Singgasana Magis Arcana

Nasib Seorang Pengkhianat



Nasib Seorang Pengkhianat

0Flail ini begitu berat, bahkan Lucien yang sudah lebih kuat dari orang biasa, kesulitan untuk mengangkatnya berulang kali. Karena senjata itu sangat kuat, flail itu segera mencabik mayat-mayat itu menjadi berkeping-keping, lalu api dan asam itu dengan cepat menghancurkan seluruh bagian tubuh tersebut.     
0

Lucien sekarang merasa agak khawatir karena selama pertarungan tadi, dia sama sekali tidak tahu betapa berbahayanya senjata ini. Jika dia benar-benar terkena flail ini tanpa Moonlight Armor-nya, dia pasti akan terluka parah.     

Hanya dalam waktu tiga puluh detik, mayat-mayat itu berubah menjadi genangan cairan hijau asing dan juga beberapa abu yang melayang di udara.     

Lucien menendang ember air yang ada di sudut ruangan dan dengan cepat membersihkan sisa kekacauan di lantai. Mengenai abu yang berterbangan, dia memunculkan angin dengan cara memanaskan udara di dalam ruangan itu dan mendinginkan udara di luar ruangannya, untuk meniup abu itu ke lorong.     

Kemudian, dengan sangat hati-hati, Lucien membawa Joel dan Alisa kembali ke sel tahanan bersama dengan Iven, yang masih tidak sadar karena mantra osilasi. Meskipun Lucien sangat senang karena bisa melihat Joel, Alisa, dan Iven lagi, dia tidak bisa pergi bersama mereka sekarang, atau dia pasti akan dicurigai oleh Gereja. Lagipula, di mata orang lain, dia hanyalah seorang musisi yang fisiknya lemah.     

Setelah melakukan semua pekerjaan itu, dia mengeluarkan tabung Brown Owl dan meminumnya, karena pemulihan kekuatan secara alami Lucien di bawah tanah berlangsung lebih lambat karena kurangnya sinar bulan.     

Sesaat kemudian, Lucien bergegas melalui jalur paling terpencil untuk meninggalkan istana bawah tanah ini, sambil membawa flail itu bersamanya. Jalur ini sangat jauh dari istana dan tempat-tempat penting lainnya di kompleks itu. Sehingga, jalan ini seharusnya cukup aman. Namun anehnya, Lucien tidak melihat adanya pengikut ajaran sesat selama perjalanannya.     

...     

Sambil berlutut, para pengikut ajaran sesat berkemampuan standar yang berada di ruangan batu ini terdengar agak panik. "Tuan Jerome, apa yang harus kita lakukan sekarang?! Kita ...!"     

Sebelum mereka menyelesaikan kata-kata mereka, wajah mereka tiba-tiba terpelintir disertai dengan rasa sakit yang luar biasa. Segumpal awan hitam keluar dari tubuh mereka dan langsung mengambil jiwa mereka.     

Ketika awan-awan hitam terserap ke dalam tubuh Jerome, dia sedikit mengangkat bahunya. "Yah, yang harus kalian lakukan adalah mati."     

Para pengikut ajaran sesat itu tidak akan bisa melarikan diri dari Gereja, jadi mereka harus mati. Kalau tidak, informasi tentang Argent Horn akan terungkap lebih banyak.     

...     

Lucien semakin dekat ke tujuannya. Dia bisa melihat sinar redup cahaya bulan muncul dari luar goa. Tiba-tiba, dia berhenti berlari dan bersembunyi di sudut yang gelap, karena dia mencium bau darah yang menyengat.     

Ada beberapa mayat yang tersebar di tanah di jalan keluar dari kompleks ini. Berdasarkan dari jubah khusus mereka, Lucien tahu bahwa mereka adalah pengikut ajaran sesat dari Argent Horn.     

Karena Lucien menyadari bahwa para pengikut ajaran sesat sedang membunuh pengikut mereka yang kemampuannya biasa-biasa saja, Lucien memutuskan untuk menunggu sebentar di sana, hanya untuk berjaga-jaga.     

Seseorang sedang berteriak dengan sangat ketakutan di kegelapan. Saat jeritan itu semakin dekat, Lucien mengepalkan tanganya.     

Tiba-tiba, jeritan itu berhenti. Orang itu sudah terbunuh.     

"Seharusnya ini yang terakhir," suara dingin terdengar. "Ilia meminta kita untuk pergi sesegera mungkin setelah membereskan mereka semua."     

"Aku tidak ada melihat Janson," jawab pemuda bersuara serak.     

"Kita tidak akan menunggu orang buas itu. Kita tidak bisa," desak suara dingin itu.     

"Baiklah, kalau begitu kita pergi sekarang." Orang kedua setuju.     

Kemudian Lucien mendengar suara langkah mereka meninggalkan goa.     

Lucien mengambil napas dalam-dalam, lalu membuat tubuhnya tembus pandang sebagian di bawah sinar bulan, dan bergegas menuju jalan keluar. Di bawah naungan bulan perak, dia berhasil melompat ke semak-semak.     

Lucien menghirup udara yang bercampur dengan aroma tanah, lalu menghela napas panjang dengan lega.     

Di sekitarnya sangat sunyi. Untuk sesaat, dia merasa bahwa apa yang terjadi di istana bawah tanah hampir seperti mimpi. Namun, banyaknya mayat para pengikut ajaran sesat yang bergelimpangan di sekitar semak-semak mengingatkannya betapa kejam malam itu.     

Dengan melihat bulan dan beberapa bintang di langit, Lucien mengira-ngira lokasinya saat ini, dan mulai berlari menuju Sungai Massol untuk kembali ke rumah Keluarga Hayne.     

...     

Flail yang berat itu agak merepotkan, tapi untungnya bulan perak muncul malam ini. Kecepatan dan kekuatan Lucien juga meningkat di bawah sinar bulan.     

Beberapa menit kemudian, dia mendekati pondok kayu itu dengan sangat waspada. Hampir segala hal di daerah itu sudah hancur karena banyaknya mantra Ilahi dan mantra iblis yang kuat.     

Mayat ada di mana-mana, dan sebagian besar dari mereka terbakar sampai tidak bisa dikenali lagi.     

Di antara mayat-mayat itu, Lucien melihat salah satu mayat yang mengenakan jubah penyihir, dan itu paling menarik perhatiannya.     

Jadi Lucien membalik mayat itu, dan dia melihat wajah seorang pemuda. Ketakutan besar yang dirasakan pria itu sebelum meninggal masih ada di wajahnya.     

"Fire Wolf ..." Lucien menggumamkan nama itu.     

Sebuah ide muncul di benak Lucien.     

Dengan menggunakan Mage Hand, Lucien menulis sebaris kalimat pada tubuh Fire Wolf dengan menggunakan darah Fire Wolf yang setengah menggumpal.     

"NASIB SEORANG PENGKHIANAT. PROFESOR."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.