Singgasana Magis Arcana

Tujuan Lain



Tujuan Lain

0Di langit malam, banyak bintang sedang mengelilingi Lucien, yang berdiri di atas Bintang Induk Takdirnya, melihat ke arah kegelapan yang dalam. Rambut hitamnya berantakan karena angin, menambahkan kesan liar pada pemuda yang tenang itu.     
0

Tiba-tiba, langit berbintang berubah merah, dan bulan purnama perak terbit dengan cepat di langit yang langsung menyingkirkan kegelapan.     

Kemudian, bulan perak berubah menjadi Rhine, yang mengenakan kemeja merah dan mantel hitam. Sayap kelelawar besarnya mekar dengan luas di dimensi itu.     

"Kelihatannya kau benar-benar menyukai bintang. Mimpimu benar-benar sama dengan sebelumnya. Itulah kenapa kau memilih major Astrologi?" Rhine bercanda. "Ayolah ... Tentu saja aku tahu kau sengaja mengendalikan otak dan jiwamu sebelum tidur untuk menyembunyikan rahasiamu dariku, Lucien. Penyihir itu membosankan ... Aku lebih senang kau sebagai musisi ... sayang sekali..."     

Lucien ada dalam mimpinya sendiri, jadi dia cukup percaya diri. "Tuan Rhine, apa kau menemukan sesuatu di mimpi Clown?"     

"Apa aku pernah mengecewakanmu?" Rhine menyeringai. "Orang penting datang sebelum Clown mati, dan orang itu mengundang penjaga malam yang ada di sana untuk bergabung dengan mereka."     

Sebelum mengeksekusi rencana, Lucien telah memanggil proyeksi Rhine melalui tanda dan memintanya masuk ke dalam mimpi Clown untuk melihat apa yang terjadi pada Clown sebelum dia mati, yang mana merupakan alasan kenapa Natasha tidak membunuh Clown di tempat.     

"Begitu, ya ... Jadi orang itu Sard atau Amelton?" tanya Lucien tenang.     

Sebuah senyum perlahan muncul di wajah Rhine, dan dia bertanya penasaran, "Kok tahu? Orang itu Amelton..."     

"Tanpa dukungan diam-diam dari Sard, nyaris mustahil Natasha bisa mendesak Gereja dan Inkuisisi sekeras ini sampai batas mereka, dan Clown tidak akan dihukum mati semudah itu. Sard memilih pura-pura tidak melihat segalanya, jadi rencanaku berjalan sempurna. Lalu kardinal bermantel merah, Vila Amelton, terus diam sepanjang waktu. Apa yang dia lakukan hanya menyampaikan keinginan Sard," jawab Lucien.     

Dengan membunuh identitasnya sebagai musisi, Lucien juga menguji Sard, yang mana merupakan tujuan lainnya.     

Kadang rencana kotor tidak harus terlalu rumit, selama rencana itu bisa mendapatkan tujuan sebenarnya dari musuh!     

Setelah Clown menyerangnya, Lucien menambah tujuan kedua ini dalam rencananya. Dari respon Gereja pada setiap langkah yang dia ambil, Lucien berhasil tahu apa yang ingin dia ketahui. Lalu proyeksi Rhine dalam mimpi Clown adalah konfirmasi akhirnya.     

Bahkan Natasha hanya tahu bagian dari rencana Lucien, apalagi Clown. Makanya, Clown sangat bingung dan jatuh dalam jebakan Lucien.     

Rhine tersenyum. "Dia tidak bisa menunggu lagi. Dia mencoba sebisa mungkin untuk mengambil setiap kesempatan untuk menghancurkan Gereja dan untuk meningkatkan kekuatannya, seperti yang dilakukan para santo sebelum ini. Mengenai Dunia Arwah, tentu dia tahu lebih baik daripada aku. Jadi aku terperangkap di sini sekarang, tapi dia berhasil kabur. Aku tidak yakin ... tapi mungkin dia melihat hal lain di sini. Yah pokoknya, ini adalah hal baik bagi Kongres. Kalau kekuatan Sard berhasil berkembang, Gereja Selatan akan terpecah lagi. Manfaatkan kesempatan dan ambillah pilihan yang tepat, Lucien."     

