Singgasana Magis Arcana

Pesona Piano



Pesona Piano

0Mata ungu Natasha bersinar saat dia mendengarkan allegro yang dimainkan. Setelah mendengarkan dua bar pertama, dia langsung yakin bahwa bagatelle ini tidak akan mengecewakan dirinya.     
0

Felicia tanpa sadar melemaskan tangannya. Semua kekhawatiran Felicia menghilang dan matanya mulai berbinar dengan rasa senang. Ini adalah serenade terkeren yang pernah dia dengarkan, meskipun ini hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan lagu.     

Serenade itu enak didengar dan menyenangkan, serta lembut dan elegan. Beberapa tamu yang hadir menggoyangkan kepala mereka mengikuti irama dan tempo musik yang dimainkan. Mereka ingin berdansa. Senyum tampak di wajah mereka.     

Tangan Lucien yang panjang dan indah bergerak di atas piano dengan gerakan yang halus dan bebas. Jari-jari, pergelangan, lengan, bahkan badannya bergerak bersama-sama untuk mempersembahkan sebuah bagatelle piano yang sempurna itu.     

Selain melodi itu sendiri, cara Lucien memainkan piano juga memuaskan mata orang yang menontonnya.     

Banyak bangsawan muda, seraya menikmati musiknya, menjadi ingin belajar piano dan teknik bermain piano yang dilakukan Lucien. Banyak wanita bangsawan yang memandang Lucien dengan tatapan penuh kekaguman.     

"Sungguh pemuda yang mapan, elegan, dan berbakat!" Para gadis mulai memikirkan betapa memainkan piano dapat memperlihatkan keanggunan artistik seseorang.     

Beberapa menit kemudian, Lucien menekan tuts terakhir dari piano bagatelle yang dimainkannya. Dia mengangkat tangannya dengan cara elegan untuk menunjukkan bahwa permainan musik yang dia bawakan telah selesai.     

Dia lantas berdiri, membungkuk kepada Natasha, kemudian membungkuk pada Felicia, barulah ke arah tamu yang hadir.     

Pendengar Lucien berhenti sejenak, seolah mereka membutuhkan waktu untuk pulih dari kejutan dan perasaan gembira. Beberapa detik kemudian, Lucien mendengar tepuk tangan meriah dari para undangan.     

"Indah, menawan, semua aspeknya seimbang. Aku bangga padamu, Lucien!" ucap Natasha. "Selesaikan permainan tadi dan jadikan potongan bagatelle ini sebuah serenade masterpiece."     

Wajah Felicia tersipu karena gembira. "Lucien, terima kasih banyak atas hadiahmu, Aku rasa upacara kedewasaanku akan ditulis di dalam sejarah musik karena karya serenade milikmu."     

Lucien memeluk Felicia dengan lembut, memberikan tepukan semangat di bahunya.     

Lalu dia kembali dan bergabung bersama musisi lainnya.     

"Lucien, kau memang orang jenius. Piano bagatelle yang barusan kau bawakan adalah serenade terindah yang pernah kudengar." Christopher tersenyum dan matanya berbinar, tampak penuh pujian di sana.     

"Tidak ada yang meragukan bakatmu lagi, Lucien." Silvia mengangguk. Dia sangat terkesan dengan pergerakan jari-jari, pergelangan, dan tangan Lucien ketika dia bermain piano, serta keanggunan dari alat musik baru ini yaitu piano. Di benaknya, piano tidak kalah dengan violin, ratu dari segala alat musik.     

Sebagai guru Lucien, Victor merasa bangga. "Saya yakin bahwa potongan serenade ini akan menjadi karya musik paling populer untuk perayaan dan pesta, bahkan lebih populer dari Simfoni Takdir." Kemudian, Victor berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Apa yang paling kuapresiasi adalah kau menggunakan banyak teknik bermain yang sulit dalam bagatelle barusan. Karena, seindah apapun sebuah serenade, itu tidak akan menjadi suatu musik populer di Aalto."     

Lucien mengangguk dengan perasaan yang campur aduk. Dia selalu menghargai semua pertolongan yang diberikan Victor, tapi dia juga tau bahwa masa depan yang menantinya tidak ada sangkut pautnya dengan musik, karena jalan yang dia pilih adalah sihir. Setelah dia mengetahui tentang Kongres Sihir Benua dari Rhine, dia akan bergegas meninggalkan Aalto. Lucien tidak ingin membuat Victor kecewa.     

Meskipun kebanyakan musisi yang hadir mengagumi bakat luar biasa Lucien, Mekanzi terlihat sangat tidak senang. Dia melihat Julian yang terlihat sangat kecewa dan dia melangkah maju seperti ada sesuatu yang memukulnya tiba-tiba.     

