Singgasana Magis Arcana

Energi Inti



Energi Inti

0Rasa sakit yang luar biasa karena kehilangan satu tangan membuat Lucien merasa amat sempoyongan. Setiap syarafnya berkedut. Namun, rasa sakitnya tidak mempengaruhi tindakannya. Sambil mengeratkan gigi, Lucien berlari ke arah golem dengan kecepatan tertingginya. Dia menghindari kapak besar dan berhasil sampai di depan si golem.     
0

Lucien memukul si golem di topeng wajahnya. Dengan suara hantaman keras, topeng besi hitam jadi penyok. Tangan kanan Lucien pun berdarah hebat.     

Golem itu mengayunkan kapaknya dengan ganas lagi. Lucien cepat-cepat berjongkok dan berhasil menghindar. Sekali lagi, dia menambah kecepatan dan berlari mengelilingi si golem seperti bayangan. Lagi dan lagi, Lucien memanfaatkan setiap kesempatan untuk memukul topeng golem dengan kepalan tangan kanan.     

Satu kali, dua kali, tiga kali...     

Topengnya rusak parah. Namun tangan kanan Lucien juga berubah menjadi daging berdarah yang tak karuan. Rasa sakit yang ditimbulkan dari setiap pukulan sangat mengerikan.     

Empat kali, lima kali, enam kali...     

Lucien berhasil berhenti tepat di depan dada golem. Dengan menggunakan armor beratnya sebagai titik tumpu, dia memutar pinggang dan memukul lagi dengan seluruh kekuatannya.     

Dang!     

Tulang di tangan kanan Lucien langsung tampak. Sementara itu, topeng besi langsung pecah berkeping-keping!     

Di balik topeng terdapat wajah pucat yang besar dihiasi dengan pola hitam menyeramkan, seolah dijahit dengan beberapa potongan kulit wajah lain. Momentum kepalan tangan Lucien sangat keras, sehingga pukulannya tidak berhenti saat topengnya hancur, dan langsung mengenai wajah menjijikkan yang terbuat dari daging busuk!     

Tanpa perlindungan topeng besi, golem daging tanpa akal pikiran tidak punya cara untuk melindungi bagian vitalnya. Kepala golem adalah bagian paling lemah!     

Itulah rencana Lucien. Dia tidak ingin menghabiskan banyak waktu untuk mengurusi si golem. Jadi dia langsung menyerang kepala golem!     

Di tengah hujan daging dan darah, serpihan besi itu jatuh ke lantai, begitu pula kapak besar di tangan golem. Begitu si golem berlutut di lantai, kepalanya yang berat pun menunduk. Dia sudah tamat.     

Mata hijau Carina melihat darah merah tercecer di pakaian linen si penyihir. Darah masih mengalir dari bekas potongan tangan kiri Lucien, meski daging yang terpotong sudah mulai menggeliat dan tumbuh. Carina bisa melihat tulang putih di tangan kanannya, diiringi darah yang menetes ke lantai. Namun, seolah tak merasakan sakit, Lucien berjalan kembali ke arah mereka bagaikan prajurit yang baru saja melewati perang.     

Dia penasaran apakah Lucien sungguhan seorang penyihir. Penyihir tidak bertarung seperti ini.     

Dia melihat Lucien mengambil kapak besar di lantai dan berjalan cepat ke arahnya.     

Bau darah yang menyengat menyerang hidung Carina dan membuatnya agak pusing. Dia melihat Lucien mengapit kapak besar tersebut di bawah ketiak dan mengulurkan tangan kanan, lantas menekan pengikat leher di leher Carina.     

Si penyihir merapal mantra aneh yang tak jelas. Kini Lucien terlihat seperti seorang iblis dari jurang dalam.     

Lucien tetap fokus. Bagaikan seorang kesatria yang menggunakan item sihir, Lucien menggunakan kekuatan tekadnya alih-alih kekuatan spiritual untuk mengaktifkan mantra yang dibangun berdasarkan struktur pengikat leher. Disaat bersamaan, kekuatan Berkah di tangan kanannya menembus bagian kunci pengikat leher tersebut.     

Percikan listrik keluar, dan Carina berkedut singkat. Namun, pengikat leher mengeluarkan suara 'klik', dan rasa sakitnya langsung hilang.     

Dengan memanfaatkan kesempatan, Lucien mengambil pengikat leher itu dan membuangnya.     

Di udara, pengikat lehernya tertutup lagi!     

Lucien hanya bisa membuka pengikat leher itu dalam waktu singkat. Dia tidak berani menghilangkan tanda spiritual yang ditinggalkan oleh si penyihir tua. Bahkan di bawah tanah pun dia mungkin bisa tahu kalau terjadi sesuatu.     

