Singgasana Magis Arcana

Permintaan Natasha



Permintaan Natasha

0Anginnya sangat halus dan sejuk. Lucien berdiri di teras sambil bermandikan cahaya rembulan, dan dia merasa segar kembali.     
0

Akan tetapi, secara bersamaan, Lucien sadar bahwa dia melakukan hal yang tidak sopan karena dia melihat dua gadis cantik yang berada di teras juga. Mereka berpelukan dan berciuman. Pemandangan menggairahkan dari dua gadis cantik yang memperlihatkan cinta mereka satu sama lain di bawah cahaya bulan terlihat seperti sebuah lukisan indah.     

Wajah Lucien berkedut sedikit, kemudian tersipu. Ketika dia ingin meninggalkan teras, salah satu dari mereka menghentikannya dan bertanya, "Lucien, kenapa wajahmu begitu?" Dia adalah Natasha.     

Dengan sedikit warna merah di pipinya, Silvia bersembunyi di belakang Natasha, sedikit terengah-engah akibat ciuman intens barusan.     

"Saya tidak apa apa ... tidak apa apa." Lucien tersenyum malu.     

"Apa yang sekarang kau pikirkan?" Natasha sedikit mengangkat alisnya dan bertanya kepada Lucien dari dekat.     

"Ya ... Saya berpikir bahwa ... apa yang baru saja saya lihat tidak bagus," jawab Lucien bercanda.     

"Umm..." Natasha menunjuk dirinya lalu ke Silvia. "Bukankah kami cantik?"     

"Tentu, kalian berdua sangat cantik." Lucien tidak pernah punya pacar, lantas dia meledek dirinya sendiri. "Begini. Apa yang baru saja saya lihat menyakiti hati saya."     

Natasha tertawa dan sedikit meregangkan tubuhnya. "Aku suka kepribadianmu, Lucien. Kau seseorang yang cukup menarik untuk jadi temanku."     

Lalu dia mengatakan sesuatu pada Silvia dengan suara pelan, dan itu membuat Silvia terkekeh.     

"Aku permisi dulu, mau mengambil air minum." Silvia berkata kepada Lucien dan meninggalkan teras.     

Setelah Silvia pergi, Natasha meminta Lucien untuk mengikutinya kembali ke pesta. Ketika mereka berada di lantai dansa, Natasha berbalik, membungkuk pada Lucien dan mengulurkan tangan kanannya. "Maukah kau berdansa denganku?"     

Lucien melihat tangan Natasha dan terdiam, "Tuan Putri, sepertinya cara yang Anda lakukan itu tidak benar."     

"Apa?" Natasha terkejut. Lalu dia sadar bagian mana yang salah. Dia menarik kembali tangan kanannya dan berdiri tegap, menunggu ajakan dari Lucien. "Maaf, aku kebiasaan. Aku lupa bahwa kau adalah prianya dan aku wanitanya. Aku terbiasa ... kau paham apa yang aku kumaksud."     

Lucien mengangguk dan tersenyum, "Ya, saya paham."     

Sambil mengingat-ingat cara berdansa, Lucien mengulurkan tangan kanannya kepada sang putri. "Tuan Putri, bolehkah saya mendapat kehormatan untuk berdansa bersama Anda?"     

"Tentu saja, kau adalah konsultan musik pribadiku." Natasha meletakan tangannya di atas telapak tangan Lucien dan mengikuti Lucien ke tengah lantai dansa.     

Dansa di antara pria gagah dan seorang gadis muda yang cantik seharusnya akan menyenangkan. Sayangnya, dansa yang mereka lakukan tidak seperti itu.     

"Kau menginjak kakiku, Lucien!" ucap Natasha.     

"Maafkan saya, Tuan Putri," Lucien meminta maaf. "Tapi apakah Anda sadar? Anda berdansa dengan cara pria."     

"Benarkah? Um..."     

"Tuan Putri, Anda menginjak kaki saya."     

"Maaf Lucien. Bagaimana kalau kau berdansa dengan cara wanita saja? Itu akan menyelesaikan masalah yang ada," Natasha memberi ide     

"Saya lebih memilih kaki saya diinjak." Lucien menggelengkan kepalanya.     

Mereka butuh waktu cukup lama sampai akhirnya dapat bergerak dengan selaras. Natasha bertanya, "Lucien? Boleh aku memintamu untuk melakukan sesuatu?"     

"Melakukan apa?" tanya Lucien.     

"Itu ..." Ekspresi tersipu yang jarang terlihat, kini muncul di wajah Natasha. "Silvia sangat menyukai karya serenade ciptaanmu, dan dia ingin aku memainkan serenade dengan tema cinta untuk ulang tahunnya sebelum tahun baru."     

"Itu manis sekali." Lucien tetap tidak mengerti bagaimana dia bisa menolong Natasha.     

"Tapi kau tahu bahwa aku bukanlah orang yang bisa memainkan serenade..." ujar Natasha. "Aku menyukai musik yang intens dan penuh gairah, bukan sesuatu yang lembut. Aku tidak bisa melakukannya."     

"Jadi, Tuan Putri, Anda ingin saya untuk membuatkan serenade itu untuk Anda?" Lucien bertanya.     

"Umm ... begitulah..." Natasha terlihat malu tapi dia sudah bertekad. "Benar, bisakah kau melakukannya untukku?"     

"Ya ... Saya tidak pernah berpikir seorang ksatria hebat seperti Tuan Putri akan mencari seseorang untuk menjadi ghostwriter." Lucien berkedip jenaka.     

