Singgasana Magis Arcana

Pemakaman Sang Musisi



Pemakaman Sang Musisi

0Langit diselimuti oleh awan hitam dan mulai hujan. Segalanya di Aalto ditutupi dengan lapisan tudung tipis, seolah alam pun juga menangisi sang musisi muda.     
0

Kereta jenazah berwarna hitam yang ditarik oleh empat banteng terus berjalan maju perlahan dan langkahnya tegas. Semakin banyak orang berkumpul di kedua sisi jalanan di bawah hujan, melihat kereta itu pergi.     

Konser luar biasa yang membuat seluruh kota menggila baru saja diadakan beberapa hari lalu, dan melodi yang dimainkan masih terngiang di udara. Orang-orang merasa bahwa ini adalah mimpi, lebih dari mimpi yang menyakitkan.     

Demi semangat kegigihan yang dibawa Lucien Evans pada mereka, dan untuk suka cita yang suci dan berharga yang disajikan Lucien Evans, orang-orang secara sukarela berdiri di sepanjang dua sisi jalanan untuk mengantarkan musisi muda berbakat itu.     

Tetesan hujan jatuh di wajah mereka, bercampur dengan air mata.     

Jika kejadiannya satu minggu lagi, atau kalau tidak sedang berada di Aalto, nyaris mustahil seseorang melihat pemandangan sebesar dan sesendu ini. Tampaknya orang-orang di seluruh kota sedang keluar untuk mengantarkan Lucien Evans.     

Begitu kereta jenazah akan meninggalkan Aderon, beberapa orang yang sangat mengagumi Lucien Evans bergegas melintasi jalanan dan bergabung dengan prosesi pemakaman.     

Sambil memakai setelan hitam, orang-orang yang patah hati membuat sesi pemakaman semakin ramai.     

Sehingga, ketika kereta jenazah tiba di distrik bangsawan, para bangsawan yang diundang untuk menghadiri pemakaman terkejut. mereka melihat kerumunan besar di belakang kereta bagaikan ombak hitam yang mengawal bagian akhir perjalanan musisi muda yang sangat dicintai.     

Kecuali di alun-alun kota saat festival musik, mereka tidak pernah melihat begitu banyak orang berkumpul bersamaan untuk tujuan yang sama. Para bangsawan merasa bahwa orang-orang ini, ketika berkumpul, tidak bisa dihentikan dengan kekuatan yang sangat besar.     

Beberapa bangsawan sangat terkesan pada fakta bahwa Lucien Evans dicintai oleh begitu banyak orang dari yang mereka bayangkan. "Kalau aku bisa diantarkan oleh begitu banyak orang seperti ini saat aku mati, pasti akan sangat luar biasa ... Aku tidak akan punya penyesalan kalau begitu."     

Ketika kereta jenazahnya melintas, para bangsawan juga bergabung dengan prosesi. Meski mereka cukup enggan berdiri sedekat itu dengan orang-orang biasa, ini adalah bagian dari tata cara pemakaman Saint Truth.     

Saat melihat kerumunan besar, ekspresi di wajah Gossett sedikit berubah. Dia berdiri di depan Katedral Emas dan tanpa sadar membuat salib, lalu berujar pelan, "Hanya kebenaran yang abadi."     

Setelah keretanya diantar ke dalam Katedral Emas, orang-orang biasa yang tidak diundang ke pemakaman tidak mau pergi. Di bawah guyuran hujan, mereka berdiri dan mengelilingi katedral, berdoa untuk sang musisi.     

Pemandangan itu membuat para pastor dan kardinal merasa mereka akan mengubur seorang santo.     

...     

Di dalam katedral, peti diletakkan di bawah salib, menunjukkan bahwa sang musisi adalah penganut yang taat.     

Musik pemakaman berhenti. Sambil memegang salib putih di tangan, Gossett berujar serius, "Tuhan Sang Pengampun, di sini kami akan berdoa pada saudara kami, Lucien Evans, yang telah menyelesaikan tugasnya di dunia ini dan kini menuju ke Mountain Paradise. Kami sangat yakin bahwa kami yang percaya, yang menerima, yang mengikuti, dan yang menghormati akhirnya akan Engkau selamatkan, Bapa, dan kami akan istirahat dalam tenang selamanya di Mountain Paradise."     

