Singgasana Magis Arcana

Beraksi



Beraksi

0Cermin itu hitam dan tidak ada apapun yang terpantul di sana. Namun, suara dari cermin itu menjawab si penyihir dengan nada memuji, "Eudora, kau selalu menjadi wanita paling cantik di dunia."     
0

Merasa puas, si penyihir tua meletakkan cerminnya. "Bagus, bagus sekali, Trius. Kau adalah cermin paling jujur di dunia ini, tidak seperti cermin-cermin yang kuhancurkan ... Mereka semua pembohong."     

Cermin itu mulai menyanyi senang. "Ah ... rambut Eudora mengkilat dan bersinar seperti matahari; matanya sehijau danau bagai giok; bibir merahnya bagaikan kelopak mawar..."     

Suara penyihir tua itu juga rusak karena kutukan, sehingga terdengar sangat serak. "Anak pintar, Trius. Setelah kita meninggalkan tempat sialan ini, aku akan mendekorasimu dengan semua batu mulia yang kausuka."     

Sambil tertawa kencang, penyihir itu meletakkan cermin dan menghadap pada Lucien. Lantas, dia mulai berteriak. Suaranya sangat tajam, sehingga membuat Lucien pusing. Lucien mengambil beberapa langkah mundur karena pening.     

"Tutup matamu! Tutup mata sialanmu!" teriak si penyihir.     

Lucien tidak tahu apa yang terjadi di sini. Tapi dia tahu dia lebih baik mengikuti perintah si penyihir. Dia mendengar penyihir itu berjalan mondar-mandir dan mengumpat. "Apa kau buta? Dasar orang brengsek buta sialan! Di matamu aku tampak sangat jelek! Aku akan memotong—"     

Lucien tidak membiarkan penyihir itu menyelesaikan kalimatnya. "Nona Eudora, Anda mencari saya, 'kan?"     

Lucien tidak akan memberikan penyihir itu kesempatan sampai dia memutuskan untuk mencungkil matanya! Berurusan dengan orang gila bisa sangat berbahaya!     

Eudora terdistraksi oleh pertanyaan Lucien. "... Aku butuh darahmu ... untuk dicampur dengan darah perempuan itu."     

Lucien sedikit lega karena si penyihir masih bisa sedikit tenang saat bicara tentang eksperimennya. Lantas, dia bertanya dengan sedikit bingung, "Dia adalah kesatria level dua, dan kekuatan Berkahnya tidak lebih lemah dari milikku. Kenapa Anda ingin mencampurkan darah kami?"     

Hanya mencampur dua jenis darah tidak seperti melahirkan bayi, jadi bayi yang mewarisi dia kekuatan Berkah kuat bisa punya kekuatan yang lebih besar, seperti apa yang dilakukan keluarga Natasha.     

Saat bicara tentang eksperimen spesifik, Eudora menjadi bersemangat. "Ketika kau pingsan, aku mengambil sedikit darahmu. Ternyata Berkah Moonlight milikmu lebih kuat daripada yang seharusnya di levelmu, dan kelihatannya perkembangan itu berasal dari kekuatan vampir tingkat senior. Kekuatan itu bisa juga membantu menghilangkan reaksi penolakan saat dua Berkah dicampur. Kuharap kesatria level dua ini bisa mendapatkan kekuatan pemulihan diri milikmu, jadi dia bisa mendapatkan kehormatan menjadi tubuh baruku!"     

Kesatria level dua, Ophelia, yang kini diikat di atas meja bedah, merasa sangat putus asa. Semua air matanya sudah habis.     

Meski Lucien sangat paham perasaan Ophelia, saat ini tak ada yang bisa dia lakukan untuknya. Jadi Lucien hanya bisa berjalan patuh ke arah meja bedah lain dan berbaring.     

Belenggu metal menjaga Lucien tetap berada di atas meja, kemudian jarum tebal bagai taring ular beracun ditusukkan ke kulit Lucien. Rasa sakit yang timbul langsung menguasai syaraf Lucien, kemudian jarum itu mulai menarik darahnya. Darahnya langsung masuk ke dalam tubuh Ophelia setetes demi setetes melalui tabung.     

Tubuh gadis itu dililit oleh banyak tabung tipis bagai tentakel. Darah yang masuk ke dalam tubuhnya sudah dicampur dengan bubuk batu mulia dan bubuk tanaman sihir.     

Mata Ophelia yang tampak tak bernyawa kini terlihat amat kesakitan. Urat biru di lehernya membengkak, seolah mereka akan meledak kapan saja.     

Penyihir tua itu menunjuk Ophelia menggunakan tongkat hitam seperti ular, kemudian lingkaran sihir di bawah tubuh Ophelia mulai bersinar dalam enam warna berbeda: biru, emas, putih keperakan, hijau tua, hitam, dan merah. Dua tipe darah mulai bercampur.     