"Kau bukan ghostwriter-ku! Aku hanya tidak ingin memberikan Silvia sebuah karya yang membosankan di hari ulang tahunnya." Natasha berusaha membela diri. "Aku akan memberi tahu Silvia bahwa itu adalah karya ciptaanmu ..."     

"Tidak usah khawatir, Tuan Putri." Lucien menyeringai. "Saya hanya bercanda. Saya akan merasa terhormat jika saya dapat membantu menyelesaikan masalah Anda, Tuan Putri."     

Natasha mengangguk. "Luar biasa. Terima kasih, Lucien. Setidaknya aku akan mencoba untuk membuatnya juga, dan karya ciptaanmu akan menjadi rencana cadanganku."     

"Kalau begitu judul serenade itu adalah 'Untuk Silvia'." Lucien terhenti sejenak dan terlihat sedikit cemas. "Karena saya belum pernah merasakan pengalaman percintaan, saya mungkin butuh bantuan tambahan."     

"Seperti...?" Natasha mendekatkan wajahnya sedikit.     

"Saya melihat Anda mempunyai banyak buku di ruang belajar Anda, Tuan Putri." Lucien sudah sangat menginginkan buku-buku yang ada di ruang belajar Natasha sejak lama, dan dia tidak akan membiarkan kesempatan emas ini terlewatkan. "Saya berpikir apakah saya boleh membaca beberapa dari buku-buku yang ada, seperti, buku tentang cerita cinta dan buku yang memperkenalkan sejarah, budaya dan tradisi dari negara lain, agar dapat terinspirasi. Perpustakaan di asosiasi hanya memiliki buku tentang musik."     

"Tentu saja." Natasha tersenyum. "Itu bukan masalah. Karena kebanyakan dari buku tua di sana tertulis dengan bahasa Kekaisaran Sihir Sylvanas kuno, Aku bisa meminta para ahli bahasa menerjemahkannya untukmu."     

"Itu akan sangat membantu." Meskipun Lucien terlihat santai, hatinya berdebar kencang. Dia tidak mengira masalah terbesar yang dia miliki akan terselesaikan begitu saja. Dengan menyalin banyak buku dari Kekaisaran Sihir Sylvanas kuno, Lucien tidak hanya dapat merencanakan perjalanannya ke seluruh benua di masa depan, dia juga bisa belajar bagaimana cara membaca huruf Sylvanas kuno.     

Meskipun masih banyak buku dengan tingkat perguruan tinggi yang tersegel di dalam perpustakaan jiwa Lucien, dia sudah lebih berilmu daripada penyihir yang lain. Jika bukan karena kekuatan jiwanya yang tidak mencukupi, Lucien pasti sudah menjadi seorang penyihir level lingkaran pertama, yang merupakan situasi berlawanan dengan penyihir pemula lainnya. Kebanyakan dari mereka kesulitan untuk berkembang karena mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menganalisa mantra yang lebih rumit.     

"Lucien kau menginjak kakiku lagi!" keluh Natasha     

Ketika dansanya berakhir, Natasha bertanya pada Lucien, "Apakah kau punya rencana akhir-akhir ini? Selain menyusun canon dan menyelesaikan bagatelle itu? Aku tidak ingin mengganggu kegiatanmu."     

"Um... tidak juga. Menyusun serenade bisa membantuku bersantai. Sebenarnya, saya berpikir untuk mengomposisi sebuah sonata untuk merekam kegigihan dan kepercayaaan yang kuat yang telah membantuku selama ini, ketika paman Joel dan keluarganya disandera," jawab Lucien. Apa yang ingin dia lakukan sekarang hanyalah membuat karya musik baru dan membawakan konsernya sendiri.     

"Aku akan menantikan hal itu." Natasha menatapnya serius. "Aku tahu kau sangat ahli dengan tema ini. Aku akan menyuruh para ahli bahasa untuk menerjemahkan buku-buku itu untukmu mulai besok."     

Setelah dansa itu, Lucien baru saja ingin mengambil air minum ketika dia bertemu Rhine, yang memegang segelas anggur dengan cara yang anggun.     

"Selamat!" Lalu Rhine berbisik kepada Lucien, "Aku sampai lupa untuk memberitahumu kalau aku telah membantumu melenyapkan basement milikmu. Tidak usah khawatir lagi."     

"Kau..." Lucien sangat terkejut. Dia tidak pernah mengira bahwa Rhine mengetahui begitu banyak tentang dirinya. Dia juga merasa lega bahwa dia tidak perlu memikirkan tentang laboratorium bawah tanahnya lagi, yang menjadi beban di hatinya sejak sekian lama, karena dia tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menghancurkannya.     

"Aku tahu kau ingin berterima kasih padaku. Sama-sama, Lucien," Rhine berkata kepada Lucien, lalu tersenyum. "Aku tidak bermaksud jahat kepadamu. Aku harap kau bisa percaya padaku."     

"Tapi kenapa ... Pak Rhine?" tanya Lucien. Bagaimanapun, semua hal ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Rhine.     

"Tidak ada alasan apa-apa." Rhine mengangkat bahunya dengan santai. "Mungkin aku hanya ingin melihat seorang musisi hebat untuk terus berkembang tanpa terganggu oleh sesuatu yang tidak penting."     

Lalu, Rhine mengangkat gelasnya ke arah Lucien dengan senyuman penuh arti dan pergi.     

Pesta malam ini sangat sempurna karena serenade Lucien. Oleh karena itu, Felicia merelakan hutang Lucien padanya untuk menunjukan apresiasi dari keluarganya     

Dengan harga sepuluh thale, Felicia mendapatkan harga yang bagus dari Lucien!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.