Para bangsawan, musisi, dan instrumentalis yang duduk di katedral semuanya mulai berdoa sambil memejamkan mata.     

"Dia adalah bangsawan yang suci dan taat. Musiknya memiliki kekuatanMu dan membawa keyakinan serta suka cita pada orang-orang. Semoga dia akan terus memainkan lagu pujian di kerajaanMu..."     

Setelah selesai berdoa, Gossett melihat ke arah Natasha, Joel, Alisa, John, Victor, dan teman-teman Lucien yang lain dengan sorot penuh kasih dan sayang. "Tuhan mengajarkan kita bahwa kematian seperti malam yang gelap. Tapi ketika malam yang gelap berakhir, cahaya akan kembali. Seseorang tidak perlu takut pada kematian, karena semua penganutnya pasti akan bertemu kembali di Mountain Paradise. Kita akan bertemu kembali, kita akan selalu terhubung, dan kita bisa selalu saling mendoakan."     

Lantas, kerabat dan teman-teman Lucien mulai memberikan pidato satu per satu di panggung, mengenang kisah hidup Lucien Evans. Beberapa tidak bisa berhenti terisak; beberapa menyembunyikan rasa sakit yang luar biasa dalam hati mereka; beberapa mengikuti perintah Tuhan dan menenangkan orang-orang agar tetap kuat untuk masa depan yang lebih baik.     

Di akhir pemakaman, Natasha berjalan ke atas panggung dan berdiri di samping kardinal.     

Sambil mengenakan gaun hitam panjang, dengan veil hitam yang menutupi rambut panjang yang diikat, tuan putri menceritakan kenangan bahagia yang dia habiskan bersama sang musisi muda. Kemudian, dia menenangkan dirinya dan berujar formal, "Dia pernah berkata padaku kalau nanti dia meninggal tanpa meninggalkan wasiat, dia memintaku mendonasikan manornya, Brons, pada Asosiasi Musisi."     

Mendengarnya, Othello mengangguk singkat. Lucien Evans memang lahir untuk musik, dan cintanya pada musik sangat suci dan berharga. Dia telah memutuskan mendonasikan sebagian besar asetnya pada asosiasi.     

Natasha melanjutkan, "Lucien ingin menggunakan keuntungan manor untuk membuat sebuah penghargaan dan kompetisi piano. Penghargaannya adalah untuk musik paling luar biasa di seberang benua yang dipilih setiap tiga tahun sekali oleh anggota Asosiasi Musisi Aalto. Kompetisinya juga akan diadakan setiap tiga tahun untuk mempromosikan pengembangan instrumen baru, piano, dan mendorong lebih banyak pianis untuk mengabdikan semangatnya pada karir ini."     

Manor Lucien, Brons, dipilihkan oleh Natasha. Ketika tuan putri memberikan manor itu pada Lucien sebagai hadiah, harganya senilai beberapa ribu thale, dan keuntungan tahunannya juga cukup bagus, yang mana sekitar seratus thale, setara dengan penghasilan musisi terkenal dalam setahun. Makanya, 300 thale itu jumlah yang sangat banyak bagi seorang musisi yang baru saja memulai karir.     

"Tuan Evans memiliki hati yang lembut terbuat dari emas. Dia peduli dengan pengembangan musik, begitu juga perkembangan musisi muda lain." Othello berdiri dan menunjukkan apresiasinya mewakili asosiasi. "Di sini saya menyarankan kita menamakan penghargaannya sebagai 'Penghargaan Musik Evans' dan kompetisinya sebagai 'Kompetisi Piano Evans Antar Benua'. Selain itu, asosiasi sudah memutuskan membangun patung untuk setiap master musik yang membuat kontribusi besar pada perkembangan musik. Patung itu akan dibangun di puncak Gunung Kaseya di samping Sungai Belem, jadi orang-orang yang datang ke Aalto dan anak kecil yang bermain di samping sungai akan melihat sosok itu dan mengingat namanya yang luar biasa."     

Christopher, Victor, dan anggota asosiasi lainnya mengangguk.     