"Aku tidak berpikir Gereja akan terganggu lagi. Sard bukan orang bodoh dan bukan orang gila. Dia tahu apa yang akan terjadi kalau Gereja terpecah lagi. Tak peduli apa tujuan Sard, melemahkan kekuatan Gereja dan kehilangan jumlah pengikut jelas bukan berita baik baginya. Kurasa dia ingin menjadi seperti parasit, menyedot esensi dan kekuatan Gereja. Suatu hari, saat dia sudah benar-benar siap, katakanlah, ketika dia menjadi paus, dia akan mengganti Gereja dengan hal lain tanpa mengubah apa yang ada di luar." Lucien membuat analisisnya sendiri.     

Kemudian dia melanjutkan, "Jadi, menurutku, kurasa saat Amelton merekrut beberapa penjaga malam, alasannya pasti kerusakan moral Gereja, dan Gereja harus kembali ke jalan yang benar. Tidak seperti bertahun-tahun lalu, di mana beberapa santo membagi Gereja, mereka telah memutuskan untuk mengambil jalur seperti revolusi. Meski, faktanya, tujuan utamanya tetap sama."     

Rhine jelas cukup terkesan. "Kau menjadi bijak dan dewasa, Lucien ... meski aku masih merasa pemuda yang baru belajar sihir itu lebih menarik."     

Kemudian, Rhine mengonfirmasi bahwa Clown sudah mati dengan memberitahu Lucien apa yang dia lihat lewat mimpi Clown.     

Lucien merasa lega. Jelas merupakan risiko tinggi kalau membiarkan Clown kabur. Jika Sard terlibat, yang mana menurut Lucien sangat tidak mungkin karena Sard tidak ingin dapat masalah tambahan dari Clown, para penjaga malam masih bisa diselamatkan. Kemudian, suatu hari nanti ketika Clown kembali, teman-teman dan keluarga Lucien akan berada dalam bahaya besar.     

Setelah kematian Clown, Lucien merasa sangat lega. Langkah terakhir adalah pemakaman untuk sang musisi hebat, dan Lucien jelas tidak perlu menghadirinya.     

...     

Setelah bangun dari mimpinya, Lucien melihat sinar bulan yang masih lembut dan sunyi.     

Dia membuka mata, dan Lucien memikirkan kesedihan yang akan dialami oleh kerabat dan teman-temannya, dan perasaan itu membuatnya merasa sakit. Demi memastikan tidak ada yang tahu, Lucien harus menunggu sampai hari di mana dia akan meninggalkan Aalto untuk memberitahu paman Joel dan keluarganya tentang kebenaran dan membiarkan mereka membuat pilihan.     

Beberapa hari ini akan membunuh mereka, dan Lucien merasakan hal yang sama. Meski rencananya berhasil, dia tidak merasa senang atau bersemangat sama sekali.     

Dia aman berada di War Gallery milik Natasha. Jadi, Lucien bangkit dan berjalan ke jendela. Dia menatap bulan dan mencoba menenangkan diri.     

"Kau juga tidak bisa tidur?" Di malam yang sunyi itu, suara Natasha juga terdengar sangat lembut.     

Lucien berbalik sedikit dan melihat tuan putri sedang berjalan di taman di bawah sinar bulan. Karena kekuatan lingkaran suci, bunga violet dan lili di taman semuanya mekar dengan aroma bunga yang harum.     

"Aku tidak bisa tidur karena memikirkan seburuk apa perasaan keluarga dan teman-temanku besok..." Lucien mengaku. "Aku ingin memberitahu kebenarannya pada mereka malam ini, sekarang juga."     

Natasha melambaikan tangan, meminta Lucien untuk keluar dan menemaninya.     

Dia langsung duduk di pagar taman, yang mana bukan sikap seorang putri. Namun, Lucien juga tidak mempermasalahkannya, jadi dia duduk di sampingnya.     

