Singgasana Magis Arcana

Bala Bantuan



Bala Bantuan

0Di dalam goa, ada sebuah jalan beraspal yang panjang dan miring menuju istana bawah tanah. Sekitar tiap sepuluh meter, terdapat lilin di dinding batu. Cahaya kuning lilin itu agak redup, sehingga membuat jalan ini lebih menegangkan.     
0

Lucien bergerak secepat bayangan. Dia mengikuti jalan itu tanpa menimbulkan suara dan pergi semakin dalam di kegelapan.     

...     

Sang pendeta agung berjubah perak sedang memeriksa jalur lain, di mana para anjing pemburu dari gereja mungkin akan menyelinap masuk ke dalam relic. Namun, dia tak memeriksa jalan masuk utama lagi, karena Angola sedang bertarung di depan, dan hal ini memberi Lucien waktu yang cukup untuk mencari penjara bawah tanah.     

...     

Daripada menyebarkan kekuatan spiritualnya, Lucien menggunakan pendengaran tajamnya untuk merasakan daerah sekitarnya. Tampaknya sebagian besar penjaga saat ini sedang bertarung melawan para penjaga malam, karena Lucien tidak mendengar ada seseorang yang berbicara atau berjalan. Di dalam markas pengikut ajaran sesat ini, dia harus sangat waspada terhadap penggunaan kekuatan gaib apa pun.     

Relic bawah tanah ini sangat besar. Meskipun dia sedikit menduga-duga dari pengamatan daerah sekitar yang ada di bola Scene itu, Lucien tidak pernah menyangka bahwa di tempat ini memang ada relic yang menakjubkan tersebut.     

Ketika jalan setapak menjadi lebih mulus, Lucien melihat bahwa ada banyak pintu besi di kedua sisi jalan setapak ini. Dia merasa agak ragu, dan dia tidak yakin apa dia harus membuka pintu terdekat di depannya.     

Tangan kanannya meraih gagang pintu itu dengan sedikit gemetar. Lucien tidak tahu apa yang menunggunya di kamar ini.     

Begitu Lucien hendak memutar gagang pintu itu, dia mendengar seseorang berbicara. Suara itu datang dari ruangan lain, tapi tidak jauh dari tempat Lucien berdiri sekarang.     

"Apa yang terjadi di luar? Semua pendeta keluar?" Seorang pria bertanya. Suaranya terdengar gugup.     

"Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ledakan itu terdengar mengerikan," jawab orang kedua.     

Setelah sekilas memperkirakan kekuatan kedua orang dari ajaran sesat itu, Lucien langsung membuka pintunya dan menyerang ke arah mereka dengan ganas. Para pengikut ajaran sesat itu benar-benar tidak siap terhadap serangan mendadak ini. Tidak lama kemudian, mereka pingsan dan jatuh ke tanah.     

Lucien menutup pintu di belakangnya, lalu membangunkan salah satu pengikut ajaran sesat muda itu.     

Setelah merasa sedikit bingung untuk sesaat, pengikut ajaran sesat itu ingat apa yang baru saja terjadi dan hendak berteriak minta tolong. Namun, yang berhasil dia lakukan hanyalah membuka mulutnya. Begitu dia bertatap mata dengan Lucien, orang itu jadi tak bisa mengendalikan pikirannya.     

Ada banyak bintang di mata Luciens, dan matanya terlihat amat dalam seperti dua lubang hitam.     

"Apa kau tahu di mana keluarga miskin yang baru saja mereka tangkap beberapa hari yang lalu?" tanya Lucien dengan suara pelan.     

"Ya, saya tahu, Tuan." Pengikut ajaran sesat yang masih muda itu bersikap hormat, karena dia telah dihipnotis oleh Eyes of Stars milik Lucien. Karena Eyes of Stars lebih merupakan hipnotisme, hanya ada sedikit gelombang sihir yang bisa terdeteksi dari ini.     

Lucien berhasil mengumpulkan beberapa informasi dari pengikut ajaran sesat yang terhipnotis itu: Istana itu terletak di sisi barat relic besar, yang mana pasukan utama Argent Horn biasanya berpatroli di sana. Sementara penjara bawah tanah itu berada di barat laut. Penjaranya dijaga oleh seorang kesatria kegelapan berkekuatan rata-rata dan beberapa pengawalnya.     

Selain itu, relic ini ternyata memiliki lebih dari satu lantai. Namun, beberapa lantai di bawahnya sudah benar-benar hancur dan tidak dapat digunakan lagi. Di lantai ini terdapat lima jalur yang terhubung ke Hutan Hitam.     

Karena Lucien tahu bahwa pasukan utama bisa kembali kapan saja, dia harus bergegas. Dia mematahkan leher kedua pengikut ajaran sesat itu, lalu meninggalkan ruangan. Dia melewati istana di barat, lalu menuju ke penjara bawah tanah dengan cepat dan diam-diam.     

...     

Setelah dia lebih memahami relic ini, Lucien jadi sedikit tenang. Tidak lama kemudian, dia tiba di penjara bawah tanah.     

Penjara bawah tanah ini cukup besar, dan dibagi dua oleh jeruji besi. Ada sekitar tujuh atau delapan sel tahanan di satu sisi, sementara di sisi lain ada empat pengawal ksatria yang mondar-mandir di sana sambil membicarakan apa yang terjadi di luar. Di belakang mereka, ada berbagai macam peralatan penyiksaan tergantung di dinding.     

