Singgasana Magis Arcana

Sophia yang Berbeda



Sophia yang Berbeda

0"Apa ... apa kau membunuhnya?" tanya Sophia dengan suaranya yang bergetar. Itu adalah pertama kalinya dia melihat orang yang dikenalnya mati di depannya. Pemandangan penuh darah dan aroma menjijikkan itu membuatnya mual. Dalam perkiraannya, karena ini hanya kompetisi, tidak ada yang akan terbunuh dalam istana bawah tanah.     
0

Lucien sudah terbiasa. Dengan berpura-pura dia tidak ingin melihat mayatnya, Lucien menatap langit-langit istana bawah tanah. Dia penasaran apakah lingkaran sihir teleportasi masih bekerja setelah perubahan aneh terjadi di tempat ini. Karena tidak tahu apakah perubahannya itu normal atau seseorang sengaja melakukannya, Lucien memutuskan untuk lebih waspada. Tapi di sisi lain, jika medan sihir yang melingkupi tempat ini sudah berubah, mungkin sekarang duke dan para count di luar tidak bisa memperhatikan mereka lagi.     

Kalau itu benar, berarti akan menjadi berita baik bagi Lucien. Saat tidak ada yang melihat, Lucien bisa benar-benar menunjukkan kekuatannya. Dengan demikian, akan lebih mudah untuk menemukan ruangan rahasia demi menjalankan ritual sihir.     

Tapi apa yang membuatnya khawatir adalah fakta bahwa dia masih tidak tahu keberadaan si kesatria emas dan Metatron. Sebelum mengetahui hal itu, Lucien masih harus sangat waspada dan tetap bersama dengan Sophia.     

Duda berlutut dengan kedua tangan di atas lantai, bergumam ketakutan, "Aku ... aku tidak bermaksud membunuh—membunuhnya. Dia hanya ... berdiri di sana, tak melakukan apapun! Dia tidak mau pergi! Aku tidak tahu kenapa! Ini bukan kesalahanku! Bukan kesalahanku!"     

Duda histeris. Dia berteriak dan menjerit.     

PTSD. Itu adalah istilah yang muncul di kepala Lucien. Itu adalah pertama kalinya Duda membunuh orang tanpa persiapan mental, seseorang yang dia kenal.     

"Tenang, Duda. Tenang. Ini bukan salahmu. Lingkaran sihir di tempat ini aneh." Lucien mencoba menenangkan Duda dengan cara profesional. Lucien pernah membaca beberapa buku psikologi untuk menangani kemungkinan efek dari sisi mental dengan menggunakan Transformation Mask.     

Suaranya yang dalam dan lembut juga menenangkan Sophia. Dia lumayan terkejut Beaulac bisa tetap tenang saat berhadapan dengan kematian dan perubahan asing secara langsung.     

"Dia benar. Itu bukan salahmu." Sophia mengiakan. "... Ini karena lingkaran sihir..."     

Bagaikan pria tenggelam yang berpegangan pada sebuah sedotan, Duda buru-buru mengangguk. "Benar! Benar! Ada yang aneh dengan lingkaran sihirnya!"     

Melihat Duda sedikit tenang, Lucien mengeluarkan jam sakunya dan berujar padanya, "Bisa kau beritahu apa yang terjadi?"     

Karena ingin menyingkirkan perasaan bersalah yang mengerikan, Duda memberitahu cerita lengkapnya pada mereka.     

Setelah masuk ke istana bawah tanah, ketika Duda mencoba mencari Arthen dan kawan-kawannya, dia bertemu dengan bangsawan muda lain. dua pemuda antusias itu langsung bertarung.     

Untuk pertama kalinya, pertarungan itu bukan sebuah pertunjukan, bukan pula sebuah ujian. Itu adalah pertarungan nyata, dan tidak ada mentor yang mengawasi mereka. Duda semakin bersemangat, dan monster yang bersembunyi dalam hatinya keluar. Setelah beberapa kali serangan, Duda menjatuhkan pedang lawannya. Dengan memanfaatkan kesempatan besar itu, Duda menggunakan seluruh kekuatannya untuk menebas leher musuh. Itu adalah tebasan sekuat tenaga, karena Duda tahu kalau sebelumnya seorang partisipan terluka parah di dalam istana bawah tanah ini, dan dia akan langsung dikirim keluar untuk segera mendapatkan pengobatan lewat lingkaran sihir.     

Tapi darah hangat yang menyembur dari tenggorokan pemuda itu sangat membuat Duda syok. Duda tak pernah bisa melupakan ekspresi putus asa di wajah orang itu. Lalu ketika tubuh sang pemuda jatuh di atas lantai, ekspresinya tidak berubah.     

Berdasarkan pengakuan Duda, Lucien mengetahui waktunya. Saat ketika Lucien merasakan perbedaan dalam istana bawah tanah ini adalah ketika lingkaran sihirnya tidak bekerja.     

"Saat itu, kau memberitahuku kalau ada seseorang yang mengamati kita," ujar Sophia dengan suara pelan, untuk jaga-jaga agar Duda tidak mendengar percakapan mereka.     

Lucien mengangguk. "Kekuatan darahku membuatku bisa merasakan bahaya yang akan datang. Mungkin karena kekuatannya berkaitan dengan astrologi."     

Sophia tidak melihat adanya masalah pada penjelasan Beaulac, dan dia membalas dengan nada gadis kecil yang rapuh dan memikat, "Aku sama sekali tidak menyangka hal ini ... Beaulac, siapa yang melakukan ini? Apa rencana orang itu?"     

