemurnian darahnya. Tapi untuk beberapa alasan, dia belum membangkitkan Berkahnya, jadi saat ini saingannya, Arthen, seorang kesatria agung level tiga, sedang sangat mengancamnya.     

Ketika memikirkan betapa arogannya Arthen dan para bangsawan yang menjilatnya di sekitar Arthen, Beaulac merasa sangat dipermalukan.     

Dia sudah bersumpah dalam hati jika suatu hari nanti dia akan membuat orang-orang yang pernah membuangnya merasa sangat menyesal!     

Sadar bahwa ramuan sihir dari keluarganya tidak akan membantunya, setelah merasakan pergolakan batin yang hebat, Beaulac akhirnya memantapkan pilihan dan pergi ke pasar gelap untuk mencari item sihir hebat yang bisa membantunya.     

Dengan dipimpin oleh Giz, Beaulac berjalan ke dalam villa yang tampak biasa. Di bawah villa, di basement yang lebih luas daripada kelihatannya, tersembunyi pasar gelap terbesar di Antiffler.     

Setelah memilih item sihir satu per satu dan menaruhnya lagi, Beaulac tampak sangat kecewa.     

Kali ini, seorang pria tua berambut putih berjalan menghampirinya.     

"Nak, aku melihat takdirmu dalam bola kristal. Apa kau ingin tahu?" Pria tua misterius itu tersenyum.     

Mata Beaulac mendadak terbuka lebar, dan dia menatap bola kristal di tangan pria tua itu. Beraninya penyihir muncul dengan santai di pasar gelap?     

"Aku tidak percaya dengan takdir. Segalanya adalah berkah dari Tuhan." Tentu saja, Beaulac tidak akan semudah itu percaya dengan orang asing.     

Pria tua yang mengenakan jubah hitam itu tidak mempermasalahkannya. "Tak apa. Takdir seseorang selalu berubah. Jika kau putus asa, datanglah padaku."     

Kemudian pria tua itu pergi.     

Setelah menggeleng, Beaulac kembali mencari item sihir yang dia inginkan. Ini sudah kali kesembilan dia datang kemari. Sebagai orang yang cukup keras kepala, dia yakin pada kekuatan angka sembilan. Beaulac yakin kalau kemungkinan besar dia akan menemukan barang yang dia inginkan kali ini. lalu jika dia gagal, harapannya pasti hilang.     

Saat ini, dia semakin kecewa.     

Mungkin ... mungkin dia tidak akan pernah bisa mengalahkan Arthen. Beaulac sangat putus asa.     

"Tuan muda ... mungkin kita bisa coba ... Maksud saya, ramalan itu..." saran Giz.     

Setelah keheningan panjang, Beaulac mengangguk.     

Mereka kemudian pergi ke booth pria tua itu dan duduk. "Tolong ramal aku."     

Pria tua itu menyeringai sambil mengusap bola kristal dengan lembut. Bolanya menjadi keruh dengan cepat.     

Titik-titik cahaya bersinar di dalam kristal dan menghilang tak lama kemudian. Pria tua itu mengangkat kepala dan berujar, "Kau akan mengalami perubahan besar dalam takdirmu."     

"Apa itu?!" teriak Beaulac gugup.     

Si pria tua berujar pelan, "Apa yang kulihat akan terjadi di villa terpencil yang ditinggalkan oleh ayahmu saat kegelapan datang."     

Beaulac terkejut karena pria tua itu telah melihat villa terpencil milik ayahnya. Selingkuhan ayahnya dulu tinggal di sana, dan sebagian besar keluarga tidak tahu.     

Setelah membayar dua thale pada pria itu, Beaulac meninggalkan booth. Entah kenapa, ketika dia berbalik, si pria tua sudah menghilang bersama dengan booth kecilnya!     

Di seluruh pasar gelap, mereka tidak pernah menemukan pria tua berjubah hitam itu lagi.     

"Kemana dia pergi?" Beaulac dan Giz bertukar padangan dengan syok.     

...     

Saat malam tiba, di villa terpencil, Beaulac sudah memulangkan semua pelayan. Dia mencoba menemukan hal spesial di rumah seperti yang dikatakan oleh si pria tua, tapi dia tidak menemukan apapun.     

Beaulac menjadi semakin bingung sambil menggerutu di ruang belajar. Saat itu sudah tengah malam, dan bulan perak menggantung tinggi di langit.     

Ketika dia sangat putus asa, dia melihat sebuah sinar bulan menimpa lukisan ayahnya. Di bawah sinar bulan, Beaulac melihat jari telunjuk ayahnya sedikit terdistorsi dan menunjuk ke dalam.     

Ke dalam?     

Ke dalam!     

Beaulac melompat dari sofa dan mengambil lukisan itu dari gagangnya. Setelah memeriksa lukisannya dengan teliti, dia menemukan selembar perkamen di belakangnya.     

Perkamen itu mengingatkannya akan kata-kata ayahnya dulu. 'Saat kau merasa sangat putus asa, kemarilah dan lihat lukisan untuk menemukan kekuatanmu.'     

Ingatan Beaulac agak samar. Dia buru-buru membuka perkamennya dengan semangat.     

Selembar kertas putih jatuh dari gulungan perkamen itu dan dia melihat tulisan tangan familiar milik ayahnya.     

'Beaulac, ketika kau telah kehilangan seluruh harapan, kau mungkin ingin meminjam kekuatan dari perjanjian. Tapi kau tidak boleh menjual jiwamu pada iblis, apalagi bergantung padanya.'     

Napasnya menjadi sangat berat. Perkamen itu tertulis dalam bahasa Sylvanas kuno.     

'Peraturan iblis: kau bayar apa yang kau inginkan! Apa kau ingin menerimanya?'     

Beaulac menggigit bibirnya keras dan meremas perkamen di tangannya. Setelah beberapa saat, dia mengangguk paksa.     

Sebaris kalimat muncul di perkamen. Meski Beaulac tidak paham bahasanya, entah mengapa dia bisa memahaminya.     

'Kau, yang ingin menandatangani perjanjian, harus mengikuti langkah-langkah untuk memanggil iblis terkuat: ketika jam menunjukkan pukul 12, nyalakan sebuah lilin putih di depan cermin. Dengan rambut kusut, kupas sebuah apel. Jika kupasannya tidak terputus dari awal sampai akhir dan lilinnya tidak mati, kau akan memanggil iblis!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.