Pria tua yang mengenakan armor kulit hitam itu punya wajah yang mengerikan. Saat ini, dia sedang duduk di bangku, sambil mendengarkan suara perkelahian di luar dan melihat sel-sel tahanan di sisi lain dengan ekspresi kesal. Lucien berpikir bahwa dia pasti seorang kesatria kegelapan.     

Kemudian kesatria tua itu berdiri dan berkata dengan marah, "Bawa kemari kedua orang yang kehilangan jari itu. Aku perlu melakukan sesuatu."     

Hati Lucien tiba-tiba menciut.     

"Tuan Janson, mereka tidak boleh dibunuh sekarang!" seorang pengawal ksatria membujuknya.     

"Tak usah memberitahuku!" teriak Janson dengan kesal. "Mereka adalah tahanan yang paling merepotkan di seluruh penjara bawah tanah ini. Aku harus membawa mereka ke pondok yang menyebalkan itu setiap beberapa hari! Memangnya para pendeta itu menganggapku apa? Orang yang sering mengajak anjing jalan-jalan?!"     

Kekesalan dan kemarahan Janson berasal dari kekuatan Berkahnya. Para pengawal kesatria itu saling bertukar pandang, lalu salah satu dari mereka mengambil kunci dan membuka sel.     

"Kalian berdua, keluar dari sini." Tim menendang Joel dan Alisa yang sedang berbaring di tanah.     

Joel dan Alisa sangat ketakutan. Mata Ivens dipenuhi dengan Air mata dan dia menggigit bibirnya tanpa bersuara, karena tidak ada yang bisa dia lakukan sebagai seorang anak kecil.     

"Jalan!" Tim menendang Joel di punggungnya, yang mana membuat Joel terhuyung maju dan jatuh di depan Janson.     

Janson mengambil cambuk kulit dari dinding, lalu dengan ganas mencambuk Joel dan Alisa dengan sangat marah. "Dasar sampah! Orang-orang tolol! Kenapa juga aku harus membawa kalian pergi SETIAP ... HARI?!"     

Setiap kali dia mengucapkan satu kata, Janson mencambuk mereka.     

Meskipun Janson masih menahan dirinya supaya tidak membunuh Joel dan Alisa, cambuknya masih membuat dua orang itu berteriak dengan penuh kesakitan dan berguling-guling di tanah.     

Sementara Janson menikmati teriakan itu, Lucien mengepalkan tangannya dengan penuh amarah. Semua otot-otot di tubuhnya menjadi tegang. Dia ingin membunuh semua bajingan itu dan mencabik-cabik mereka sekarang juga.     

Namun, dia masih harus menunggu kesempatannya. Bertindak terburu-buru dan impulsif bisa membunuhnya di sini dengan mudah, jangankan untuk menyelamatkan paman Joel dan keluarganya.     

Lucien bersembunyi di kegelapan dan menunggu.     

...     

"Ilia, para penjaga malam ini cukup tangguh." Sambil melayang tinggi di udara, Angola mengirimkan suaranya kepada pendeta agung lainnya dengan menggunakan kekuatan iblis. "Mereka punya banyak barang sihir yang kuat. Untungnya, kita mengambil inisiatif dan semua barang sihir mereka sudah hancur."     

Hanya lima penjaga malam yang masih berdiri. Mereka adalah Clown, Salvador―si Canon Holder, seorang kesatria agung, Minsk―si Red Dragon, dan seorang pastor. Dua puluh lima penjaga malam lainnya sudah mati, dan beberapa mayat bahkan hancur.     

"Jangan buang-buang waktu lagi, Angola. Musnahkan mereka semua, dan kita harus menghancurkan jalan masuk ini."     

Suara Ilia datang dan mendesaknya.     

"Baiklah." Angola mengangkat tangannya lagi, yang tertutup oleh bayangan hitam.     

Pada saat ini, langit malam tiba-tiba berubah menjadi biru dengan cara yang aneh, seolah laut dan langit bertukar posisi. Lautan itu tergantung di atas mereka, lalu sebuah pilar air besar melesat ke bawah dan menyerang Angola!     

Ilia merasakan kekuatan itu dan dia langsung berdiri.     

Camil, sang Blue Tide.     

Kesatria cahaya tingkat tujuh tiba!     

Sambil terbang tinggi di langit, dua Kardinal agung, Gossett dan Amelton, juga tiba bersama Nona Camil.     

"Bunuh semua tahanan! Hancurkan semua bukti! Semuanya lari melalui jalur lain!" Ilia segera memberi perintah.     

Pada saat yang sama, dia mulai merapal mantra untuk menghancurkan altar. Meskipun dia sendiri adalah seorang pendeta tingkat tujuh, para bala bantuan dari gereja yang terdiri dari dua Kardinal agung dan seorang kesatria cahaya itu tidak bisa dilawan.     

Selain itu, Sard, monster yang mengerikan itu, juga bisa muncul kapan saja.     

...     

Janson menerima perintah itu, dan dia mengangkat cambuknya tinggi dengan ekspresi ganas di wajahnya.     

Ketika Lucien mendengar suara air jatuh yang memekakkan telinga datang dari luar, dia tahu bahwa inilah saatnya untuk bertindak. Seperti bayangan putih, Lucien melompat keluar dari kegelapan dan bergegas menyerang kesatria kegelapan dengan memanfaatkan situasi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.