Mekanzi menunjuk Lucien dan berkata lantang kepada seluruh tamu yang hadir, "Tidak mungkin seorang pemula bisa menciptakan sesuatu seperti ini! Kau, sangat tercela, kau membuat perjanjian dengan iblis!"     

Para tamu yang hadir terkejut. Mereka semua menghadap ke arah Mekanzi dan mengira dia sudah gila. Itu adalah tuduhan yang sangat, sangat serius kepada Lucien. Dengan kata lain, Mekanzi ingin Lucien mati.     

"Jaga ucapanmu, Mekanzi!" Victor terlihat marah dan serius. "Meskipun Lucien berbakat, dia tetap bekerja keras." Dia adalah orang pertama yang membela Lucien, sedangkan Lott dan Herodotus tetap diam. Melawan tuduhan mengenai perjanjian dengan iblis, bahkan bangsawan pun tidak berani untuk membela teman sekelas mereka.     

"Anda adalah guru Lucien. Tentu saja Anda membelanya." Mekanzi menatap seluruh tamu. "Nyonya-nyona dan Tuan-tuan, apakah kalian bisa percaya bahwa seorang rakyat jelata yang baru belajar musik beberapa bulan yang lalu bisa menjadi sehebat ini?"     

Para tamu mulai berbisik satu sama lain. Memang, fakta bahwa hanya dalam beberapa bulan belajar musik, seorang anak muda yang miskin sudah bisa membawakan konsernya sendiri adalah suatu hal yang sangat tidak biasa.     

"Kau menyekutukan God of Truth," ucap Mekanzi dengan keji.     

Semua orang menatap Lucien sekarang. Ketika dia akan mengatakan sesuatu, Natasha berkata kepada Mekanzi perlahan tapi dengan penuh wibawa.     

"Aku tahu kau sangat ingin melihat Lucien di tiang pembakaran, Mekanzi." Ada senyum tipis yang terlihat di wajah Natasha yang cantik. "Tapi, Mekanzi, Lucien adalah konsultan musik pribadiku. Kau pikir aku sebodoh itu memilih seseorang yang membuat perjanjian dengan iblis untuk melayaniku?"     

"Saya ... Tidak, saya tidak bermaksud seperti itu, Tuan Putri." Mekanzi malu mendengar perkataan sang putri.     

"Lalu apa yang maksudmu?" tanya Natasha tegas.     

"Saya … maksud saya ... itu aneh untuk..." ucap Mekanzi dengan terbata-bata.     

Natasha menyela, "Itulah mengapa kami menyebut dia seorang jenius. Lucien mendapatkan hadiah dari keluarga kami, dan itu juga mengapa dia bisa berkembang sampai seperti sekarang. Apa kau merasa tidak terima?"     

Muka Mekanzi memerah seperti tomat. Dia membuka mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya dia menghela napas panjang seperti bola yang kempis, "Tentu saja Anda benar, Tuan Putri. Saya ... saya terlalu berlebihan."     

Lalu, Mekanzi pergi dari pesta itu, diikuti oleh Baret dan Clemen yang merasa frustrasi, sedangkan Julian menenangkan dirinya dan berkata kepada Christopher dengan tulus, "Saya minta maaf karena telah bersikap sombong. Saya ingin menetap di Aalto selama beberapa tahun untuk belajar dari musisi-musisi hebat. Aalto adalah surga bagi para musisi."     

"Selamat datang, Julian." Christopher mengangguk. "Kami membutuhkan generasi baru di asosiasi kami, dan kami saling belajar satu sama lain."     

Julian mengambil segelas anggur dan berbalik menghadap Lucien. "Harus kuakui bahwa serenade milikmu lebih bagus dari punyaku. Aku akan belajar darimu, dan suatu hari nanti aku akan mengejarmu."     

"Kalau begitu, kuharap kau berhasil." Lucien mengangkat sedikit gelas berisi airnya.     

Musik pestanya dimulai kembali. Seketika, Lucien dikerumuni gadis-gadis bangsawan.     

"Tuan Evans, maukah Anda berdansa denganku?"     

"Tuan Evans, Anda sangat menawan saat bermain piano!"     

"Bisakah Anda melihat tangan saya dan beritahu apakah saya cocok bermain piano?"     

Wangi parfum yang bercampur membuat Lucien pusing. Untungnya, saat itu Felicia datang dan menyelamatkan Lucien dengan mengajaknya pergi. Baru setelahnya dia ke teras untuk menghindari para gadis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.