Singgasana Magis Arcana

Senyum Terakhir



Senyum Terakhir

0Di ruang belajar Viscount Klein.     
0

Viscount Klein diikat di kursi, sementara rambut hitamnya tampak berantakan. Mata hijaunya menatap pria yang menggunakan topeng badut dengan penampakan konyol yang berdiri di depannya.     

"Kau pasti Clown yang gila itu! Seperti yang dikatakan tuan putri, kau gila!" Klein, archon balai kota Aalto, berteriak ketakutan pada Clown.     

Clown tertawa. "Tuan Viscount, jangan bilang kalau mantra yang kaurapal tadi berasal dari item sihir. Aku tidak melihat ada yang salah dengan seorang penjaga malam yang menangkap seorang penyihir jahat. Atau kau ingin aku memanggilmu dengan ... Tuan Philosopher?"     

Klein terkejut. "Bagaimana kau..."     

Dia tidak menyelesaikan kalimatnya. Sebagai gantinya, dia langsung diam. Dia pikir ini adalah jebakan.     

"Kami sudah mengawasimu selama ini, Tuan Viscount. Tapi kami tak pernah melakukan apapun padamu karena menunggu kau mengaku dan sadar bahwa apa yang kaulakukan sangat salah. Biar bagaimanapun, kau adalah bangsawan. Tapi sayangnya, kau tidak mengaku. Namun kau masih punya satu kesempatan lagi. Selama kau mengatakan padaku di mana Professor berada, kau bisa mempertahankan statusmu sebagai bangsawan dan archon ... dan kau hanya perlu bergabung dengan Penjaga Malam secara diam-diam," ujar Clown. Sambil bicara, dia melihat ke luar jendela, merasa khawatir kalau anggota penjaga malam lain bisa datang kemari kapan saja.     

Klein sadar bahwa dia bukan target sebenarnya, kemudian dia mendengus. "Begitu, ya. kau kemari untuk mencari Professor. Jelas, kalau berteman dengan seseorang yang ada dalam Daftar Pembersihan punya risiko besar, dan para penjaga malam pun mengincarku. Aku lebih baik menunggu sampai penjaga malam sebenarnya datang."     

Seperti yang Clown kira, meski Klein tidak berencana menyimpan rahasia dengan mempertaruhkan nyawa, dia selicik bangsawan lain. Kalau hadiahnya cukup menggoda, mereka bahkan akan bekerja sama dengan iblis! Orang-orang seperti Klein tahu bagaimana membuat keputusan dalam situasi sulit begini.     

Klein mencoba mendapatkan tawaran yang lebih baik!     

Wajah Clown mendekat ke arah Klein dan berujar, "Usaha yang bagus, Tuan Viscount, tapi kau bernegosiasi denganku. Sayangnya aku sedang buru-buru, jadi aku tidak ingin bernegosiasi."     

Ekspresi Klein mendadak berubah, dan sepuluh jari Clown mulai bergerak. Jari Clown mengendalikan otot di wajah dan seluruh tubuh Klein. Lalu mata dan mulutnya mulai membuka-menutup mengikuti gerakan Clown.     

Perlahan, akal dan jiwa Klein pun dikendalikan. Tak seperti penjaga malam lain, Clown bisa mendapatkan informasi yang dia inginkan meski tanpa menggunakan kekuatan suci.     

"Apa nama samaranmu? Apa kau seorang penyihir? Dalam perguruan apa?" Clown awalnya menggunakan pertanyaan sederhana untuk melihat apakah kekuatannya bekerja.     

Mata Klein akhirnya terfokus, dan dia tampak normal, kecuali pada senyum di wajahnya. "Lord Clown, aku adalah penyihir. Nama samaranku adalah Philosopher dan mengambil bidang utama dalam Astrologi. Saat itu, aku gagal membangkitkan berkah, dan aku tak punya ramuan untuk bergantung padanya. Jadi aku mendapatkan buku sihir yang ditinggalkan oleh penyihir yang dibunuh oleh pendahuluku untuk melihat apakah ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk membangkitkan Berkahku. Tapi kemudian aku tertarik dalam Perguruan Astrologi dan tidak bisa berhenti lagi."     

Clown tidak tertarik pada Klein, jadi dia langsung bertanya, "Bagaimana kau bertemu dengan Professor? Bagaimana aku bisa bertemu dengannya?"     

