Singgasana Magis Arcana

Permulaan Permainan



Permulaan Permainan

0Beyer menatap Arthen dan tersenyum. "Ini adalah kesempatan baik bagiku untuk berhadapan dengan pertarungan nyata, dan sebagai kesatria, inilah yang selalu kukejar. Aku kemari sebagai kesatria, bukan pangeran."     
0

Kemudian dia berbalik pada duke. "Paman Ulrich, karena kau sudah mengizinkan Sophia ikut, aku yakin kau tidak akan melarangku, 'kan? Aku sudah dapat izin ayah juga."     

Duke yang sudah tua itu menghela napas. "Dasar kalian anak muda ... baiklah..."     

Dia menurunkan pandangan, dan seluruh emosinya tersimpan di dalam matanya yang biru.     

Nuremburk tertawa. "Syukurlah, Beyer. Seorang kesatria harus menghadapi pertarungan nyata. Kalau aku tidak pergi ke utara dan bergabung dalam perang melawan Kekaisaran Schachran, mungkin aku tak pernah punya kesempatan menjadi kesatria cahaya. Darah dan pertarungan mengajarkanku bagaimana menjadi kesatria cahaya."     

"Kau selalu jadi panutanku, Paman Nuremburk." Beyer nyengir. Kemudian dia berbalik dan berjalan menghampiri Arthen. Dengan sangat santai dia berkata, "Temanku, kuharap kita bisa bertarung bersama."     

Arthen mendadak tampak sangat bersemangat. Dia berlutut dengan satu kaki dan berkata hormat, "Ini adalah kehormatan terbesar saya, Pangeran. Saya adalah kesatria Anda selamanya."     

Semua bangsawan di pihak Arthen juga bersemangat. Mendapatkan kekuatan pangeran memberi mereka kepercayaan jika mereka akan menang!     

Itulah kenapa Arthen sangat bersemangat. Kehadiran pangeran memberinya harapan besar lagi!     

Lucien agak khawatir. Melihat ekspresi Beulac, Sophia tersenyum. "Ini semakin menarik. Tanpa kakakku, permainan ini tidak akan adil di pihak mereka."     

Saat ini Arthen hanyalah seorang kesatria agung level tiga.     

"Tidak adil..." Lucien tergelitik dengan kalimat Sophia. Dia melihat melewati hidung Sophia dan mengamati ekspresi Claire dan Relph.     

Claire menggigit bibirnya tanpa sadar, dan matanya kehilangan fokus. Tangan kanan Relph menggenggam erat di depan mulutnya. Keduanya tampak agak kecewa. Tentu saja, kehadiran pangeran sangat membuat mereka lesu.     

Kali ini, seorang pemuda berusia sekitar 17 atau 18 tahun, di antara bangsawan lain berdiri. "Tuan, saya mau mengundurkan diri."     

Ulrich menatapnya serius.     

Bangsawan muda itu berujar putus asa, "Mereka terlalu kuat. Tidak mungkin saya bisa menang."     

"Cerdas sekali," ujar Duda dengan nada kemenangan.     

Ulrich tidak berkomentar. Kadang-kadang mengundurkan diri tidak menunjukkan sikap pengecut, tapi kepandaian.     

Setelah dia, kandidat lain selain Arthen, Beaulac, Claire, dan Relph semuanya memutuskan untuk mundur.     

"Momentum Anda sangat besar, Yang Mulia," kata Andris memuji. "Anda adalah kesatria paling berbakat di antara generasi muda."     

Keluarga yang diberkati itu memiliki kekuatan darah bernama Seraph, tapi masing-masing anggota keluarga punya kekuatan berbeda. Beberapa pandai dalam pertarungan jarak dekat, beberapa pandai dalam perapalan mantra, dan lainnya pandai dalam keduanya. Kekuatan darah Rudolf II cukup seimbang, bernama Angel King. Kekuatan darah Sophia bernama Angel of Wind dan itu membuatnya menjadi seorang perapal, sementara kekuatan darah Beyer bernama Angel of Justice an itu membuatnya sangat kompetitif dalam pertarungan jarak dekat.     

