Singgasana Magis Arcana

Pilihan



Pilihan

0Malam di Bulan Gairah, bulan keenam, masih cukup dingin. Angin yang lembut itu menyegarkan.     
0

Namun di aula rumah John, atmosfernya sangat dingin karena kesedihan mendalam.     

Sambil duduk di sofa, para anggota keluarga semuanya diam. Tidak ada satu pun di antara mereka yang bicara, seolah mereka hanyut dalam kenangan.     

Alisa mengusap air matanya dengan saputangan sesekali; wajah muda Iven menampakkan kesedihan, dan tangannya mengepal erat; Meski Joel memiliki sebotol alkohol di tangan, kini kebiasaan besarnya selain musik tidak bisa membantunya meredakan rasa sakit; Namun John duduk bagai patung sambil memegang gelas wine di tangan.     

"... Aku semakin tua, dan ini rasanya semakin berat." Joel menghela napas. "Waktu aku di Aderon, ketika ayah Evans meninggal ... aku sedih, tapi aku bisa pulih beberapa hari kemudian. Tapi sekarang..."     

Aderon adalah area yang sangat miskin, di mana orang-orang miskin yang tinggal di sana berusaha keras setiap hari untuk mencari nafkah. Makanya, normal bagi seseorang di Aderon melihat penyakit yang mengambil nyawa seseorang dalam semalam. Sehingga, Aderon menjadi area dengan tingkat kematian tertinggi di Aalto, dan Joel serta kerabatnya sudah siap kehilangan.     

Alisa menatap Joel dan membalas sambil terisak, "Ini beda! Evans kecil kita ... Dia bahkan ... belum 21 tahun! Dia sangat berbakat, pekerja keras, dan dia adalah musisi terbaik! Dia ... dia belum punya istri, belum punya anak ... Keluarga Evans berakhir di sini!"     

Setelah hidup sebagai bangsawan selama beberapa tahun, cara bicaranya menjadi lebih sopan.     

"Kalau ini tidak terjadi, kita pasti bisa menghadiri pernikahan Evans enam bulan lagi." Joel menghela napas lagi. Dari apa yang terjadi di konser dan pemakaman, Joel cukup yakin bahwa selama grand duke setuju, sepasang muda-mudi yang saling jatuh cinta akan menikah tak lama lagi. Tentu saja, grand duke tidak akan menentang pernikahannya. Biar bagaimanapun, Lucien adalah seorang laki-laki!     

Keheningan menguasai lagi. Kemudian John berdiri dan berujar pada mereka, "Ayo istirahat. Lucien tidak ingin kita seperti ini."     

"Baiklah..." Joel berdiri dan menepuk bahu John.     

Sebagai tulang punggung keluarga, kata-kata John mutlak. Alisa perlahan berhenti menangis dan menjawab, "John, kau juga cobalah untuk istirahat. Kau akan kembali ke benteng tak lama lagi. Di sana berat. Hati-hatilah dengan penyihir jahat..."     

Meski dia mendengar hal-hal tentang makhluk jahat dan monster di Pegunungan Kegelapan dari wanita bangsawan lain, Alisa tidak terlalu khawatir. Namun, apa yang terjadi pada Lucien Evans membuatnya sangat khawatir pada John. Biar bagaimanapun, benteng di Pegunungan Kegelapan lebih bahaya dari Aalto.     

Tangan John sedikit berkedut kala mendengar kata 'penyihir'. Dia memeluk Alisa dengan lembut dan berkata, "Ibu, jangan khawatir. Aku akan hati-hati. Aku harus bekerja lebih keras untuk menjadi kesatria agung dalam 10 tahun, jadi aku bisa bertarung dengan lebih baik melawan penyihir keparat ... yang kejam..."     

Saat itu, angin sepoi mendadak berubah menjadi embusan kencang, menciptakan suara bagaikan hantu yang menangis. Cahaya bulan menghilang, dan api lilin mulai berkedip, seolah akan mati kapan saja.     

"Siapa itu?" John merasakan sedikit gelombang sihir dalam angin, dan dia tahu ada seseorang perlahan menuruni tangga. Dengan mengambil langkah besar, John tanpa gentar melindungi keluarganya yang berdiri di belakangnya. Disaat bersamaan, dia mengeluarkan pedang yang istimewa.     

Dia bisa merasakan kalau orang itu tidak berniat melukai. Namun, John juga khawatir jika dia mengambil inisiatif untuk menyerang duluan, orang tua dan adiknya tidak ada yang melindungi. Sehingga dia memilih untuk tetap berada di sana.     