Kekuatan spiritual Carina langsung pulih, seolah sungai kering yang langsung disegarkan oleh musim hujan.     

"Terima kasih ... Terima kasih, Tuan Lucien." Carina sangat terkejut, karena hal paling berharga untuknya sudah kembali.     

"Ingat-ingat mantra ini." Lucien langsung memotong kalimatnya, dan suaranya jadi agak serak karena kehilangan banyak darah. "Lalu gunakan kekuatan spiritualmu untuk menstimulasi bagian pengikat leher di mana terdapat pola bunga matahari, Pohon Throne, dan konstelasi."     

Meski Lucien bisa membuka pengikat leher itu sendiri, rasa sakit yang luar biasa dan pusing karena kehilangan banyak darah terus membuatnya tidak fokus. Carina juga seorang penyihir, jadi dia tidak perlu mengambil risiko.     

Mengingat mantra dengan cepat adalah skill dasar penyihir. Setelah Lucien mengulang mantranya tiga kali, Carina sudah menguasainya.     

Dia terfokus dan mulai merapal mantra di depan Lucien. Kekuatan spiritualnya mengikuti setelah dia merapal, dan kekuatannya menarget pengikat leher di leher Lucien.     

Beberapa percikan listrik keluar dari ikatan leher, tapi Lucien sudah sangat terbiasa. Setelah mendengar suara 'klik', dia cepat-cepat mengambil pengikat itu dengan tangan kanan. Gerakannya bahkan lebih cepat daripada Carina!     

Lucien merasa bahwa, dalam sekejap, kekuatan spiritualnya sudah kembali seutuhnya. Dia juga sadar kalau jiwa dan kekuatan spiritualnya sudah mencapai lingkaran kelima, yang mana bukan hanya karena sengatan listrik yang diterima Lucien, tapi juga karena alasan lain.     

Lucien tidak punya waktu berpikir alasannya. Dia langsung mengaktifkan mantra necromancy tingkat lingkaran ketiga, Healing, dalam jiwanya.     

Karena Felipe menemukan koneksi antara ingatan sel dan kekuatan penyembuh kesatria agung dari eksperimen dasar yang dilakukan oleh Vicente Miranda, atau Thanatos, mantra penyembuh tak lagi dimiliki oleh Gereja secara eksklusif lagi. Setiap level perguruan Necromancy punya mantra penyembuh. Tapi jika dibandingkan dengan mantra suci di level yang sama, mantra penyembuh necromancy tidak terlalu efektif, seolah ada hal penting yang hilang. Makanya, penyihir necromancy kadang-kadang juga harus menggunakan ramuan penyembuh.     

Cahaya seputih susu menyelimuti tangan kiri Lucien yang hilang. Tulangnya mulai sembuh dan dagingnya juga tumbuh. Tak lama kemudian, bekas potongan itu mulai berhenti berdarah dan ditutupi dengan lapisan tipis membran.     

Lantas, Lucien mulai membantu Adam menyingkirkan ikatan lehernya. Carina meniru metode Lucien untuk membantu Alva dan Bullard.     

Dalam rencana Lucien, idealnya, dia paling tidak harus punya dua asisten. Semakin banyak asisten yang dia miliki, semakin baik.     

Begitu belenggu di pergelangan tangan Adam dilepas, tubuhnya mendadak menyatu dengan kegelapan di pojokan.     

"Terima kasih, Bung!" Adam merasa kekuatannya kembali padanya setelah bertahun-tahun, dan dia tertawa.     

Lucien cepat-cepat berbalik pada Alva untuk membantunya, sementara Carina membantu Bullard.     

Sambil mengawasi sekitar, Adam melihat ke potongan tangan di lantai dan berujar, "Bung, kau sungguhan kejam pada dirimu sendiri. Kau menyingkirkan belenggu dengan mengorbankan tanganmu, dan kau tampak sangat tenang! Seperti ... ini bahkan bukan tanganmu! Tak mungkin aku bisa melakukannya..."     

Lucien tersenyum tapi tidak mengatakan apapun. Kalau bukan karena Adam, bahkan jika dia mau mengorbankan satu tangan, Lucien tetap tidak akan bisa membuka belenggu itu.     

Tanpa memahami struktur keseluruhan belenggu berdasarkan pengetahuan mendalam seseorang, dia tidak akan pernah bisa memanfaatkan kesempatan menyingkirkan belenggu, bahkan jika kekuatan Berkahnya terbebas dalam waktu yang sangat singkat.     

Selain itu, bagi seorang kesatria, kehilangan satu tangan adalah kerugian yang sangat besar. Dalam waktu lama, kesatria tidak akan bisa bertarung dengan baik karena kehilangan keseimbangan serta kecepatan. Namun Lucien berbeda karena dia adalah penyihir. Kehilangan satu tangan tidak akan terlalu berefek padanya.     

