Singgasana Magis Arcana

Pesta Ulang Tahun Felicia



Pesta Ulang Tahun Felicia

0Karena ini bukanlah sebuah pelantikan, tata krama yang digunakan tidak begitu rumit. Lucien memberi hormat kepada tuan putri dengan etika seorang kesatria, dan sang putri menyandarkan pedang itu ke bahu Lucien.     
0

"Semoga pedangmu bisa melindungimu," ucap Natasha dengan serius.     

Lalu Lucien mengambil pedang itu dari tangan Natasha, kemudian mengikuti instruksi untuk memberikan tanda kepemilikan Alert dengan kekuatan tekadnya.     

Alert adalah pedang biasa tingkat satu dari pasukan kesatria di garis depan. Pedang itu dapat membantu pemiliknya untuk jadi lebih sensitif pada daerah sekitarnya seperti seorang ksatria tingkat dua.     

Sementara penyihir menyebutnya senjata sihir, para bangsawan dan pastor menyebutnya sebagai senjata luar biasa, yang tidak memerlukan registrasi di dalam jiwa pemiliknya. Pemilik dari senjata atau benda itu hanya perlu meninggalkan tanda kepemilikan dengan kekuatan tekad untuk mengaktifkannya. Walau begitu, berdasarkan kehendak dari beberapa pembuat senjata, beberapa dari senjata atau benda itu akan menolak beberapa orang dan kekuatannya tidak dapat diaktifkan.     

Lucien membawa pedang itu, lalu memberi hormat kepada tuan putri sekali lagi dan meninggalkan ruangan. Melihat Lucien pergi, Natasha berkata kepada Camil dengan pelan. "Apakah kau punya rencana malam ini, Bibi?"     

...     

Karena bersiap-siap untuk pesta ulang tahunnya malam ini, Felicia tidak menghadiri kelas hari ini.     

Pada jam istirahat, Lott dan Lucien sedang mengobrol santai. Lott mengatakan kepada Lucien bahwa ini adalah hari ulang tahun Felicia yang ke-18 dan ini adalah upacara kedewasaan Felicia. Makanya banyak bangsawan dan musisi dari asosiasi yang akan datang ke pesta malam ini.     

"Apa kau gugup? Bagaimanapun, ini adalah pertunjukan pertamamu setelah konser itu," tanya Lott.     

Untuk memastikan Lucien fokus dalam belajar musik setelah kesuksesannya, Victor 'menjaga' Lucien dengan selalu mengawasinya. Demi muridnya, Victor menolak banyak undangan dan tawaran yang ditujukan pada Lucien, dan itu membuat banyak orang merasa semakin penasaran kepada musisi muda berbakat ini.     

"Tidak juga," jawab Lucien santai. "Aku rasa tidak akan ada terlalu banyak tamu malam ini"     

"Setidaknya beberapa dari mereka akan hadir hanya untuk mendengarkan hadiah ulang tahunmu untuk Felicia, yaitu serenade yang baru." Herodotus, yang biasanya pendiam, masuk ke dalam obrolan, dan berkomentar dengan suara pelan. "Mereka ingin melihat apa yang bisa kau berikan sebulan setelah konser itu."     

"Aku setuju dengan Herodotus," ucap Lott. "Sebagai tuan rumah dari Keluarga Hayne, Paman Felicia pasti juga akan datang ke pesta pada malam ini. Semoga dia tidak menemukan alasan untuk membuat Felicia dan orang tuanya kerepotan."     

"Ya ... kita akan lihat nanti," ucap Lucien.     

...     

Saat sore hari, Lucien naik ke kereta kuda dan menuju rumah tempat Felicia tinggal. Kali ini dia menyewa kereta kudanya sendiri dan merasa bangga akan hal itu.     

Begitu Lucien sampai, di depan rumah mewah berlantai tiga itu sudah sangat ramai. Banyak wanita dan pria berbaju mewah turun dari kereta kuda mereka sambil berbincang dan tertawa.     

Rumah itu awalnya dibangun oleh count sebelumnya untuk mengadakan pesta.     

Melalui gerbang, Lucien berjalan di jalan setapak dan memasuki taman. Kemudian dia melihat Felicia sedang berdiri di depan lorong.     