Dibandingkan dengan kakaknya yang berpengalaman, Iven, yang baru memulai pelatihan kesatrianya beberapa tahun lalu tampak sangat gugup dan bingung. Dia butuh waktu lama untuk menemukan pedangnya.     

Saat itu tengah malam dan keheningan masih menguasai ruang tengah yang luas. Orang itu tidak menjawab. Langkah kaki yang keras merangsang saraf mereka.     

Alisa sangat gugup dan takut, sementara Joel melihat kedua anaknya dengan khawatir. Dia dan istrinya sudah lebih dari 40 tahun dan mereka sudah menikmati hidup bangsawan selama beberapa tahun. Bahkan jika mereka mati di sini, mereka tidak punya banyak penyesalan. Tapi dua anaknya masih muda, dan mereka pasti masih punya masa depan.     

"Siapa itu? Siapa di sana?!" John tidak menyerah. Perlahan dia tenang, karena dia tahu ada banyak kesatria dan bahkan beberapa kesatria cahaya yang tinggal di area ini. Semakin lama pertarungannya berjalan, maka semakin besar kesempatan mereka menang.     

Ketika cahaya lilin yang redup muncul di sudut tangga, John sangat terkejut dan sebuah nama keluar dari mulutnya.     

"Lucien?!!"     

Sambil mengenakan setelan hitam dan dasi kupu-kupu, Lucien Evans, sang musisi yang baru meninggal, berjalan menuruni tangga dengan perlahan!     

"E ... Evans?!"     

"Lucien...?!"     

Joel, Alisa, dan Iven juga melihat wajah orang itu. Di bawah sinar lilin, wajah familiar yang tampan itu tampak sehat.     

"Ini aku, paman Joel, bibi Alisa. Hai ... John, Iven.." Lucien mencoba tersenyum, tapi dia gagal.     

Alisa menangis. "Evans kecil ... kau dapat persetujuan dari Tuhan untuk kembali dan mengunjungi kami untuk terakhir kalinya?"     

Alisa tidak paham apa yang terjadi sekarang. Dia terus menghubungkan semuanya dengan hal-hal suci untuk menjelaskan segalanya yang tak dia pahami. Dia sangat senang, siap melompat dan memeluk Lucien.     

"Ibu, hati-hati! Dia bukan Lucien! Dia adalah penyihir jahat yang mengubah dirinya menjadi Lucien untuk membohongi kita!" John langsung menghentikan Alisa.     

Di bawah tekanan spiritual yang hebat dari Lucien, John hanya bisa bertahan dalam posisi defensif.     

"John, harus kukatakan kalau kau setengah benar dan setengah salah. Aku Lucien Evans, tapi aku juga penyihir. Aku tidak pernah mati. Aku hanya menggunakan itu sebagai cara untuk menyingkirkan identitasku sebagai musisi." Lucien berhenti melangkah di anak tangga paling bawah. Setelah Joel, Alisa, dan Iven mendengarkan kalimat John, semuanya melangkah mundur, mencoba menjaga jarak darinya. Pedang John siap menyerang kapan saja.     

Sehingga saat itu Lucien tahu bahwa jarak tersebut baik untuk kedua pihak, meski dia merasa agak sedih.     

"Lucien ... seorang penyihir?" John mengulang kalimat itu dan menjadi murka. "Kau brengsek! Kau penyihir sialan! Kau membunuh Lucien dan kini menghancurkan reputasinya! Bahkan Inkuisisi membuktikan bahwa Lucien adalah lelaki yang suci dan terhormat!"     

Joel dan yang lain terpengaruh dengan kalimat John. Meski mereka bingung sesaat, kini mereka menatap ke arah Lucien dengan tatapan memusuhi.     

John melanjutkan, "Aku adalah seorang kesatria, dan aku tahu penyihir bisa mengubah penampilan mereka! Kenapa kau kemari? Kenapa kau membunuhnya?"     

"John ... Apa kau masih ingat pembicaraan kita tentang jiwa kesatria dan kepercayaan sebelum kita menghajar para preman? Apa kau masih ingat apa yang kita katakan setelah mengalahkan para preman? Kita ingin berkelana menyebrangi benua, dan kita bahkan mendiskusikan apakah Cynocephalus bisa dimakan?" Apa yang terjadi saat ini ada dalam perkiraan Lucien, jadi dia sudah siap.     

