Singgasana Magis Arcana

Kekuatan yang Dilepaskan



Kekuatan yang Dilepaskan

0Angin dingin menyusup ke dalam ruangan. Di luar sama sekali tidak ada cahaya bulan.     
0

Dalam kegelapan, Lucien duduk di kasur dan mendengarkan dengan saksama. Dia cepat-cepat mengulang seluruh rencananya lagi dalam kepala. Setelah memastikan tidak ada kesalahan besar di sana, Lucien menarik napas dalam dan turun dari kasur. Perlahan, dia memakai sepatunya, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan dan mengikat tali sepatu. Lantas dia sedikit membenarkan lengan kemeja linennya. Dia melakukan hal-hal tersebut secara perlahan tapi hati-hati, demi menyiapkan diri secara mental untuk sisa malam ini.     

Ini adalah malam di mana Lucien akan keluar dari sini!     

Setelah gagal mendapatkan tubuh baru, si penyihir pasti akan berusaha semakin keras untuk menghilangkan segelnya. Makanya, saat ini adalah saat terbaik bagi Lucien untuk menjalankan rencananya.     

Meski Adam dan pemikirannya bisa saja salah—penyihir mungkin tidak sedang merusak segel di bawah tanah setiap bulan ketika kekuatan bulan perak berkurang—, Lucien memutuskan mengambil risiko, karena dia tahu kalau semakin lama dia tinggal, maka kemungkinan besar dia akan mati di sini. Adam, tahanan yang menghabiskan beberapa dekade di sini, mungkin hanya pengecualian.     

Setelah melakukan pemanasan sedikit, Lucien berjalan menuju dinding di sebelah kanan dan mengetuknya pelan.     

Batu batanya ditarik dari seberang. Carina, meski merasa sedikit mengantuk, merasa cukup bersemangat. "Ya, Tuan Lucien? Apa kita akan pergi sekarang?"     

Dia sudah menunggu hari ini sangat lama. Dari pembicaraan itu, Alva, Bullard, dan juga Carina sudah tahu kalau akhir dan awal bulan adalah waktu terbaik untuk keluar dari tempat ini. Dalam beberapa hari terakhir, Carina melihat Lucien tidur dan makan secara teratur seperti biasanya, jadi dia merasa sedikit cemas. Dia juga tidak berani bertanya, karena biar bagaimanapun, Lucien lah yang punya rencana dan kekuatan untuk melakukan rencana kabur.     

"Ya, siapkan dirimu. Kalau aku gagal, kau harus jadi orang yang memasukkan si pelayan ke sini," kata Lucien dengan sangat tenang, seolah mereka hanya mengobrol biasa.     

Sebelum malam ini, Lucien tidak pernah memberitahu siapapun tentang rencananya.     

Carina mendadak merasa gugup. "Siap, Tuan."     

Lucien mengangguk. Kemudian dia berjalan menuju pintu besi dan mulai memukul pintunya dengan telapak tangan kanan. Suaranya keras. Dua pelayan yang sedang jaga malam bertukar pandangan bingung. Lantas pelayan berwajah merah memarahi Lucien. "Brengsek! Apa yang kau lakukan?! Mau merasakan cambukku?!"     

Sudah terlambat. Para pelayan tidak pernah mengalami kejadian tahanan kabur sebelumnya. karena para tahanan sudah kehilangan kekuatan mereka, tugas utama mereka adalah meyakinkan bahwa material eksperimen master mereka sehat secara fisik dan mental. Kalau tidak, pekerjaan itu akan diberikan pada golem daging yang tidak punya kesadaran dan kemampuan berpikir.     

Mereka baru akan tidur ketika Lucien mulai membuat suara gaduh. Mereka berdua kesal.     

Lucien juga kelihatannya kesal, dan dia menjawab marah, "Makan malam yang kumakan tadi tidak enak! Aku lapar sekarang! Aku mau makan!"     

"Sialan! Kau pikir kau siapa?! Kau gila?!" Pelayan berwajah merah mengumpat. "Kau Cuma tahanan sialan! Kau mau makan? Aku punya cambuk untukmu! Diam!"     

Lucien tidak peduli. Dia terus menendang pintu besi, dan tahanan lain pun terbangun.     

Lucien berteriak pada mereka, "Kalian berdua menjijikkan! Kubilang aku mau makan! Sekarang! Camkan! Aku tahanan tapi aku juga material eksperimen paling berharga yang pernah master kalian dapatkan! Kalau tubuhku menjadi lemah karena kelaparan, penyihir itu pasti akan memberikan kalian pelajaran! Kalian seperti anjingnya! Tidak, bahkan tidak mirip dengan anjingnya! Kuperintahkan kau membawakan makanan padaku sekarang!"     

