Singgasana Magis Arcana

Lega



Lega

0"Apakah Anda melihat Joel, Alisa, dan Iven? Apakah mereka baik baik saja? Dimana mereka sekarang?" Masih dalam keadaan terkejut karena melihat sang putri berdiri di jendela kamarnya, Lucien langsung bertanya sampai lupa untuk memberikan salam dengan sopan.     
0

Seseorang yang memikirkan tentang keluarga mereka pasti akan melakukan hal yang sama. Lucien sudah menganggap mereka bertiga sebagai keluarga terdekatnya di dunia ini.     

Meskipun dia telah membunuh Janson dan para pengawalnya di penjara bawah tanah, Lucien masih menunggu kepastian dari sang putri. Bagaimanapun, pertarungan malam ini begitu sadis, di mana orang biasa seperti Joel, Alisa, dan Iven bisa saja menjadi korban dari mantra-mantra yang kuat.     

"Sebenarnya ... Aku bertarung di garis depan, Lucien," ucap Natasha, dia merasa agak malu. "Maafkan aku. Seharusnya aku lebih memperhatikan keluargamu. Tapi jangan khawatir, Lucien. Aku telah bertanya kepada kesatria yang bertanggung jawab untuk menyelamatkan para sandera, mereka semua baik baik saja."     

"Terima kasih banyak, Tuan Putri." Senyuman tulus tampak di wajah Lucien. Karena keseluruhan rencananya seperti berjalan di atas tali yang tipis, satu kesalahan saja dapat membunuh orang orang yang sangat dia sayangi di dunia ini. "Lalu dimana mereka sekarang? Kapan saya bisa bertemu dengan mereka?" Lucien kembali bertanya.     

"Mereka sekarang berada di gereja utama, karena mereka disiksa dengan keji, baik secara fisik dan mental," Camil menjawab. "Para pendeta di gereja akan merawat mereka, dan nantinya mereka akan ditanya-tanya."     

"Tapi mereka tidak bersalah! Mereka hanyalah orang biasa ..." Lucien gemetar saat dia memikirkan interogasi yang pernah dialaminya, atau bisa dibilang, apa yang pernah dialami tubuhnya, dari Gereja.     

"Aku paham kau mengkhawatirkan mereka, Lucien." Natasha mencoba menenangkannya, "Waktu itu kau dicurigai sebagai tersangka, tapi kali ini berbeda. Gereja hanya ingin menanyakan mereka tentang para penjaga penjara bawah tanah dari Argent horn, itu saja."     

Lalu Natasha berbicara kepada nona Camil. "Kekuatan dari para kesatria cahaya memang mengesankan. Serangan mendadak yang Anda lakukan ke pastor agung itu sangatlah kuat, bahkan orang tidak beruntung di dalam penjara bawah tanah sampai pingsan. Kapan, ya, saya bisa menjadi kesatria cahaya?"     

"Boleh ... bolehkah saya bertanya apa itu Argent Horn?" Lucien bertanya     

"Argent Horn lah yang telah menculik paman dan keluargamu. Mereka adalah pengikut iblis, dan mereka menyebut dirinya Argent Horn," Natasha menjelaskan. "Jiwa mereka telah rusak oleh kegelapan. Ketika kami akan menangkap para pengikut iblis itu hidup-hidup, mereka berteriak, 'Kembali ke kesunyian abadi,' dan meledakkan diri."     

Saat berbicara tentang hal ini, Natasha masih berdebar-debar. Meskipun dia hanya tinggal satu langkah menjadi kesatria cahaya dan dia sangat berpengalaman dalam bertarung, melihat para pengikut iblis itu meledakkan diri di hadapannya masih membuat Natasha terbayang-bayang.     

"Seluruh pengikut iblis itu ... mereka bunuh diri?" Lucien tentu saja berharap mereka semua mati, jadi Gereja dan sang putri tidak akan pernah mengetahui bagaimana dia mendapatkan Berkah miliknya.     

"Kebanyakan dari para pengikut iblis mati, dan beberapa dari pimpinan mereka berhasil kabur." Lalu Natasha sedikit mendongakkan kepalanya dan berkata dengan bangga, "Tapi aku menangkap seorang pendeta hidup-hidup. Kami mengetahui bahwa tangan kanan dari iblis yang sangat kuat tersegel di dalam relic itu. Tapi relicnya berhasil diambil oleh pengikut iblis yang berhasil kabur."     

Mendengar bahwa seorang pengikut iblis berhasil tertangkap, jantung Lucien berdegup makin kencang. Dia menenangkan diri dan bertanya, "Ada informasi lagi selain itu? Saya khawatir mereka merencanakan sesuatu pada Anda dan grand duke."     