John tampak terkejut, tapi tak lama kemudian dia kembali tenang. "Lalu kenapa? Ada banyak cara untuk mendapatkan informasi dari Lucien."     

Meski Lucien selalu merasa terkesan dengan kekuatan tekad seorang kesatria yang kokoh, kini kekuatan tekad John membuatnya pusing. Lucien mencoba menghindari melibatkan banyak detail karena dia tidak tahu apa yang terjadi antara Lucien dan John sebelumnya, saat mereka masih kecil. Jadi dia berkata, "John, kau bisa menanyakan pertanyaan lain padaku soal ini. Kau akan tahu."     

Ekspresi di wajah John sangat serius dan dia tampak enggan.     

Melihat John tidak mau bertanya, Lucien mulai bicara sendiri, "Aku tidak mulai belajar sihir setelah aku mengetahui si penyihir. Makanya aku berhasil lolos interogasi dari Inkuisisi. Tapi kemudian saat pastor Benjamin menyuruhku dan beberapa kesatria turun ke saluran pembuangan untuk mencari lab penyihir, aku menemukan satu set buku catatan dan buku yang dia tinggalkan. Begitulah bagaimana aku mulai belajar sihir...     

"Paman Joel, bibi Alisa ... John! Apa kalian masih ingat kenapa tiba-tiba aku ingin belajar membaca? Aku ingin membaca buku sihir dan catatan itu!     

"John, kau ingin tahu kenapa aku bisa menemukan konspirasi Argent Horn? Itu karena aku berlatih sihir di bawah, di saluran pembuangan!"     

...     

Kalimat Lucien perlahan mengguncang keyakinan mereka. Cara berpikirnya yang logis membuat mereka bungkam.     

Setelah beberapa saat, John menggeram. "Lucien! Kenapa kau ingin membuatku percaya?! Kenapa kau harus memberitahu bahwa sahabatku adalah seorang penyihir?! Seorang penyihir yang menipu seluruh kota dan menipu orang-orang yang mengagumi dan mencintainya?!"     

Dalam benaknya, kesan tentang temannya benar-benar hancur.     

Alisa menggeleng. Dia tidak bisa percaya pada fakta bahwa anaknya adalah penyihir jahat. Jika Lucien Evans tidak pernah mati, pemakaman yang khidmat kini tampak seperti tipuan keji.     

Joel melihat sorot terluka di mata Lucien, dan ekspresi kesal di wajah Joel sedikit melembut. "Nak Evans ... aku paham kalau kau mungkin tidak punya pilihan lainnya untuk membuat hidupmu jadi lebih baik ketika kau mulai belajar sihir. Tapi kenapa kau tetap mengejar sihir setelah menunjukkan bakatmu dalam musik? Apa kau sangat terobsesi dengan kekuatan sampai kau memutuskan untuk mengkhianati Tuhan?"     

"Paman Joel, itu tidak benar. Aku mengejar sihir karena aku mencintainya. Aku ingin melihat kebenaran dunia. Aku ingin tahu bagaimana nyawa kita menjadi wujud; bagaimana dunia ini lahir dan dalam bentuk apa dunia ini ada? Aku ingin tahu rahasia bintang di atas kita ... Dunia ini banyak hal-hal yang tidak kuketahui dan sangat memikat..." jawab Lucien jujur.     

Kemudian, Lucien berbalik menghadap John. "Aku membuat orang-orang percaya aku mati karena, cepat atau lambat, orang-orang akan tahu bahwa aku adalah seorang penyihir. Jadi lebih baik membiarkan si musisi hebat hidup dalam benak orang-orang selamanya. Aku benar-benar minta maaf ... telah membuat mereka merasa sesedih ini. Aku bersumpah ... setelah menjadi seorang penyihir, aku tak pernah sengaja melukai orang tak bersalah kecuali untuk melindungi diri dan menyelamatkan orang lain. Aku tahu kau mungkin tidak bisa menerima identitasku, tapi aku ingin kau tahu kalau aku bukan penyihir jahat macam itu, dan tidak ada penyihir seperti itu di Kongres."     

John sedikit melembutkan nadanya dan bertanya, "Jadi ... rencanamu berhasil. Kenapa kau kemari? Kau tidak takut kami akan memberitahu hal ini pada Gereja?"     

Melihat mereka tidak terlalu gugup, Lucien melangkah maju. Tapi Joel, John, Alisa, dan Iven melangkah mundur. Mereka masih takut pada Lucien.     