Pelayan berwajah merah kini benar-benar murka. Matanya menyipit dan meraung pada pemuda di balik pintu besi. "Kau brengsek! Biar kuberitahu kau siapa anjing di sini!"     

Dia mengambil cambuk tebal dan akan masuk ke dalam sel.     

Saat itu, pelayan yang lebih tinggi menghentikannya. Dia berujar pada si wajah merah dengan suara pelan, "Tunggu ... dia tidak seperti biasanya. Dia mungkin melakukan tipuan..."     

"Ingat apa yang dia katakan di teras? Dia bilang dia akan membunuh master seperti semut! Dia adalah orang brengsek gila yang arogan. Dia pasti hanya pura-pura menjadi orang elegan dan sopan!" Pelayan berwajah merah merasa bahwa kadang-kadang Lucien itu menyebalkan, apalagi ketika melihat Lucien bertingkah seperti pria sopan bahkan setelah menjadi tahanan penyihir.     

Dia memelankan suaranya juga, untuk jaga-jaga Lucien bisa mendengar obrolan mereka. Kemudian pelayan berwajah merah menambahkan, "Dia memakai ikatan leher dan belenggu. Bahkan meski dia punya tipuan atau rencana, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kau diam di sini, dan kita masih punya golem daging di jalan keluar. Apa yang bisa dia lakukan? Orang brengsek ini harus mendapatkan pelajaran."     

Karena si wajah merah telah menjadi pelayan di menara sihir ini, tidak ada tahanan yang kehilangan kekuatannya berani menantang mereka atau mencoba kabur. Selain itu, kekuatannya juga selevel pengawal kesatria tingkat tinggi. Menghadapi penyihir muda yang selalu tampak sopan dan elegan, pelayan berwajah merah tak pernah menganggapnya sebagai ancaman.     

"Masuk akal." Pelayan yang lebih tinggi mengangguk dan menurunkan tangannya yang mencengkeram tangan pelayan lain. "Dia adalah penyihir. Meski dia juga adalah seorang kesatria, kekuatannya pasti berasal dari ramuan. Dia tidak mungkin kuat secara fisik. Aku akan menunggu di sini. Kau pergilah dan beri dia pelajaran untuk jadi anak baik!"     

Sambil memegang cambuk, pelayan berwajah merah mengeluarkan rantai kunci besar dan berujar pada Lucien sambil mengeratkan giginya. "Aku punya makanan di sini. Kalau kau butuh sesuatu, kau bisa berkata padaku nanti.'     

"Bagus. Kau adalah anjing, jadi lebih baik kau jadi anjing yang baik!" Lucien masih menjadi orang yang tidak bisa diam.     

Pelayan berwajah merah memasukkan kunci ke dalam pintu besi dan membukanya.     

Setelah mendengar suara itu, Lucien dengan lincah menghindar ke pojokan di belakang pintu dan berdiri di sana sambil menempelkan punggungnya ke dinding.     

Pelayan berwajah merah mendorong pintunya terbuka dengan keras dan melecutkan cambuknya. "Kemari dan ambil makananmu, Nak!"     

Cambuk itu memiliki banyak duri. Ujung durinya langsung mengarah pada selimut berantakan di kasur.     

Kali ini, sebuah tangan yang kuat mendadak terulur dari samping dan mencengkeram wajah si pelayan. Tangan itu mencengkeram kepala pelayan dengan kuat dan langsung menghantamkan kepalanya ke pintu besi menggunakan seluruh kekuatannya!     

"Brak!"     

Bagaikan bel yang berbunyi, pelayan berwajah merah jatuh ke lantai dengan wajah berlumur darah.     

Meski kekuatan Berkah Lucien dihalangi, dia tetap merupakan petarung yang berpengalaman dibandingkan si pelayan.     

Tanpa melihat pelayan di lantai, Lucien bergegas keluar dari sel bagaikan macan tutul dan menarget pelayan yang tinggi.     

Pelayan berbadan tinggi itu bahkan lebih lambat daripada pelayan berwajah merah. Dia tidak tahu apa yang terjadi hingga Lucien berada tepat di depan wajahnya.     

Begitu dia buru-buru mengangkat cambuknya, itu sudah sangat terlambat. Lucien langsung memukulnya di wajah. Kepala pelayan yang lebih tinggi itu langsung berdengung, seolah ada banyak bintang yang berputar-putar di depan matanya. Dalam detik selanjutnya, Lucien menariknya mendekat menggunakan tangan kiri dan menghantam perutnya dengan paksa menggunakan lutut.     