Dia sedang menyambut para tamu sambil ditemani oleh ibunya. Felicia mengenakan gaun merah menyala malam ini. Merah adalah warna Keluarga Hayne dan warna itu selalu cocok untuknya.     

"Terima kasih telah datang, Lucien," ucap Felicia dengan tulus. "Banyak sekali musisi yang datang malam ini karenamu, termasuk Christopher, ketua asosiasi."     

"Aku yakin mereka datang kemari karena dirimu." Lucien tersenyum dan mencium tangan Felicia, namun bibirnya tidak sampai menyentuh tangan gadis itu untuk menunjukan kesopanan.     

"Selamat datang, Lucien. Kami baru saja membicarakanmu. Kau sangat berbakat." Ibu dari Felicia menyapanya. Felicia sangat mirip dengan ibunya, kecuali rambutnya, karena ibunya berambut coklat.     

Lucien mengangguk kepada mereka dan memasuki aula. Banyak tamu yang memegang cangkir mereka dan saling berbincang. Ini merupakan kesempatan yang tepat untuk bersosialisasi.     

"Hai, Evans." Banyak orang menyapa Lucien ketika dia berjalan. Ekspresi mereka berbeda beda. Sebagian terlihat senang dan penasaran, dan sebagian lagi melihat Lucien dengan ekspresi tak terbaca dan tidak ramah.     

Apa yang akan diberikan oleh orang jenius dan kreatif, serta paling berbakat malam ini? Semua orang menantikan serenade baru Lucien.     

Kebanyakan dari serenade yang dibuat untuk sebuah pesta jarang ada yang bagus, karena tema dan gayanya yang sangat terbatas. Kebanyakan musisi berkomentar bahwa serenade seperti itu 'sama sekali tidak elegan'. Maka dari itu, kebanyakan dari mereka mengharapkan kegagalan Lucien pada malam ini, lalu mereka dapat memberikan pelajaran kepada jenius muda tersebut.     

Christopher, yang dikelilingi oleh banyak musisi, berkata kepada para musisi yang tidak menaruh banyak harapan kepada Lucien, "Dia masih muda, dan kita tidak perlu terlalu kritis terhadap para musisi muda. Kita harus memuji mereka untuk setiap kesuksesan, dan lebih toleran kepada kegagalan mereka. Berikan mereka sedikit ruang."     

Ketika Lucien datang, para musisi mengakhiri topik tersebut dan mulai berbincang tentang penciptaan musik. Lucien mengambil secangkir air dari seorang pelayan dan mendengarkan perbincangan mereka dengan diam dan sopan, dalam jarak beberapa langkah dari mereka.     

Beberapa dari musisi senior melihat itu dan itu mengubah sikap mereka pada Lucien, karena terlihat bahwa dia bukanlah musisi muda yang seketika menjadi sangat arogan saat mereka mendapatkan beberapa prestasi.     

Lalu Victor, Rhine, Lott, dan beberapa teman sekelas Lucien sampai.     

...     

Sudah jam tujuh lewat tiga puluh menit malam, tapi Count Hayne belum juga sampai. Suasana mulai terasa canggung.     

Ayah Felicia, Urbain, terlihat sangat malu. Dia juga sangat marah kepada Scott, saudaranya. Meskipun banyak konflik yang terjadi antara mereka berdua di masa lalu, Felicia adalah keponakan Scott, dan hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke-18. Ini adalah tanggung jawab Count Hayne yang sekarang untuk datang dan memberikan ucapan selamat kepada Felicia. Urbain sangat jengkel kepada saudaranya.     

Felicia meremas tangannya. Dia terlihat sangat malu sampai ingin menangis. Jika Count Hayne tidak datang ke acara ini, itu akan sangat merusak reputasinya di kalangan para bangsawan.     

Sepuluh menit kemudian, pelayan Count Hayne akhirnya datang dan berkata kepada Urbain dengan sopan tapi dengan nada dingin, "Lord Hayne tidak bisa datang malam ini karena dia sedang sakit."     

Wajah Urbain terlihat sangat muram, dan dia merasa sangat tercekik sampai dia tidak bisa mengatakan sepatah katapun.     

Beberapa bangsawan berstatus tinggi yang dekat dengan Count Hayne sedang menunggu di rumah mereka, karena mereka tidak yakin harus datang atau tidak ke pesta ini. Setelah mengetahui bahwa Count Hayne tidak akan datang malam ini, beberapa pelayan yang menunggu di luar rumah pesta secara diam-diam pergi untuk melaporkan ini kepada tuan mereka masing-masing.     