"Lord Clown, Professor lah yang menemuiku setelah aku kembali dari konser. Lebih spesifiknya, dia menggunakan mantra tingkat lingkaran keempat, Figure in Mirror, untuk bicara denganku. Dia ingin menghadiri perkumpulan kami selanjutnya untuk memberitahu informasi mengenai Kongres Sihir." Klein memberitahu Clown segalanya. "Setelah aku setuju untuk membantunya, kami bertemu lagi satu kali. Tempatnya di samping kebun kosong di villa di Gesu No. 116. Kami punya kode rahasia ini ... Tapi aku tidak tahu di mana dia sekarang. Dia memutuskan tempat di mana kita bertemu."     

Tentu saja, Professor sangat waspada dan licik, Clown tahu hal itu. Tiba-tiba, dia sadar kalau alamat itu milik Lucien Evans! Villa itu ada di pojokan yang terpencil dan belum disewakan lagi. Hanya seorang pelayan tua yang merawat rumah itu. Jadi itu merupakan tempat yang pas bagi Professor untuk bersembunyi.     

Darah Clown mendidih dan tubuhnya gemetar karena semangat. Dia bersyukur karena dia memperhatikan detailnya.     

Namun, tahu betapa liciknya Professor, Clown memaksa dirinya untuk tenang dan berpikir, 'Lucien Evans istirahat di rumah di distrik Bangsawan sekarang, dan katanya Natasha sibuk dengan macam-macam hal di Istana Ratacia hari ini, jadi dia tidak meninggalkan tempat itu sama sekali. Jika keduanya tiba-tiba muncul di rumah kosong, orang-orang bisa bilang dengan mudah kalau ini adalah konspirasi.'     

Dia juga berpikir apakah Professor akan membawanya bertemu pada penyihir kuat lain dan membuat mereka bertarung, tapi sepertinya tidak akan terjadi. Toh, mereka ada di Aalto. Jika ada pertarungan besar terjadi, para kardinal akan langsung tiba.     

Meski Clown tahu pilihan terbaik saat ini adalah menunggu Juliana serta penjaga malam lain menangani hal tersebut, kemarahan dan keinginan membalas dendam membakar isi perutnya. Selain itu, dia juga percaya diri dengan kekuatannya sendiri.     

Setelah membuat analisis cepat, Clown memutuskan pergi ke sana. Dia tahu bahwa dia harus sangat hati-hati. Jika ada sesuatu yang ada di luar kendalinya, dia akan sembunyi dan menyerahkan Professor pada penjaga malam lain.     

Setelah menyegel kekuatan spiritual Klein menggunakan Berkah spesialnya, Clown menulis informasi yang dia dapatkan dari Klein untuk menghemat waktu para penjaga malam yang datang setelah ini.     

Lantas Clown meninggalkan distrik bangsawan dan tiba di rumah No. 116 di Distrik Gesu.     

Villa kebun itu diselimuti kegelapan bagai monster mengerikan.     

Setelah memeriksa sekitar, Clown tidak melihat adanya jebakan sihir. Dia merasa lega dan memutuskan untuk masuk lebih dalam. Dengan secepat bayangan, dia menyelinap ke dalam villa kebun.     

Di villa itu hanya ada seorang pelayan tua. Setelah membuat pelayan itu tidur, Clown memeriksa ruangan satu per satu dengan hati-hati, mencoba menemukan petunjuk.     

Tak lama kemudian, Cown selesai memeriksa bagian bawah tanah dan lantai dasar. Dengan sangat hati-hati, dia berjalan naik ke lantai dua.     

...     

Di kediaman Viscount Klein.     

Waldo, si Eksekutor, memimpin tim penjaga malam ke lantai dua secara diam-diam. Mereka masih mencari viscount.     

Mereka tidak membuat keributan, untuk jaga-jaga Professor sadar apa yang terjadi dan kabur.     

Begitu mereka sampai ke lantai dua, Waldo mencium bau darah.     

Juliana mendadak menjadi sangat khawatir. Dia takut Clown hilang kendali.     

Wajah Waldo separuh ditutupi oleh jenggot, tapi hidungnya sangat sensitif dengan bau. Dia berujar serius di depan pintu ruang belajar, "Hanya ada satu mayat di sana. Baunya seperti keluarga Millstone."     