Orang-orang memberikan tepuk tangan yang serius namun hangat untuk menunjukkan penghormatan mereka pada musisi mulia dan murah hati serta cinta juga gairahnya terhadap musik.     

Kali ini Natasha menambahkan, "Aku akan menambahkan keuntungan dari salah satu manor pribadiku untuk hadiahnya, jadi hadiah untuk masing-masing Penghargaan Musik Evans dan Kompetisi Piano Evans Antar Benua adalah 300 thale."     

"Anda sungguh sangat murah hati, Yang Mulia." Othello membungkuk singkat.     

Kerabat Lucien juga tidak mempermasalahkan keputusan itu.     

Hanya kardinal bermantel merah, Gossett, yang mengerutkan alisnya sedikit. Di matanya, Penghargaan Musik Evans terdengar sangat mirip dengan Penghargaan Holm Crown atau Penghargaan Immortal Throne. Mungkin Lucien Evans terinspirasi oleh tuan putri atau Professor.     

Tapi dalam keadaan seperti itu, Gossett tidak bisa menentang proposal tersebut. Tidak ada alasan serius pula untuk menolaknya.     

Setelah menetapkan penghargaan dan nama kompetisi, bagian kenangan dari pemakaman selesai. Tamu pemakaman mulai menyanyikan himne yang dipimpin oleh paduan suara. Pemakamannya suci dan khidmat.     

Di akhir, Gossett menyiramkan air suci di peti untuk menyucikan semua dosa dari dunia ini.     

Petinya diangkat lagi menuju pemakaman di sebelah Katedral Emas. Kerabat dan teman dekat Lucien mengikuti ketika bangsawan dan musisi lain bersiap pergi.     

Segera setelah mereka keluar dari katedral, para bangsawan terkejut. mereka tidak menyangka bahwa kerumunan masih menunggu di sana.     

Melihat para bangsawan sudah pergi, orang-orang mulai berpindah ke pemakaman bangsawan di dekat sana. Di seberang pagar besi, mereka melihat peti hitam perlahan hilang ke dalam tanah.     

Hujan sudah berhenti selama beberapa saat, dan beberapa sinar mentari menembus awan. Tapi ketika lumpur dilempar ke atas peti, kesedihannya kembali tak tertahankan.     

Lumpur perlahan mengubur peti itu, seolah memotong benang terakhir yang menghubungkan orang mati dengan orang-orang yang meratapi. Alisa, Felicia, dan Elena tidak bisa berhenti menangis, sementara Joel, John, Victor, dan Natasha memejamkan mata.     

Orang-orang di seberang pagar besi juga mulai terisak.     

Saat ini, seorang anak gadis mulai bernyanyi dengan suara yang agak serak.     

"Gembira, percikan cahaya suci, Daughter of Elysium."     

Meski tema Ode to joy tidak cocok dengan atmosfer pemakaman, jiwanya cocok dengan kesan yang ditinggalkan Lucien Evans pada orang-orang.     

Ketika menghadapi kegelapan dan penderitaan, jangan menyerah.     

Ketika menghadapi kegelapan dan penderitaan, seseorang harus terus berjalan menuju tujuan di mana ada cahaya dan suka cita.     

Semakin banyak orang bergabung untuk bernyanyi.     

"Kita menapak dengan semangat bagai api ... di dalam tempat suciMu..."     

Nyanyian itu semakin keras. Felicia dan elena menangis semakin keras, sementara Natasha juga bergabung untuk menyanyi.     

"Semua makhluk meminum rasa suka cita,     

"Di dada dalam.     

"Adil dan tidak adil,     

"Sama seperti rasa pemberiannya..."     

Selamat tinggal, Lucien Evans, sang musisi muda yang pernah membawakan suka cita pada orang-orang, musik yang sangat cantik.     

"Gembira, percikan cahaya suci, Daughter of Elysium..."     

Dalam nyanyian, batu nisannya didirikan, di mana ada kalimat pendek di sana.     

'Di sini terkubur seorang malaikat musik.'     

...     

Tengah malam di villa bangsawan.     

John dan kerabatnya duduk di sofa. Mereka tidak bisa tidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.