Pelayan yang lebih tinggi langsung membungkuk ke depan karena kesakitan. Dia tidak bisa mengeluarkan erangan karena asam lambung yang naik ke tenggorokannya.     

Namun itu belum selesai. Siku kanan Lucien dihantamkan langsung pada bagian tengah tulang punggungnya. Setelah terdengar suara retakan keras, pelayan itu langsung mati di tempat dengan mata membelalak.     

Lucien tidak punya waktu merayakan. Dia buru-buru mengambil kunci milik pelayan berwajah merah, dan tidak lupa mematahkan lehernya disaat bersamaan.     

Kemudian, dia membuka sisa sel dan mengeluarkan Adam serta para pengelana.     

"Apa yang kita lakukan sekarang?" Carina merasa bersemangat dan juga takut.     

Sebelum Lucien menjawab, Alva menyahut, "Kita pergi ke teras. Hanya ada satu golem yang menjaga pintu dan kita bisa mengalihkan perhatiannya dengan mudah tanpa langsung bertarung melawannya. Kita bisa melompat turun dari teras. Teras itu tidak terlalu tinggi untuk membunuh kita."     

"Setuju." Bullard mengangguk.     

Carina sedikit mengernyit. Terjun dari teras mungkin bukan masalah bagi kesatria, tapi bagi seorang penyihir, Carina tidak terlalu percaya diri. Meski begitu, ada seorang kesatria agung di sini. Adam harusnya bisa membantu Carina.     

Adam tidak mengatakan apapun, namun melihat ke arah Lucien dengan senyum penuh arti.     

Lucien menggeleng singkat dan berbalik. Dia langsung berjalan menuju inti menara sihir dan berujar pada mereka tanpa menengok, "Kita tidak boleh pergi begitu saja seperti ini. Selama menara sihir ada di sini, kita tidak akan pernah bisa meninggalkan tempat ini. Kalian ingin menghabiskan sisa hidup kalian di Hutan Hitam?"     

"Kita akan mati!" teriak Alva. Dia tidak yakin bisa bertarung melawan si penyihir. Dia berujar keras pada Lucien, "Dengan belenggu dan pengikat leher, bagaimana kau bisa menghancurkan inti menara sihir?! Ayo pergi! Kami punya beberapa rencana lain!"     

Kali ini, sebuah golem daging berlari menuju mereka. Armor berat yang dia kenakan berdesing karena momentum gerakan yang cepat. Dia pasti mendengar suara keributan dari sini.     

Kekuatan golem daging setara dengan level seorang kesatria. Menciptakan mereka mahal, makanya seluruh menara sihir ini hanya punya beberapa.     

"Awas, Tuan Lucien! Kami akan berpencar untuk mengecohnya! Dia tidak pintar sama sekali!" Carina buru-buru berteriak pada Lucien.     

Lucien kini berada di jalur si golem.     

Adam juga berteriak pada Lucien, "Aku akan pergi bersamamu, Bung! Tapi kau harus selamat dulu! Ayo cari cara untuk menyingkirkan belenggu ini!"     

Namun, hal yang mengejutkan mereka semua, Lucien tidak mendengarkan dan mulai berlari menuju golem!     

Mereka semua mengira apakah Lucien sudah gila.     

Golem yang besar dan tinggi itu mengayunkan kapak besar dan diarahkan pada Lucien. Dengan kecepatan dan kekuatan yang dia miliki, tidak mungkin Lucien bisa menangani tebasan itu sekarang!     

Lucien sedikit melangkah ke samping dan mengangkat tangan kirinya dengan tenang untuk melawan kapak besar.     

Tidak ada keajaiban yang terjadi.     

Kapak besar itu dengan mudah memotong sebagian besar tangan kiri Lucien. Darah menyembur keluar. Tangan kiri Lucien, beserta belenggu di sana, jatuh ke lantai. Dengan memanfaatkan kesempatan, Lucien buru-buru memusatkan kekuatan Berkahnya, yang mana bebas selama sesaat, lantas mengenai bagian spesial dari belenggu di tangan kanan menggunakan kekuatannya.     

Cahaya aneh bersinar dari belenggu di tangan kanan Lucien. Cahaya bulan perak menyembur keluar. Belenggunya pecah menjadi dua dan jatuh dari pergelangan tangan kanannya.     

Kini, kekuatan Berkah Lucien benar-benar terbebas. Kaki kanan Lucien menginjak lantai dan berubah menjadi bayangan cahaya bulan. Di bawah hujan darah, dia menghindari serangan kapak besar berikutnya.     

Adam dan para petualang lain semuanya terkejut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.