Viscount berasal dari keluarga Millstone.     

Sambil bicara, Waldo membuka pintu. Aroma darah yang menyengat menerpa mereka.     

Ketika para penjaga malam masuk ke dalam ruangan, meski mereka sangat terbiasa dengan darah dan kematian, mereka mengernyit atas apa yang mereka lihat.     

Ruangan itu bagaikan rumah jagal. Potongan daging dan darah ada di mana-mana, dari langit-langit hingga lantai—tak ada potongan tulang atau organ yang utuh. Kejadian itu sangat menjijikkan dan kejam.     

"Ini terlihat ... familiar..." gumam seorang penjaga malam.     

Para penjaga lain tahu apa yang dia maksud. Nyaris semua orang yang tertangkap oleh benang Clown berakhir seperti itu.     

"Tidak mungkin ... Clown tidak akan membunuh viscount..." Wajah Juliana berubah pucat.     

Sambil menginjak potongan daging dan genangan darah, Waldo langsung berjalan ke arah meja dan mengambil secarik kertas di bawah botol tinta. Setelah melihat sekilas, dia berujar pada penjaga malam lainnya, "Kertas ini ditinggalkan oleh Clown. Dia meninggalkan kode rahasia yang tidak bisa ditiru orang lain. Dia sudah mengonfirmasi kalau Viscount Klein adalah Philosophr, dan, menurut Clown, Professor mungkin ada di rumah No. 116 di Distrik Gesu."     

Mendengarnya, Julia terkesiap. Dia mulai berpikir kalau mungkin Clown yang melakukan semua ini. Ketika dia mendapatkan informasi yang dia inginkan, dia bisa menjadi terlalu bersemangat dan tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.     

Karena viscount sudah dipastikan bahwa dia adalah seorang penyihir jahat, kematiannya tidak berarti banyak.     

"Serahkan barang-barang viscount pada Inkuisisi. Kini kita harus pergi ke Distrik Gesu secepat mungkin!" ujar Waldo pada penjaga malam lain. dalam hatinya, dia masih ada di pihak Clown.     

"Siap!" jawab penjaga malam lainnya bersamaan. Mereka tidak peduli tentang kematian seorang penyihir jahat.     

...     

Clown sudah memeriksa sebagian besar lantai dua, tapi tidak menemukan hal spesial.     

Ruangan demi ruangan ... Ketika Clown merasa kecewa, dia mendadak menyadari bahwa ada seseorang di ruang belajar! Sebagai seorang kesatria agung, Clown merasakan ada seseorang berdiri di samping jendela sambil menikmati angin malam yang sejuk.     

Clown sangat terkejut. Dia tidak menyangka akan semudah ini dia menemukan Professor, dan yang paling penting, tampaknya Professor tidak menyadari keberadaannya!     

Meski dia punya banyak pertanyaan di kepalanya, ketika menghadapi penyihir tingkat menengah yang keji dan kuat, Clown tidak ingin menyia-nyiakan sedetik pun. Dalam sekejap, dia langsung mengerahkan benang boneka ke arah pria di samping jendela.     

Dengan menggunakan seluruh kekuatannya, Clown menghancurkan pintu dalam sekejap disaat bersamaan. Namun, yang mengejutkannya, dia melihat Lucien Evans berdiri di samping jendela.     

Karena dia terikat kencang, cara Lucien Evans berdiri tampak aneh dan terdistorsi. Di sana ada senyum palsu yang menakutkan di wajahnya yang tampan. Di bawah kekuatan misterius, tubuhnya yang kaku jatuh ke belakang, bagaikan seekor angsa yang ditembak oleh anak panah.     

Setelan hitam berantakan yang dikenakan Lucien Evans, senyum menakutkan di wajahnya, dan saat-saat ketika dia jatuh ke belakang bagaikan boneka lusuh ... menjadi pemandangan paling misterius di ingatan Clown selamanya.     

Untuk memfitnahnya, Professor memutuskan untuk mengorbankan Lucien Evans?     

Clown jelas tidak menyangka hal ini.     

Sebelum mengenai lantai, tubuh Lucien Evans meledak bagaikan bunga yang mekar. Daging dan darahnya berceceran di mana-mana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.