Bayer menggeleng dan menjawab, "Meski aku cukup percaya diri, aku harus bilang kalau aku bukan kesatria paling berbakat dalam generasi kita. Tuan Putri Natasha di Duchy of Violet menjadi kesatria cahaya pada umur 26 tahun. Ini bahkan sangat langka dalam sejarah. Dia memiliki dua kekuatan darah papan atas, dan dengan kekuatan tekad itu, dia sangat mampu menjadi kesatria emas. Aku sangat mengaguminya, tapi aku tahu saat ini masih belum pantas untuknya. Kuharap aku bisa menjadi seorang kesatria cahaya secepat mungkin, jadi aku bisa pergi ke Aalto untuk bertemu dengannya suatu hari nanti ... Kira-kira apakah legenda tentangnya itu benar..."     

Beyer berkata blak-blakan. Tentu saja, Natasha adalah sosok panutan dan wanita impiannya.     

"Mungkin Natasha akan menjadi ratu masa depan negara kita," ujar Andris.     

Lucien mengusap dagunya dan memperhatikan mereka dengan serius.     

"Mimpi kakakku tidak akan terwujud. Gereja tidak akan membiarkan Duchy of Violet kembali ke kekaisaran kita lagi. Kau harus tahu kalau Tuan Putri Natasha sudah menjadi Countess Violet," tukas Sophia dengan suara pelan dan tersenyum.     

Deniz menyisir rambut di dahinya dengan tangan. "Sulit mengatakannya. Cinta bisa membuat orang jadi bodoh. Kalau kekaisaran dan duchy menunjukkan sikap yang sama-sama tegas, gereja tidak bisa membuat keputusan."     

"Kalau begitu semuanya tergantung pada Beyer sekarang." Sophia terkekeh.     

Lucien berpikir dalam hati jika kakak Sophia tidak akan punya harapan di depan Natasha. Dia akan bilang kalau Sophia lah yang punya kesempatan lebih besar.     

Sekarang sudah hampir waktunya. Ulrich, sang duke Gorse mengumumkan:     

"Kompetisi sudah dimulai. Kandidat pertama di antara kalian berempat bisa memasuki ruangan rahasia yang digantung dengan lukisan leluhur keluarga kita adalah pemenangnya. Jika tidak ada yang bisa mencapai ruangan itu, orang yang bisa menyelesaikan sampai akhir adalah pemenangnya. Ingat, istana bawah tanah itu menantang. Tak peduli berapa banyak uang yang kalian gunakan untuk membeli peta, mereka tidak ada gunanya. Selain itu, begitu kalian memasuki istana, kalian akan dikirim ke lokasi berbeda. Jangan diam di tempat. Itu membuang waktu."     

Tidak ada peraturan. Pada dasarnya, tidak ada peraturan di istana bawah tanah. Namun dalam kompetisi, tak ada yang boleh membawa pelayannya, serta kekuatan darah mereka harus diperiksa untuk jaga-jaga seseorang menyewa kesatria cahaya demi memainkan peran dirinya menggunakan transformasi.     

Gerbang batu aneh di belakang Ulrich berubah hitam bagaikan mulut monster yang terbuka. Arthen adalah orang pertama yang berdiri di depannya.     

Count Nuremburk mengambil pin Gorse dan menusuknya di punggung tangan Arthen.     

Lucien tahu itu untuk memeriksa kekuatan darahnya. Dia agak khawatir karena dia penasaran apakah transformation mask bisa menyembunyikan dirinya.     

Setetes darah menggantung di ujung pin dan diserap dengan cepat.     

Nuremburk mengangguk singkat. "Kau boleh masuk, Arthen."     

Arthen berjalan menuju gerbang. Sebelum masuk, dia melihat ke belakang pada Beaulac dengan sikap memprovokasi dan mengayunkan tinjunya. Sebelum Lucien merespon, Arthen sudah menghilang dalam kegelapan.     

Kemudian giliran Lucien.     

Lucien mengulurkan tangan kirinya dengan tenang, mencoba sebaik mungkin mengendalikan detak jantung dan ototnya. Lucien merasakan sedikit kejutan listrik saat pinnya menembus kulit.     

Begitu pinnya dijauhkan, Lucien mendadak jadi sangat waspada. Jika dia ketahuan, dia akan memanfaatkan kesempatan terbaik untuk menjadikan Sophia sebagai sandera supaya bisa meninggalkan tempat itu.     