Untungnya, beberapa bangsawan lain masih berdatangan, karena Urbain adalah juru tulis di balai kota.     

Urbain menarik napas dalam. Dia meminta anaknya untuk tetap tenang dan terus menyambut para tamu.     

"Sayang sekali. Jika seorang anggota keluarga tidak diterima oleh tuan rumah dari keluarga tersebut, kecuali mereka dapat membangkitkan kekuatan Berkahnya dan menjadi seorang kesatria, anggota keluarga itu akan selalu kesulitan dengan apapun yang ingin mereka lakukan." Musisi bernama Comotz berkata kepada Lucien.     

Lucien berpura-pura tidak memahami perkataan tersebut, "Aku yakin bahwa apapun yang ingin orang itu lakukan, jika dia gigih dan bekerja keras, orang itu akan berhasil."     

Suaranya sedikit kencang, dan bisa didengar dengan jelas karena aula itu cukup sunyi karena suasana yang aneh.     

Felicia mendengar apa yang dikatakan Lucien, dan fakta bahwa Lucien telah mendapatkan pencapaian besar dari nol membuatnya kembali bersemangat. Sebagai seorang nona bangsawan dari salah satu keluarga paling penting di Duchy Orvarit, Felicia punya lebih banyak hak istimewa dibandingkan dengan teman sekelasnya, dan tidak ada alasan kalau Felicia mau menyerah begitu saja terhadap mimpinya.     

Setelah beberapa saat, Othello, direktur asosiasi, mendatangi Lucien, diikuti oleh Mekanzi Griffith dan tiga pemuda lain.     

Mekanzi menyapa musisi lain yang berada di sana dan memperkenalkan ketiga pemuda itu pada Lucien. "Tuan Clemen, Tuan Baret, dan Tuan Julian datang dari Tria. Mereka telah membaca semua ulasan Simfoni Takdir di Kritik Musik dan Berita Simfoni. Mereka datang kemari untuk menemuimu, Lucien."     

"Saya senang bertemu dengan Anda. Terima kasih telah datang." Lucien bersalaman dengan mereka satu persatu. Ketiga musisi muda dari Tria ini semua berumur dua puluhan. Dengan pakaian yang bagus, mereka semua adalah pemuda yang tampak gagah.     

"Gurumu, Francois, telah memperkenalkan kalian semua padaku dari surat yang dia kirimkan." Christopher mengingat nama mereka. "Aku pernah mendengarkan karya musik kalian sebelumnya. Kalian semua sangat berbakat."     

Francois terlahir di Kerajaan Syracuse. Ketika dia masih remaja, Francois datang ke Aalto untuk belajar musik, kemudian mencapai kesuksesan besar di akhir umur dua puluhan. Beberapa tahun yang lalu, Francois kembali ke Syracuse dan menjadi konsultan musik nomor satu untuk keluarga kerajaan.     

Ketiga musisi muda ini kemudian memberi hormat kepada Christopher, yang dikenal sebagai 'legenda musik yang hidup', dengan rasa hormat.     

Mekanzi berkata kepada Lucien dengan niatan jahat, "Kuharap serenade-mu mengejutkan semua orang malam ini, Jenius!"     

"Serenade? Aku juga punya serenade untuk nona Hayne malam ini!" Julian yang berambut hitam adalah seseorang yang sangat berbakat dan juga paling arogan di antara tiga pemuda ini. "Kita dapat mempersembahkan serenade kita bersama!"     

Mekanzi sepertinya sudah sangat mengenal Julian.     

Ketika Lucien akan menjawab, seluruh aula menjadi sunyi. Pedang 'Alert' yang dipakai Lucien mengingatkannya bahwa seseorang yang dia kenal menuju ke sini.     

Lucien berbalik dan melihat kereta kuda mewah berhenti di depan tangga di seberang ruangan.     

Wanita tinggi berambut ungu yang cantik, dengan seragam putih dan sepatu bot tinggi berwarna hitam, berjalan menghampiri Felicia, bersama dengan gadis cantik yang berjalan bergandengan tangan dengannya. Sementara Camil mengikuti dari belakang.     

"Tuan Putri?!" Felicia berteriak karena terkejut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.