Rasa sakit dan penderitaan itu sangat tidak tertahankan bagi Ophelia. Dia harap dia bisa mati saat ini juga.     

Ketika enam warna itu mulai bergabung menjadi heksagram aneh, urat Ophelia yang menyembul mendadak terhisap ke dalam dan kulitnya diselimuti dengan cahaya bulan perak.     

"Apa berhasil?" Suara penyihir tua itu terdengar sangat bersemangat.     

Namun kali ini, urat di dalam tubuh Ophelia meledak. Darahnya menyembur kemana-mana bagaikan hujan darah.     

Detik-detik terakhir sebelum Ophelia meninggal, ada senyum damai di wajahnya. Akhirnya dia tidak perlu menderita lagi.     

Lucien terkejut, dan dia tidak pernah melupakan saat-saat itu. Dia melihat jiwa hidup disiksa sampai mati karena keserakahan dan ketamakan seseorang.     

Lucien akhirnya sadar kalau itu adalah tren yang tak bisa ditolak, karena kebanyakan penyihir kuno telah tersisih oleh waktu. Dia harus mengakui bahwa dia pernah bersimpati pada penyihir kuno, tapi kini dia paham kenapa kekaisaran sihir kuno runtuh dalam waktu yang cukup singkat. Para penyihir kuno yang menolak mengikuti jalur arcana dan memilih untuk tetap melakukan eksperimen kejam harusnya dihapus dari sejarah, karena mereka tidak layak diingat sejarah.     

"Tidak!" Penyihir tua itu berteriak. Dia buru-buru menghampiri lingkaran sihir yang diletakkan dengan banyak permata dan mengarahkan energi besar dari menara menuju lingkaran sihir.     

Lingkaran sihir tersebut mulai menyemburkan cahaya seputih susu, semurni kehidupan.     

Disaat bersamaan, lingkaran sihir terakhir di bawah tubuh Ophelia juga aktif. Namun warnanya benar-benar hitam.     

Perlahan, cahaya seputih susu berubah menjadi hitam.     

Lucien yakin kalau saat itu adalah kesempatan terbaik baginya untuk membunuh si penyihir tua. Dia mencoba sebaik mungkin untuk menyingkirkan belenggunya. Tapi sayangnya dia gagal, meski kedua pergelangan tangannya kini berdarah karenanya.     

Ketika cahayanya perlahan menghilang, semua luka di tubuh Ophelia sudah sembuh. Uratnya sudah pulih karena kekuatan itu. Kini kulitnya bersinar cerah.     

Ophelia mulai merapal mantra untuk membebaskan diri dari meja. Dia melompat turun dari meja seperti rusa muda, lantas buru-buru mengambil cermin dan bertanya, "Cermin, cermin, katakan padaku sekarang—siapa yang paling cantik di negeri ini?"     

"Kau, Eudora!" Cermin itu langsung menjawab. Bayangan yang terpantul di cermin tidak hitam lagi, melainkan cermin itu memantulkan wajah cantik Ophelia.     

Sambil menyentuh rambut pirangnya, penyihir tua itu sangat puas dengan wajah barunya.     

Lucien merasa sangat merinding saat mendengar pembicaraan itu lagi.     

Si penyihir tidak bisa meletakkan kacanya, karena dia sangat terobsesi dengan wajah barunya—rambut pirang, alis yang melengkung bagus, hidung yang mancung dan lembut, kulit halus, dan bibir merah. Hatinya dipenuhi dengan perasaan gembira.     

Namun tiba-tiba, kulitnya kehilangan kilauan, sementara mata hijaunya langsung berubah mendung. Keriput langsung menutupi seluruh wajahnya.     

Dalam satu menit, si penyihir tua sudah kembali ke penampakan aslinya. Punggungnya yang tegak menjadi bungkuk lagi.     

Teriakan pilu si penyihir memecahkan tabung kaca di lab satu per satu, dan bahkan ada retakan di cermin sihir.     

Kepala Lucien berdengung lagi. Dia merasa bahwa teriakan si penyihir seperti raungan Banshee.     

Setelah cukup lama, si penyihir tua akhirnya tenang. Dia melihat ke arah Lucien dengan tatapan dingin, seolah dia merencanakan sesuatu. Kemudian, dia melepaskan belenggu Lucien dan membiarkan pelayan membawa Lucien kembali ke sel.     

Si penyihir tidak memberikan kesempatan bagi Lucien untuk memancingnya dengan arcana untuk membawa masa mudanya kembali. Dia mengusir Lucien bagaikan mengusir lalat.     

Setelah Lucien pergi, si penyihir tua bergumam, "... Aku tidak bisa membangkitkan diriku kembali dan menggunakan tubuhnya ... Dia berfungsi untuk eksperimen pembagian jiwa..."     

...     