Tetesan darah itu tampak seperti bulan perak mini, dan cahaya bulannya lembut. Ia bergetar sejenak di ujung pin, dan hati Lucien mencelos.     

Sedetik kemudian, tetesan darah itu diserap.     

"Kau boleh pergi sekarang, Beaulac," ujar Count. "Tapi di mana senjata dan armormu?"     

Lucien menunjuk kantongnya dan menjawab hormat, "Semuanya ada di sini."     

Nuremburk mengangguk dan tidak bertanya lagi. Disaat bersamaan, Relph dan Claire yang berdiri di belakang Lucien kelihatan agak kaget.     

Mereka bisa melihat Beaulac sudah membangkitkan kekuatan darahnya yang bernama Silver Moon.     

Tanpa menoleh ke belakang, Lucien berjalan ke dalam kegelapan dengan sangat tenang.     

...     

Rasanya dia sudah melewati lapisan kabut yang tebal. Lucien kini mendapati dirinya berada di ruangan pelayan yang luas, dan di dalamnya ada barisan kasur kayu serta beberapa lemari tua.     

Lucien memasang Gelang Fire Weaver, Boots Sidestep, Mantel Transformation, dan Ogre Glove. Kemudian dia mengubah mantel sihirnya menjadi armor perak. Sambil memegang pedang bernama Frost di tangan, Lucien meninggalkan ruangan dan melangkah ke koridor. Dengan menggunakan informasi yang diberikan oleh Rhine, dia mulai mencari kamar rahasia.     

Lucien diberitahu bahwa dulu pernah ada jiwa alkimia di dalam istana bawah tanah itu, tapi entah kenapa ia menghilang. Jadi istana itu mengalami perubahan rutin mengikuti instingnya sendiri, dan urutannya mirip dengan horoskop Thanos.     

Lucien berjalan pelan dalam istana bawah tanah sambil mengamati aliran energi.     

Karena dia tidak tahu apakah duke dan bangsawan lain bisa melihat apa yang terjadi di bawah sini, Lucien sangat waspada. Dia tidak pernah menyebarkan kekuatan spiritualnya.     

Begitu berbelok di pojokan, Lucien langsung bertemu dengan Andris dan Jocelyn dalam ruangan terbuka di depannya.     

"Haha, dasar sampah tak berguna! Di mana tuan putrimu? Di mana para pembantumu?" Andris yang memakai armor hitam itu tertawa terbahak-bahak. "Kelihatannya Tuhan sudah membuangmu!"     

Andris memegang pedang beratnya tinggi dan menerjang ke arah Beaulac.     

Jocelyn dan para pembantunya merasa sangat beruntung. Bertemu dengan Beaulac saat dia sendirian adalah kesempatan besar bagi mereka. Begitu dia bertemu dengan tuan putri dan Deniz, Beaulac akan jadi masalah besar untuk mereka.     

Disaat bersamaan, Jocelyn juga menunjukkan kemurahan hati di matanya. Biar bagaimanapun, Beaulac mencintainya cukup lama.     

Mungkin Beaulac masih ketakutan karena dia tidak bergerak sama sekali. Andris melompat tinggi dan mengayunkan tebasan keras pada Beaulac.     

"Pergi kau ke neraka!" teriak Andris.     

Mendadak, sepasang tangan silver menghentikan pedang beratnya.     

Tangan itu dingin, tapi mereka cukup kuat untuk menghentikan momentum Andris, yang kini menggantung di udara seperti kodok yang tak bisa apa-apa.     

Jocelyn dan bangsawan lain sangat terkejut, tak tahu apa yang harus mereka lakukan.     

Andris menatap mata biru Beaulac, dan entah mengapa dia jadi ketakutan.     

Cahaya pedang berkilat, dan Andris merinding. Armornya terbuka tepat di depan, termasuk kemeja bagian dalamnya. Ketika armor dan bajunya jatuh ke tanah dalam keadaan terbelah, Andris benar-benar telanjang.     

Jika kekuatan itu lebih maju satu inchi saja ... Andris tak berani memikirkannya. Karena kehilangan kekuatan di kakinya, dia berlutut di atas tanah.     

"Kubilang ... jangan minta ampunanku di depanku." Lucien menggeleng.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.