Lucien menggeleng singkat dengan senyum getir. "Aku kemari ... untuk bertanya pada kalian apakah kalian mau pergi ke Kerajaan Holm bersamaku. Meski di sana ada banyak penyihir, Gereja masih punya pengaruh di sana dan juga masih ada bangsawan. Kami hidup dalam damai sekarang, dan aku yakin bangsawan di Kerajaan Holm akan menerima kalian semua."     

"Holm? Kongres? ... Yang Mulia...?" Beberapa pemikiran melintas di kepala John.     

Lucien menggeleng lagi. "Ini tidak ada hubungannya dengan Natasha. Aku berencana melakukan ini bersama dengan guruku, Professor. Nantinya aku akan mengunjungi dia dan memberitahu semua kebenaran dan meminta maaf."     

Lucien berbohong tentang Professor.     

Kemudian Lucien bertanya lagi, "Apa kalian mau ikut denganku? Kalian tetap akan punya kehidupan yang sama di sana."     

Apa yang menunggu Lucien adalah keheningan. Keheningan yang panjang.     

Setelah beberapa saat, ketika Lucien ingin bertanya lagi, John menggeleng waspada. "Lucien, aku adalah kesatria dari Duchy Violet dan Kesatria Violet. Aku punya wilayah yang harus kulindungi. Aku tidak bisa."     

Penolakan itu tegas. Cara John melihat Lucien aneh.     

Joel mencoba tersenyum dan berkata, "Nak Evans, kami senang kau masih memikirkan kami. Tapi Aalto adalah rumah kami ... aku tidak bisa..."     

"Aku juga, Nak Evans..." Alisa juga menolak. "Sulit membayangkan kehidupan bersama penyihir. Aku adalah hamba Tuhan yang setia."     

Iven juga menggeleng.     

Melihat sikap mereka, Lucien sedikit memejamkan mata dan menghela napas. "Baiklah kalau begitu. Jadi setelah aku pergi, tolong pergi ke Gereja dan katakan pada mereka bahwa aku adalah seorang penyihir."     

"Apa? Apa yang kau bicarakan?" Mereka terkejut.     

Senyum Lucien sedikit sedih. "Gereja cepat atau lambat akan tahu bahwa aku adalah seorang penyihir, dan itu akan membawa masalah pada kalian. Jadi jika kalian mengambil inisiatif, Gereja tidak akan menyulitkan kalian."     

Jika keluarga ini melaporkan Lucien pada Gereja, mereka tidak akan menjadi alat bagi Gereja untuk mengancam Lucien.     

John, Alisa, Joel, dan Iven sangat terkejut sampai tidak bisa mengatakan apapun. Meski mereka sangat takut pada Lucien dan merasa dikhianati sekarang, mereka tidak pernah berpikir melaporkan hal ini pada Gereja!     

Lucien meletakkan tangan kirinya di dada dan membungkuk rendah. "Kekejaman juga bisa menjadi kemurahan hati. Aku harus pergi sekarang. Kuharap kita bisa bertemu lagi di masa depan."     

Joel, John, Alisa, dan Iven terdiam. Ini adalah kebenaran kejam yang sangat sulit diterima.     

Lucien merasa patah hati. Namun, dia berbalik dan berjalan menuju pintu. Mungkin mereka tidak akan bisa bertemu lagi.     

Ketika Lucien akan melangkah keluar dari ruang tengah, suara gemetaran Alisa menghentikannya. "Nak Evans..."     

Lucien terkejut. dia melihat ke belakang. Dia menunggu keajaiban bahwa mereka berubah pikiran.     

Alisa menggigit bibirnya dan berujar, "Hati-hatilah di ... apa namanya ... Kongres. Pasti bahaya di sana."     

"Aku akan jaga diri, Bibi Alisa." Mata Lucien memanas.     

Setelah pertentangan batin, Joel menghela napas. "Aku tetap percaya kau berhati baik. Jika suatu hari kau ingin meninggalkan Kongres, tempat ini selalu jadi rumahmu."     

Ekspresi di wajah John tampak rumit. Urat di tangannya yang menggenggam pedang berkedut. Akhirnya, ketika dia melihat Lucien akan pergi, kalimat lolos dari bibirnya, "Awas kau kalau melakukan hal buruk! Jangan sampai aku menangkapmu!"     

John berhenti sejenak, lalu memelankan suaranya, "Hati-hati."     

Senyum besar muncul di wajah Lucien. Dia membungkuk lagi, kemudian berjalan ke dalam kegelapan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.