Lucien mencium aroma samar dari sang putri, tapi aromanya tidak berasal dari riasan atau semacamnya. Aroma itu bersih dan suci.     

"Aku paham, Lucien. Saat aku berbohong pada ayahku dan membuatnya sedih, aku merasa bersalah juga. Aku tahu pasti rasanya seratus kali lebih berat untukmu." Natasha menepuk bahunya. "Tapi kita tidak membiarkan bisa hal ini mempengaruhi penilaian dan apa yang akan kita lakukan. Kita sudah membuat keputusan, dan kita harus menjalankannya. Mungkin terdengar jahat, tapi semuanya akan membawa hasil terbaik untuk kita. Menjadi sentimental dan ragu-ragu tidak bisa menyelamatkan kita atau melindungi orang-orang tersayang. Seperti yang kukatakan, kekejaman bisa menjadi salah satu kemurahan hati."     

Lucien mengangguk singkat. "Aku tahu. Aku sangat memahaminya. Aku melakukan apa yang harus kulakukan, tapi dalam hati aku menderita karena rasa sakitnya..."     

"Cerita saja padaku. Kau akan merasa lebih baik," ujar Natasha mendukung. "Supaya adil, kita bertukar cerita tentang hal-hal yang membuat kita merasa sedih."     

"Boleh. Jadi ... aku merasa aku keji. Aku menggunakan emosi manusia sebagai bagian rencanaku. Aku membiarkan keluarga dan teman-temanku menderita..." ujar Lucien pelan.     

Natasha memiringkan tubuhnya dan menyandarkan punggung pada Lucien. "Fakta bahwa kau merasa seperti ini berarti kau tidak keji. Kau melakukan ini untuk kebaikan mereka juga. Aku tahu apa yang ayah inginkan, tapi aku mengabaikannya, dan aku bahkan tidak ingin berusaha untuknya. Akulah yang jahat."     

"Kita tidak bisa menyimpang dari jalur kita karena harapan orang lain. Kita hanya hidup satu kali. Kadang-kadang kita berkompromi, tapi kadang-kadang kita tidak bisa menyerah begitu saja." Lucien tidak melihat ke belakang, tapi mencoba menghiburnya.     

Secara bergantian, penyihir licik dan kejam, Professor, dan kesatria tegas serta gigih, Sword of Adjudication, membagi rasa sakit dan penderitaan mereka.     

Sampai tengah malam, suara mereka perlahan semakin pelan, dan keduanya merasa lebih baik.     

Malam itu sangat hening. Lucien bisa merasakan kehangatan dari punggung Natasha. Lucien berujar tanpa menengok, "Hati-hati dengan Sard."     

"Baiklah." Natasha tahu bahwa inilah hasil yang dijanjikan oleh Lucien.     

...     

Pagi-pagi sekali, di Asosiasi Musisi Aalto.     

Franz berjalan masuk ke gedung asosiasi dengan koran Mingguan Aalto terbaru, yang mana merupakan koran lain yang membahas tentang konser kepulangan Tuan Evans.     

Di bawah judul—Konser Terhebat Sepanjang Masa, Jamuan Simfoni Tak Tertandingi—si kolumnis berkomentar, 'Malam ini adalah keributan paling luar biasa. Orang-orang menggilai musisi muda ini, Lucien Evans, dan aku juga salah satu dari mereka...'     

Franz sangat senang melihat pujian itu. Setelah konser, dia semakin mengagumi Tuan Evans lebih dari siapa pun, jadi dia merasa sangat senang seolah dia juga mendapatkan sebagian kehormatan itu.     

Ketika Franz membaca koran sambil berjalan, dia mendadak merasakan atmosfer berat. Dia berbalik dan melihat tuan putri berjalan menuju aula, diikuti oleh sekelompok pengawal.     

Kesedihan dan keputusasaan tuan putri membuat udara terasa berat.     

'Apa yang ... terjadi?' piki Franz dalam hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.