Dalam perjalanannya kembali ke sel, Lucien diam-diam sangat memperhatikan beberapa golem daging yang memegang kapak besar dan pedang lagi. Luka di pergelangan tangannya, meski sudah mulai sembuh, membuat Lucien mengerutkan kening. Dia tahu kalau dia harus menemukan cara untuk keluar dari tempat ini secepat mungkin, karena tidak ada yang tahu apa yang akan orang gila itu lakukan selanjutnya!     

Malam itu, ketika para tahanan lain dikirim ke teras seperti biasa, mereka semua mendengar berita buruk bahwa Ophelia telah dibunuh oleh si penyihir tua. Rekan Ophelia butuh waktu cukup lama untuk menerima kenyataan tersebut. Mereka bahkan saling bicara selama sarapan!     

Ini bukan malam yang tepat untuk mengobrol. Semua tahanan tetap diam sepanjang malam.     

Setelah kembali ke selnya, Lucien mengetuk dinding di sebelah kanan.     

"Tuan Lucien?" tanya Carina. Suaranya terdengar lemah.     

Lucien menarik batu bata di dinding dan bertanya, "Kau mau keluar dari sini, Carina?"     

"Apa?" Carina mendadak berlutut dan melihat ke mata Lucien lewat lubang di dining. "Tuan Lucien, Anda punya rencana? Saya tidak ingin ada di sini lebih lama lagi!"     

Kematian Ophelia adalah berita yang amat mengejutkan baginya.     

Lucien berujar serius, "Ini berisiko, tapi lebih baik daripada hanya duduk di sini menunggu mati. Tapi kalau kau ingin mengikutiku meninggalkan tempat ini, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku. Tapi rasanya akan sangat menyakitkan. Apa kau tidak masalah?"     

Melihat sikap Lucien, Carina terdiam beberapa saat untuk berpikir. Setelah beberapa saat, dia mengangguk mantap. "Ya, Tuan Lucien. Selama kita bisa keluar dari tempat ini, saya mau melakukan apapun."     

"Kemarikan lehermu," ujar Lucien dengan nada lembut untuk menenangkannya.     

Carina melakukan sesuai apa yang diminta Lucien, kemudian dia sadar apa yang ingin Lucien lakukan. "Apa Anda mencoba menganalisis ikatan leher yang mencegah kita menggunakan sihir?"     

"Benar. Aku tidak bisa melihat punyaku," jawab Lucien jujur. "Bertahanlah."     

"Baik." Carina mengangguk.     

Lucien mengulurkan tangan kanannya melalui lubang dan menyentuh ikatan leher di leher Carina. Dari apa yang dia pahami, Lucien mengubah bagian spesial dari ikatan leher tersebut. Disaat bersamaan, dia mengetuk dinding dengan tangan lain untuk menciptakan gelombang getar unik dari frekuensi tertentu, yang mana terdengar seperti mantra aneh.     

Setelah mengalami getaran dan diatur sedemikian rupa, ikatan leher tersebut mulai mengeluarkan percikan listrik, yang mana di bawahnya ada simbol sihir dan rune yang mengalir.     

Tubuh Carina mulai gemetar karena sengatan listrik. Dia menggigit bibirnya keras-keras agar tidak mengeluarkan erangan.     

Meski kemampuan kalkulasi di jiwa Lucien masih ada, tanpa bantuan kekuatan Berkahnya, Lucien tidak bisa mengendalikan frekuensi getaran dengan baik.     

Jadi Lucien harus melakukannya perlahan. Frekuensi getaran bisa membantu mengurangi efisiensi ikatan leher sampai ke titik tertentu, sehingga Carina bisa bertahan lebih lama. Kalau tidak, ikatan lehernya pasti langsung melukai tulang punggung Carina, karena dia hanyalah penyihir tingkat junior tanpa kekuatan Berkah.     

Setelah percobaan pertama, Lucien memberikan sedikit waktu pada Carina untuk memulihkan diri. Disaat bersamaan, dia memastikan dirinya mengingat rune dan simbol yang dia lihat.     

"Bisa kita lanjutkan, Carina?" tanya Lucien.     

"Ya ... bisa!" jawab Carina gigih. Meski rasanya amat sakit, rasa sakit itu membawa harapan!     

"Bagus," balas Lucien tulus.     

Lucien butuh waktu satu minggu untuk mengetahui struktur lengkap ikatan leher tersebut. Kini mereka menunggu akhir bulan.     

...     

Lucien tidak melakukan apapun sampai hari terakhir di bulan itu. Dia tidur dan makan teratur, untuk memastikan kondisi fisik dan mentalnya berada dalam keadaan terbaik.     

Pada malam hari terakhir dalam bulan itu, sinar bulan yang redup akhirnya ditutupi oleh awan.     

Lucien mendadak duduk di kasur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.