Mata hijau Sophie dan bibirnya yang seperti kelopak bunga bisa dengan mudah menarik sisi lembut dalam kebanyakan hati laki-laki. Mereka akan benar-benar melupakan fakta bahwa Sophia sendiri punya kekuatan darah ahli alkimia level lima dan mencoba sebaik mungkin untuk melindunginya dalam dekapan mereka.     

Tapi di benak Lucien, balasannya dingin. Baginya, meski Sophia tepat ada di sampingnya ketika perubahan itu terjadi, dia tetap tidak bisa menyingkirkan kemungkinan bahwa tuan putri lah yang melakukan semua itu.     

"Jangan khawatir, Yang Mulia. Saya akan melindungi Anda dengan nyawa saya." Lucien pura-pura dia sungguhan jatuh cinta dengan Sophia. Dengan agak ragu-ragu, dia mengulurkan tangan kirinya dan menepuk lembut bahu Sophia.     

Sophia mengangguk singkat dan tangannya menggamit lengan kiri Lucien. Sambil bersandar pada Lucien, Sophia berkata, "Aku adalah perapal mantra. Hanya dengan lindungan kesatria pemberani aku bisa benar-benar mengeluarkan kekuatanku. Kalau kita saling membantu, kita bisa menghancurkan konspirasi. Aku bisa membantumu menjadi duke selanjutnya. Saat itu, kita..."     

"Saya akan menghancurkan semua konspirasi! Untuk Anda!" Seperti semua lelaki yang terbawa oleh semangat dan cinta terhadap wanita, Beaulac berjanji pada tuan putri dengan sangat percaya diri, seolah mendadak dia tak bisa dihentikan oleh apapun.     

Sementara itu, tangan kanan Beaulac yang masih memegang pedang diturunkan sampai pinggangnya.     

Setelah beberapa saat, Sophia mendadak mengambil beberapa langkah mundur dengan wajahnya yang merona seolah dia terlalu malu untuk berada sedekat itu dengan Beaulac. Di sisi lain, Beaulac juga menggenggam pedangnya erat-erat lagi, tapi dia sudah mengeluarkan Cincin Holm Crown, Electron, dan memakainya.     

"Hanya dua orang yang bisa melakukan ini. kakakku, atau Arthen. Jika kakakku menjadi kaisar masa depan, Arthen adalah orang yang kemungkinan besar menjadi duke masa depan. Mereka punya kekuatan untuk membuat Tuan Metatron, sang Glorious Crown, bekerja bersama mereka. Biar bagaimanapun, Tuan Metatron tidak muda lagi, sehingga dia harus mempertimbangkan masa depan keluarganya." Sophia berhenti bersikap seperti gadis kecil dan menganalisis dengan serius. "Tanpa diragukan lagi, target mereka adalah aku dan kau. Ayahku mencintaiku, dan kaisar pernah punya ratu sebelumnya. Itu juga terjadi sebelum penerus pertama meninggal sebelum sempat naik takhta. Kakakku tidak akan merasa aman saat aku masih hidup! Tak heran dia ingin berpartisipasi juga."     

"Tuan Metatron juga membantu mereka? Apa yang harus kita lakukan?" Lucien pura-pura sangat terkejut. "Mereka tidak takut dengan investigasi? Yang Mulia pasti akan murka jika Anda meninggal."     

Ekspresi di wajah Sophia jadi murung. "Mereka sudah bertindak, dan mereka pasti sudah siap akan apa yang akan terjadi pada mereka. Mungkin bahkan Paman Ulrich juga bersekutu dengan mereka! Begitu kita mati, mereka bisa mengatakan apapun yang mereka mau! Tapi masih ada harapan untuk kita..."     

"Harapan?" Beaulac sangat bingung.     

Sophia mengangguk dan berujar dengan suara pelan, "Meski Tuan Metatron sangat kuat, seperti yang kukatakan, dia tua, dan kekuatannya menurun. Jika kita bisa menemukan ruang rahasia duluan, lewat jalan tembus rahasia, kita bisa pergi ke struktur dalam istana. Di sana kita bisa menemukan gulungan kuat yang digunakan untuk mengendalikan lingkaran sihir besar. Ayahku memberitahuku saat dia ikut dalam kompetisi, dan aku yakin dia hanya memberitahu rahasia itu padaku."     

Saat dia menyelesaikan kalimatnya, Sophia menaikkan kepala dan berujar pada si pemuda dengan serius dan juga tak berdaya, "Beaulac, apa kau akan bertarung untukku? Apa kau akan mengejar harapan itu denganku?"     

"Saya adalah kesatria Anda selamanya, Yang Mulia. Saya tidak akan kabur." Beaulac mengangguk.     

Ada air mata di mata tuan putri. "Kalau begitu, kita harus pergi untuk mencari ruang rahasia sekarang! Kita hanya bisa saling mengandalkan satu sama lain!"     

Sophia merasa puas melihat Beaulac menjadi terpancing dengan kalimat provokatifnya. Dia berbalik dan menyuruh Duda mencari tempat aman untuk bersembunyi dan menunggu permainannya selesai.     

Saat ketika dia berbalik, ekspresi bersemangat di wajah Beaulac agak berkedut.     

Lucien tahu dia benar. Tuan putri memang tahu keberadaan struktur dalam istana ini.     

Tapi apa yang dia inginkan? Kepribadiannya berubah sangat cepat.     

Lalu kenapa dia butuh Beaulac untuk membantunya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.