Setelah membantu Bullard, Carina berbalik dan berujar tulus pada Lucien, "Tuan Lucien, terima kasih banyak. kami akan mencari cara untuk mengembalikan tangan Anda nanti."     

"Kita harus pergi menuju inti energi sekarang." Lucien masih bisa merasakan sakit yang amat sangat dari bekas potongan itu, jadi dia tidak ingin menyia-nyiakan sedetik pun. Dia berbalik dan cepat-cepat berlari menuju lab penyihir. Berdasar pengamatannya, energi inti dekat dengan lab. Namun Lucien dan Adam tidak tahu letak persisnya.     

Lucien tahu kalau Kongres bisa membantunya menyambung tangannya lagi, tapi dia harus selamat dulu. Demi bertahan hidup, kehilangan satu tangan tidak ada apa-apanya bagi Lucien!     

Disaat bersamaan, yang mengejutkannya, setelah menyingkirkan belenggu dan ikatan leher, Lucien masih tidak bisa memasuki perpustakaan jiwa atau menghubungi Rhine, seolah ada kekuatan di tempat ini yang menghalau apapun yang terhubung dengan dunia luar.     

Setelah mengambil langkah besar, Lucien mendadak berhenti dan memungut tangannya. Lucien menggantungkan tangannya yang lepas di sabuk dan lanjut berlari menuju lab sambil mengapit kapak besar di bawah ketiak. Disaat bersamaan, dia merapal mantra pertahanan pada dirinya sendiri.     

Carina dan petualang lain merasa apa yang Lucien lakukan barusan itu menyeramkan. Namun, tahu bahwa mereka tidak punya banyak waktu untuk disia-siakan, dan si penyihir tua bisa kembali kapan saja, mereka mengikuti Lucien dengan cepat. Adam adalah orang tercepat di antara mereka.     

...     

Pedang berat di tangan golem daging menebas ke bawah, tapi Adam memukul golem itu dengan tubuhnya yang diselimuti dengan asap hitam tebal.     

Seolah pedang berat itu menghantam tumpukan kapas, tebasannya gagal melukai. Kegelapan langsung menyelimuti setiap sudutnya.     

Satu detik kemudian, ketika kegelapannya pergi, armor golem—bersama badannya—menjadi terkorosi oleh asap hitam. Adam sengaja menyisakan pedangnya agar tidak rusak.     

Alva tahu pedang itu untuk dia gunakan. Dia cepat-cepat mengambil pedang itu dari tanah. Adam mungkin tidak butuh senjata karena dia sangat kuat, tapi Alva butuh.     

Dalam perjalanan menuju lab, karena Adam sebagai kesatria level lima, dan Lucien sebagai penyihir kuat, semua golem yang menjaga posisi penting, bersama dengan pemimpin mereka, golem daging level dua, dibunuh dengan mudah oleh mereka. Gudang item sihir tidak ada di sana, jadi mereka tidak punya waktu mencari barang-barang mereka.     

Kini mereka sangat dekat dengan inti menara sihir.     

"Energi inti adalah salah satu dari area terlarang di menara, dan tempatnya dilindungi oleh beberapa lingkaran sihir kuat. Sisanya hanya kau yang bisa, Bung," ujar Adam pada mereka. "Kalau si penyihir menyadari apa yang kita lakukan di sini, kita bakal habis."     

Lucien mengangguk singkat. Meski menara sihir setiap penyihir tingkat senior kurang lebih unik, fondasi mereka semua ada dalam Buku Panduan Membangun Menara Sihir dan Tujuh Tipe Menara Sihir. Apalagi, saat itu, si penyihir yang merupakan pengendali menara sedang tidak di sana. Jadi Lucien cukup percaya diri bisa merusak lingkaran sihir pelindung, tapi dia tak tahu butuh berapa lama untuk melakukannya.     

Dia harus sangat hati-hati. Satu kesalahan saja bisa membuat musuh sadar atau membuatnya terbunuh oleh lingkaran sihir tingkat senior.     

Hanya ada satu kesempatan.     

Saat Lucien akan mulai, angin kencang berembus dari sisi lain.     

Adam, dalam kegelapan, langsung bergegas ke arah itu. Namun, setelah terdengar satu suara tebasan yang kencang, sosok Adam muncul di kegelapan lagi, tapi wajahnya pucat.     

Di pojok sebelah kanan, sebuah golem yang tingginya dua kali manusia melangkah maju sambil membawa palu besar di tangan.     

Matanya berwarna merah menyala, dan seluruh tubuhnya dibentuk dengan logam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.