"Benar, mereka merencanakan sesuatu yang besar." Natasha mengusap dagunya sambil berpikir, " Tapi hanya pastor agung yang tahu rencana mereka."     

"Kita akan memeriksa para personil dari departemen intelijen kami. Aku yakin kita akan menemukan sesuatu nanti," ucap Camil dengan serius     

"Aku paham ... jadi sekarang saya aman, 'kan?" tanya Lucien meskipun dia sudah tahu jawabannya. Dia merasa dia bisa menjadi aktor yang hebat.     

"Meskipun kami tidak menemukan orang yang selalu mengawasimu, aku sangat yakin kau aman sekarang. Karena para pengikut iblis mengalami kerugian besar malam ini, dan sekarang mereka sedang sibuk melarikan diri."     

Lucien mengangguk, memasang ekspresi lega.     

"Terima kasih, Lucien. Informasi yang kau berikan sangat membantu kami," ucap Natasha dengan tulus     

"Sama-sama," Lucien menundukan kepalanya dan menjawab dengan sopan.     

Saat itu, wajah Camil menggelap dan alisnya mengerut, membuatnya terlihat lebih serius dari biasanya.     

"Apa yang terjadi, Bibi?"     

"Viscount Stuart bunuh diri sebelum orang-orang kita sampai, Tuan Putri," jawab Camil dengan suara pelan.     

Viscount Stuart bertanggung jawab kepada departemen intelijen di duchy, dan merupakan seorang kesatria agung.     

Natasha melambaikan tangan. Kemudian armor di tangannya menimbulkan suara ketukan yang terdengar jelas. "Pasti ada seseorang di belakang Stuart. Tetapi kenapa Stuart mengkhianati kita? Kenapa dia ingin menjadi musuh dari Gereja?"     

"Kita harus bergegas, Tuan Putri," Camil mengingatkan.     

"Oh... Aku baru sadar bahwa aku masih berdiri di jendela. Aku harus pergi sekarang, Lucien." Natasha mengangguk padanya. "Keseluruhan kasus ini lebih rumit dari dugaanku. Aku akan mengatakan kepada Gereja bahwa kau telah membangkitkan kekuatan Berkah dengan bantuanku."     

Lalu dia berhenti sejenak dan berkata kepada Lucien, "Maafkan aku karena aku tidak bisa menjadikanmu kesatria dan memberimu gelar. Karena sesuai hukum yang ada, kau belum sekuat seorang kesatria. Lagipula, mengangkatmu menjadi seorang kesatria sekarang dapat menempatkanmu dalam risiko besar. Aku harap kau paham."     

"Saya paham, Tuan Putri," jawab Lucien. "Kepercayaan Anda adalah yang terpenting bagi saya. Lagipula keluarga saya juga baik baik saja. Saya tidak bisa meminta lebih dari itu."     

"Aku akan menghadiahkanmu sebuah kastel beberapa bulan dari sekarang. Aku berjanji," ucap Natasha.     

"Kastel? Tuan Putri, itu ... itu terlalu berlebihan." Lucien menolaknya tanpa sadar, tahu bahwa cepat atau lambat dia akan meninggalkan Aalto. Uang adalah sesuatu yang lebih dibutuhkannya dibanding sebuah kastel.     

Natasha melambaikan tangan dan bersikeras, "Keluarga Violet selalu membayarkan hutangnya. Itu merupakan tradisi keluarga kami. Oh ya, apa kau sudah punya gambaran lokasinya, Lucien?"     

"Saya melihat spesies langka dari tit berekor panjang di pesta dansa." Lucien sudah siap akan pertanyaan itu dan dia pun berbohong tanpa pikir panjang. "Ketika saya terlalu miskin untuk membeli makanan, saya sering masuk ke Hutan Hitam untuk mencari jamur liar dan saya melihat mereka di sana beberapa kali. Di sekitar Aalto, jenis burung itu hanya tinggal di sekitar Hutan Hitam Melzer dan Gunung Lubeck."     

"Menarik. Aku belum pernah mendengarnya." Natasha mengangguk. "Selain sebuah kastel, kau harus punya pedang kesatria. Aku akan mencarikannya untukmu, Lucien."     

"Terima kasih banyak, Tuan Putri." Lucien membungkuk kepada sang putri.     

Natasha melangkah mundur dan melayang di udara. Meskipun dia bukan seorang kesatria cahaya. Dragon Blood Armor miliknya dapat membantunya terbang.     

"Ingatlah untuk berjalan-jalan di bawah sinar bulan. Lucien." Natasha tertawa dan dia terbang pergi bersama Camil.     

Melihat mereka pergi, Lucien menghela napas panjang karena lega. Tiba-tiba dia merasa sangat lelah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.